Kamis, 23 Oktober 2014

Kado Ulang Tahun Terindah: Gunung Merapi

17 Oktober 2014, gue genap berumur 22 tahun. Banyak sekali kenangan dan pengalaman yang sudah gue dapatkan di umur ke-22 ini. Terimakasih tentunya gue ucapkan kehadirat Allah SWT yang sudah mengizinkan gue hidup di dunia ini dan masih mengizinkan untuk bisa menghirup oksigen secara bebas. Tidak lupa juga gue berterimakasih kepada keluarga gue terutama orang tua; ibu yang sudah mengandung dan melahirkan gue 22 tahun yang lalu dengan susah payah dan penuh pengorbanan, buat bapak yang selama 22 tahun ini menafkahi dan menghidupi gue. Tanpa mereka berdua gue mungkin tidak akan ada sampai sekarang. Adik gue satu-satunya (Adam) yang selama ini gue jadikan teman bertengkar dan teman berbagi dalam hal apapun. Juga semua sahabat, teman, dan semua orang yang sudah menjadi bagian dari hidup gue. Tanpa mereka juga, hidup gue akan hampa. Love you all from the bottom of my heart.

Di ulang tahun gue yang ke-22 ini, gue sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk bisa merayakannya di tempat spesial. Ternyata keinginan gue pada saat itu, bisa terkabul. Karena salah satu teman gue, mas Nuno mengajak untuk mendaki Gunung Merapi pada tanggal 18-19 Oktober 2014. Okelah tanpa pikir panjang, gue ikut pendakian tersebut!

"Climb the mountains and get their good tidings. Nature's peace will flow into you as sunshine flows into trees. The winds will blow their own freshness into you, and the storms their energy, while cares will drop away from you like the leaves of Autumn." - John Muir

18-19 Oktober 2014
Kemegahan Gunung Merapi
Hari itupun tiba. Pendakian ini ternyata adalah pendakian massal untuk mensosialisasikan dan mengenalkan secara dekat kepada masyarakat umum soal kegunungapian terutama Gunung Merapi agar tetap siaga. Penggagas acara ini adalah komunitas Jalin Merapi dan LSM dari Jepang FMYY.

Gue ikut rombongan dari Jogja dan kami berkumpul di Terminal Bus Pakem, Sleman untuk berangkat bersama-sama. Gue dan mas Meiffi yang datang pertama (yes!!) pada pukul 13.45 WIB. Ternyata sebagian besar peserta 'ngaret' alias telat. Jadilah kami berangkat dari TKP untuk menuju Gunung Merapi pada pukul 15.45 WIB. 2 jam setelah kedatangan kami berdua. Amazing telatnya.


Perjalanan menempuh waktu 1,5 jam. Jalur yang kami lewati adalah jalur pedesaan yang sebagian besar melewati perkebunan salak. Gue bahkan tidak hafal jalurnya karena banyak sekali tikungan dan jalannya hampir-hampir mirip. Pada intinya, jalur yang kami lewati melewati Jogja-Magelang-Boyolali (New Selo).

Tujuan utama kami adalah basecamp pertama untuk semua peserta berkumpul. Sebelum pendakian, sekitar pukul 20.00 WIB, panitia menayangkan sebuah film yang berjudul "Mahaguru". Secara garis besar, film tersebut menceritakan tentang sejarah Gunung Merapi beserta pendapat/pengalaman dari warga setempat mengenai Gunung Merapi. Mahaguru diambil sebagai judul film ini, karena Gunung Merapi adalah mahaguru bagi kita semua karena Gunung Merapi mengajarkan kita banyak hal dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Pendakian dibagi dalam 6 grup dengan masing-masing grup berisi 10 orang. Gue masuk ke grup 6 dengan teman-teman gue; mas Nuno, mas Meiffi, Dave, mba Kiki, dan Ailin. Mereka adalah teman satu komunitas gue, Jogja Roadtrippers. Selain mereka berlima, kami juga mendapat teman baru, ada 4 teman yang bergabung dalam grup kami. Yossha! Pukul 23.00 WIB. Pendakian segera dimulai. Karena gue dan teman-teman berada di grup terakhir, jadi kami bisa santai dan tidak terburu-buru nantinya ketika pendakian. Start kami dimulai di New Selo. Sebelum pendakian, kami diberi pengarahan terlebih dahulu untuk teknis pendakian dan juga berdoa meminta perlindungan kepada-Nya.

Pendakian dimulai. Merapi terkenal dengan jalurnya yang terus-menerus menanjak tanpa ada dataran yang sejajar. Memang betul, jalurnya menanjak terus-menerus. Ailin sempat jatuh bangun karena masih belum terbiasa dengan medan. Mas Meiffi yang sangat hiperaktif-pun diam seribu bahasa ketika pendakian. Gue dan mba Kiki sempat muntah sedikit (Gue muntah mungkin karena ketika pada awal-awal gue sering menengok ke belakang, itu membuat kepala pusing dan mual). Hanya mas Nuno dan Dave yang tenang-tenang saja. Padahal, mas Nuno mendaki sambil merekam pendakian kami untuk pembuatan film. Sedangkan Dave adalah seorang Handycap dan gue sangat salutttttttt dengan dia karena mempunyai tekad yang sangat kuat. Ini membuat gue terpacu untuk lebih semangat.

Sampailah kami di pos 1. Setelah melewati pos 1, ternyata jalur pendakian lebih mudah dan nyaman. Ini membuat kami sangat menikmati pendakian dari pos 1 sampai basecamp kedua untuk istirahat. Karena aura pada malam itu sangatlah positif. Gue bisa merasakannya dengan kondisi tubuh gue yang kembali on-fire, pendakian kami dihiasi dengan cuaca yang sangat cerah dengan pemandangan kelap-kelip lampu rumah yang terlihat jauh di bawah sana dan juga angin yang tidak terlalu besar.

Basecamp kedua ini gue lupa namanya. Yang pasti tempat ini terletak di batas vegetasi. Pohon-pohon sekitar bisa dimanfaatkan untuk berlindung dari terpaan angin yang semakin lama semakin kencang hembusannya. Kami sampai di basecamp sekitar pukul 3.00 dini hari. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak dan mengembalikan stamina. Sebenarnya kami semua membawa sleeping bag, tapi kami meninggalkan sleeping bag kami di basecamp pertama. Karena kami pikir pohon-pohon ini bisa melindungi terpaan angin. Ternyata angin-angin ini bisa menembus tempat perlindungan kami. Alhasil gue gak nyenyak tidur dan sesekali bangun untuk sekedar ngemil atau mendengarkan musik.

Pukul 04.30 kami semua bangun dan siap melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah (basecamp terakhir). Angin berhembus sangat kencang di perjalanan dari batas vegetasi sampai Pasar Bubrah ini. Kabut juga menyelimuti lumayan tebal pagi itu. Perjalanan 30 menit akhirnya kami sampai di Pasar Bubrah. Di sana kami dapat melihat matahari terbit dengan cukup jelas. Sangatttt indah!! Mungkin ini adalah sunrise terindah gue sepanjang gue hidup.
L to R (Gue, Dave, mba Kiki, Ailin, mas Meiffi)
Photo credit: Nuno Rahman
Kenapa kami hanya mendaki sampai Pasar Bubrah? Karena ini adalah instruksi dari panitia untuk tidak mendaki sampai puncak, karena kondisi Gunung Merapi yang masih labil. Hmm...tetapi banyak juga lho yang mendaki sampai puncak. Ini membuat gue gusar, gue ingin summit sampai puncak. Gue mengajak Dave dan juga Ailin. Kami bertiga sudah setuju akan melanjutkan sampai puncak. Tetapi mas Meiffi dan mba Kiki memberi nasihat untuk tidak memaksakan diri. Sempat terjadi perdebatan kecil. Akhirnya kami bertiga mengurungkan niat dan tetap stick together.
Saat penurunan
Photo credit: Nuno Rahman
Setelah puas berada di Pasar Bubrah untuk melihat sunrise, kami turun dan berhenti lagi di batas vegetasi untuk sarapan dan tidur. Kami mendapatkan tempat yang pas untuk tempat istirahat kami. Pagi itu benar-benar indah, gue merasa melayang karena keindahan ini haha. Subhanallah, subhanallah, subhanallah...

Saat istirahat untuk makan dan tidur
Waaaaah tidur kali ini kami benar-benar nyenyak! 2 jam sudah cukup untuk mengembalikan energi kami dan kami siap turun saat itu juga. Pada saat penurunan, debu ada dimana-mana. Menurut gue, malah lebih sulit penurunan daripada penanjakan. Karena pada saat penurunan, kita harus konsentrasi dan menjaga keseimbangan dengan sangat baik. Akan menjadi bahaya ketika kita salah memijak dan akhirnya tergelincir. Fatal. Oleh karena itu, kami tidak terburu-buru untuk penurunan ini.

Banyak dari rombongan lain terburu-buru turun sampai ada yang jatuh bangun mengotori semua bagian tubuh mereka dan ada salah satu orang dari rombongan lain terkilir sampai tidak bisa jalan. Ini berbahaya.

Jangan sampai kesenangan kita bisa rusak karena kecerobohan kita sendiri. 

Mungkin itulah kata bijak yang gue dapatkan dari pengalaman ini. Terimakasih untuk teman-teman pendakian ini. Kesenangan, kelelahan, solidaritas, perdebatan kecil, kenikmatan makan dan tidur bersama-sama telah kita lewati bersama-sama. Kita adalah tim yang hebat!

This was the best birthday gift that God gave to me. I was really thankful and feel so life...

Ini adalah video yang gue rekam, selamat menikmati secuil perjalanan kami J.




3 komentar:

  1. so amazing! Wish I was there :) hehehe
    @Ailin cool style of going down the mountain :D

    BalasHapus
  2. melihat pemandangan dari atas gunung memang benar-benar indah..

    BalasHapus