Selasa, 06 Oktober 2015

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen

Di sore hari yang cukup cerah, sampailah kami di sebuah pantai. Pantai Watu Kodok namanya. Sesampainya di sana, kami langsung disambut seorang nenek. Ternyata beliau adalah salah satu penjaga parkir di pantai tersebut. Ada yang berbeda dari pantai ini, banyak banner terpasang di sudut-sudut gubuk tempat kami memarkir motor. Dengan spontannya, gue bertanya ke si nenek, "Mbah, ini ada apa ya kok banyak banner terpasang?". Kemudian nenek menjawab pertanyaan gue, "Oh ini bentuk protes warga mas terhadap para investor yang akan menggusur kami". "Investor? Investor apa nggeh mbah?", gue masih penasaran. "Rencananya di sini akan dibangun sebuah resort mewah dan imbasnya, warung-warung yang juga tempat tinggal kami di pantai ini akan tergusur", timpal si nenek.

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 1
Bisa dibilang tanah di pantai ini milik Sultan yang diberikan kepada warga sekitar (Foto oleh Rio Paul)

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 2
Banner di tempat parkir (Foto oleh Rio Paul)

Jleb! Gila juga ya pembangunan di pantai-pantai Gunungkidul, Jogja ini. Setelah para investor menyulap sebuah pantai asri nan alami seperti Pantai Indrayanti menjadi seperti kawasan Kuta Bali, kini mereka merambah ke pantai-pantai lainnya. Salah satunya adalah kawasan Pantai Watu Kodok dan Pantai Sanglen.


Seketika setelah percakapan itu selesai, gue melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sanglen. Gue pergi ke pantai ini bersama teman-teman Roadtrippers (mas Rio, mas Indra, mas Joko, mas Ari, mba Uniph, dan bang Andy) dan mba Lili. Kok mas-mas dan mba-mba semua ya? Ya karena gue paling muda dan unyu hahaha. Sebenarnya masih banyak lagi teman-teman Roadtrippers lainnya, tapi sedang sibuk dengan pekerjaan lainnya. Sayang sekali, padahal ini adalah farewell beach camp gue sebelum pulang ke Jakarta.

Pantai Sanglen adalah tujuan kami saat itu. Bisa dibilang, letak pantai ini tersembunyi karena letaknya yang tertutup karang dan aksesnya yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Pantai Sanglen terletak diantara dua pantai, Pantai Watu Kodok di sebelah timur dan Pantai Sepanjang di sebelah barat. Kami biasa memarkirkan kendaraan kami di Pantai Watu Kodok, lalu berjalan sekitar 10 menit untuk menuju Pantai Sanglen.

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 3
Jalan menuju pantai, kering semua karena masih musim kemarau
Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 4
Walaaaa, Pantai Sanglen (Foto oleh Rio Paul)
Ini adalah kali keempat gue mengunjungi pantai ini. Gimana ya, menurut gue pantai ini tuh beda dari pantai-pantai lainnya di Gunungkidul, karena di pantai ini ditumbuhi pohon cemara yang rimbun. Biasanya pohon-pohon cemara tumbuh di pantai-pantai di Bantul, tapi pasirnya masih berwarna kecoklatan, sedangkan di Pantai Sanglen ini pasirnya halus berwarna putih kekuning-kuningan + ditumbuhi pohon cemara yang rimbun. Bweeeh ajib. Karena faktor inilah, bisa dibilang Pantai Sanglen adalah pantai favorit gue saat ini di Gunungkidul.

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 5
Summer paradise (Foto oleh Rio Paul)
Sesampainya kami di Pantai Sanglen, ternyata area rimbun itu sudah ditempati oleh rombongan bule-bule. Tapi masih ada beberapa spot kosong yang bisa kami tempati. Kami langsung bergegas untuk mendirikan tenda, mengikatkan hammock di pohon dan juga memasang flysheet. Segera setelah itu, kami mencari beberapa kayu kering yang bisa digunakan untuk membuat api unggun. Bisa dibilang juga asap unggun, karena pada saat itu bukan apinya yang besar, malah asapnya yang mengebul sampai-sampai membuat mata kami perih. Hahaha.

Biasanya mas Rio selalu membawa kompor di setiap perjalanannya, tapi ketika itu dia tidak membawa kompor, tertinggal di rumah, dalihnya. Padahal kami berencana untuk memasak daging kambing untuk kami santap malam itu. Alhasil, kami menggunakan api unggun sebagai perapian untuk memasak. Untung saja koki kami, mas Joko dan mba Lili lihai dalam mengolah si daging kambing. Jadi, rasanya tetap nikmat. Makin nikmat dengan mendengar petikan gitar mas Indra dan akhirnya kami bernyanyi bersama. Disela-sela kami bernyanyi, selalu saja ada cletukan dari mas Joko yang memang humoris layaknya pelawak Budi Anduk dan seketika juga tawa mba Uniph menggelegar. Ah, susah untuk menuliskan perasaan gue saat itu. Terlalu bahagia, bahagia akan kehangatan suasana malam itu. Seketika, mas Indra memainkan lagu dari Nirvana yang berjudul Man Who Sold The World~

I laughed and shook his hand
And made my way back home
I searched for form and land
For years and years I roamed
I gazed a gazeless stare
At all the millions here
I must have died alone
A long, long time ago

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 6
Menyantap daging kambing sebagai hidangan makan malam, maknyusss!
Bintang malam itu semakin lama semakin banyak yang bermunculan. Gue pun menempati hammock yang sudah gue pasang sebelumnya. Sengaja hammock gue pasang di atas hammock mas Indra. Rasanya ingin saja merasakan adrenalin tidur di tempat yang tinggi. Tapi, angin malam itu cukup besar. Mas Indra yang tepat berada di bawah hammock gue, melawan rasa dingin dengan bergitar. Gue hanya bisa menikmati lagu yang dia mainkan dan sesekali ikut bernyanyi. Maklum, lagu yang dia mainkan kebanyakan lagu-lagu lawas.

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 7
Selamat pagi dari Pantai Sanglen (Foto oleh Rio Paul)
Tak terasa sudah pagi. Ternyata tadi malam gue tertidur begitu saja. Di pagi yang sejuk ini, kami dihadapkan pemandangan rimbunnya pohon cemara dan beberapa bule yang berenang di pantai. Segar rasanya. Apalagi ditemani secangkir sereal dan sepotong roti.

Berbicara tentang pohon, jadi teringat oleh kami sewaktu pertama kali kami camp di pantai ini pada bulan April 2015 yang lalu. Pohon yang digunakan mas Rio untuk mengikat hammock roboh! Dengan robohnya pohon, terjatuhlah mas Rio yang pada saat itu masih tertidur. Hahaha. Gelak tawa kami pun langsung menyeruak. Kehangatan suasana tadi malam berubah menjadi kesejukan di pagi ini.

Menikmati Sejuknya Pantai Sanglen (journeyofalek.com) 8
Sarapan pagi, aaah nikmatnya~

Terimakasih atas perjalanan ini. Empat tahun sudah gue tinggal di Jogja dan gue dipertemukan dengan teman-teman Roadtippers. Banyak perjalanan yang kami lalui bersama. Mulai dari camp pertama gue di Pantai Seruni, susur 7 pantai di Gunungkidul, rafting cerita di Sungai Elo, menikmati 1000 lampion waisak di Bukit Punthuk Setumbu, camping di pantai dua minggu sekali, berlayar ke Pulau Karimun Jawa, dan masih banyak lagi, sampai akhirnya di farewell beach camp ini, di pantai spesial ini.

Semoga saja alam di pantai ini tetap begini apa adanya. Berharap orang-orang yang mengunjungi ikut menjaga ekosistem pantai ini dan semoga para investor itu tidak jadi membangun resort mewah. Akan sangat disayangkan rasanya jika pantai seindah ini harus diganggu kealamiannnya. Ya, semoga Tuhan mendengar harapan-harapan mulia ini.
Lokasi: Gunungkidul, Special Region of Yogyakarta, Indonesia

8 komentar:

  1. Ada rasa senang ketika wajah pantai akan bersolek...tapi sayang kalo nanti dijamah tak karuan...
    Schön...

    BalasHapus
  2. Pantai-pantai di Gunung Kidul sekarang banyak diincar investor Bro. Biasanya yang dilirik tanah-tanah yang berbatasan dengan laut. Harganya bisa sampai miliaran itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya sih gpp investor itu membeli dan mengembangkan, asalkan harus tetap dijaga sih kealamiannya menurut gue dan gak merugikan warga sekitar

      Hapus
  3. I just wait for our next journey with all of our friend hiahahah
    nice post!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha cmon go to Jakarta! I will bring you to such historic place here and Kepulauan Seribu yihaa

      Hapus
  4. pantainya keren banget ya, thanks infonya..

    BalasHapus