Selasa, 20 April 2021

Upaya Menurunkan Emisi Karbon dengan Pemanfaatan Energi Listrik Ramah Lingkungan

digitalisasi industri untuk kurangi emisi gas karbon

Pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan dan digitalisasi industri dapat membangun industri masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, penggunaan energi bersih juga berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim.

Berdasarkan data Climate Watch, sektor energi menjadi kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Adapun emisi gas rumah kaca dari sektor energi disokong oleh kegiatan industri, rumah tangga, dan transportasi. Secara global, aktivitas tersebut menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi.

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, digitalisasi dapat membantu perusahaan membuat target yang dapat dicapai untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.

Baca juga: Tok! Schneider Electric dan Kemenperin Jalin Kerja Sama Percepat Making Indonesia 4.0

“Secara global, Schneider Electric memperkirakan bahwa 50 persen dari emisi karbon global dapat dihilangkan pada 2040. Dengan catatan, langkah-langkah penghematan energi melalui digitalisasi diterapkan setidaknya setengah dari total bangunan yang ada dan inisiatif elektrifikasi serta dekarbonisasi dapat dijalankan,” ujar Roberto.

Untuk melakukan dekarbonisasi, teknologi listrik ramah lingkungan bisa menjadi jalan keluar.

“Dengan berkembangnya penggunaan kendaraan listrik, pembangunan microgrid, dan panel surya, kita harus bersiap untuk menyambut dunia yang fokus terhadap energi baru terbarukan. Konsumsi energi listrik dalam 20 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dan produksi listrik dari sumber energi terbarukan akan meningkat hingga 40 persen dari hanya sekitar 6 persen saat ini,” kata Roberto.

Di dalam negeri, pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29-41 persen pada 2030. Sejalan dengan target penurunan emisi gas rumah kaca, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penggunaan energi terbarukan mencapai 23 persen dari total penggunaan energi pada 2030 dan 31 persen pada 2050.

Baca juga: Industri Masa Depan Semakin Nyata dengan 6 Inovasi Terbaru Schneider Electric Ini

Hal tersebut pun membutuhkan partisipasi aktif dari sektor industri sebagai sektor dengan kebutuhan energi dan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar.

Sebagai perusahaan yang fokus pada transformasi digital di pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric memahami hal tersebut. Bagi Schneider Electric, digitalisasi, dekarbonisasi, desentralisasi, dan elektrifikasi adalah pilar dari strategi inovasi perusahaan untuk keberlanjutan.

Selama lebih dari lima belas tahun, Schneider Electric secara konsisten menjadi pelopor dalam mengatasi perubahan iklim dan terlibat aktif dalam inisiatif global seperti Sustainable Development Goals (SGDs).

Pada Climate Week NYC 2020, Schneider Electric secara global juga telah mencanangkan percepatan komitmen untuk netralitas karbon pada 2040.

Baca juga: Luar Biasa, Schneider Electric Terus Dukung Sektor Industri dengan Ragam Inovasi Baru

Komitmen Schneider Electric terhadap netralitas karbon juga dibuktikan dengan menggandeng Solar Impulse Foundation sejak 2019 untuk mendukung misi mencari 1.000 solusi yang bersih, efisien, serta mempercepat transisi energi yang dapat berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan pada 2030.

Setidaknya, delapan solusi milik Schneider Electric masuk dalam 1.000 solusi terpilih.

Schneider Electric siap menjadi mitra bagi pelaku industri dalam membangun industri masa depan yang lebih produktif, efisien, dan berkelanjutan melalui solusi digital dan automasi pengelolaan energi yang netral karbon,” jelas Roberto.

Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar