Senin, 19 Mei 2014

Keajaiban Perayaan Waisak di Borobudur

Silhouette of Borobudur
Waisak tahun ini terasa sangat berbeda dari tahun lalu. Tahun lalu gue dan teman-teman seperjalanan menghabiskan malam Waisak di Bukit Puthuk Setumbu, viewpoint untuk melihat sunrise dengan pemandangan Borobudur yang terletak di bawah apitan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Sangat indah. Sayang perayaan Waisak tahun 2013 lalu tidak seindah terbitnya matahari di tempat itu. Karena pada malam harinya sampai ayam berkokok, hujan terus mengguyuri wilayah Magelang dan sekitarnya. Sehingga pelepasan 1000 lampion pun tidak dapat terlaksana pada hari itu.
Kilauan 1000 lampion

Hal unik lainnya pada Waisak tahun lalu adalah gue yang membawa laptop. Untuk apa? Menonton final Liga Champions hahaha. Konyol memang, ya karena gue gak mau melewatkan final antara Bayern Munich vs Borussia Dortmund. Jadi ya streaming-an di dalam tenda haha.



Pada waisak tahun ini, gue seperti dikelilingi dewi fortuna. Pada tahun ini, Waisak terjadi pada tanggal 15 Mei 2014. Hari itu hujan mengguyur Jogja dan Magelang mulai dari petang hingga tengah malam. Gue dan teman-teman tahun lalu dengan tambahan teman-teman Couchsurfer dari Indonesia maupun mancanegara ingin mencoba menikmati (lagi) kilauan 1000 lampion dari atas Bukit Puthuk Setumbu.

Silhouette of Borobudur, Buddha and lanterns
Tapi tidak semua teman stay di bukit, karena ada beberapa yang turun dan ingin melihat langsung pelepasan lampion dari Candi Borobudur langsung. Gue mikir, “Apa gak rame?”. Akhirnya gue diyakinkan oleh salah satu teman yang juga ingin melihat pelepasan lampion dari dekat, katanya tidak akan dikenai biaya dan untuk tahun ini sedikit lebih sepi dari tahun lalu. Oke! Karena gue juga belum pernah melihat prosesi Waisak dari dekat, gue pun memutuskan untuk turun bukit dan menuju Borobudur.

Ternyata benar, tidak diperlukan biaya masuk untuk memasuki wilayah candi. Awalnya semua pengunjung hanya dibolehkan masuk tidak sampai candinya. Gue dan teman-teman pun kecewa, karena pandangan kami tertutup pohon tinggi. 3 teman yang ikut gue pun memutuskan untuk kembali ke bukit karena kecewa. Tetapi gue dengan 1 teman lagi tetap tinggal dan menunggu keajaiban datang.


Keajaiban itu datang pada pukul 04.00 pagi ketika sorakan riang pengunjung membangunkan gue yang setengah tertidur. “Gerbang dibuka!”, saut teman gue. Kami langsung berjalan cepat menuju pintu masuk yang ternyata sudah banyak pengunjung yang mengantri untuk masuk. Sekitar 5-10 menit kami berjuang di banyaknya orang yang berebut masuk, akhirnya kami bisa mendekati candi dan segera mendekati wilayah yang dipakai untuk menerbangkan lampion.

Waaaaah indahnyaaaa. 1000 lampion itu benar-benar ada, gue melihatnya langsung dari dekat. Mereka terbang dengan bantuan api dan angin. Mereka menjauh seiring angin yang bertiup. Semua kepala serentak menghadap atas langit yang gelap dan seketika diterangi oleh banyaknya lampion yang terbang. Dengan sabar menunggu keajaiban dan keajaiban itu benar-benar terjadi. Di lain cerita, gue juga bertemu dengan 3 orang yang gue kenal tanpa sengaja. Benar-benar beruntung hari itu.



0 komentar:

Posting Komentar