Senin, 26 Desember 2022

Masa Depan Baterai Li-ion dan Dampak Keberlanjutan Lingkungannya

Ilustrasi baterai li-ion pada UPS.

Secara keseluruhan, dalam siklus masa pakainya, baterai lithium-ion (li-ionmemiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan baterai valve-regulated lead-acid (VRLA) atau dikenal dengan aki kering

Kendati demikian, baterai lithium-ion tetap memiliki dampak terhadap lingkungan yang perlu diantisipasi.

Informasi tersebut didapatkan dari studi yang dilakukan oleh Schneider Electric yang dilaporkan pada white paper berjudul “Understanding the Total Sustainability Impact of Li-ion UPS Batteries”.

Studi tersebut juga mengupas setiap bagian dari siklus hidup baterai li-ion yang dibagi dalam tiga fase utama, mulai dari rantai pasokan, pengoperasian, hingga akhir masa pakai.

Baca juga: EcoStruxure Building Schneider Electric Mendapatkan Akreditasi WiredScore

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Yana Achmad Haikal mengatakan bahwa pasar baterai li-ion terus berkembang dan diperkirakan akan terus tumbuh selama beberapa tahun mendatang, dengan compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 12,3 persen pada periode 2021-2030.

“Peningkatan ini, sebagian, merupakan hasil dari booming pasar kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) karena ukurannya yang kecil, bobot ringan, dan  masa pakai yang lebih lama. Mengingat kelebihan yang dimiliki, baterai li-ion juga mulai banyak digunakan pada uninterruptible power supply (UPS) sebagai pengganti baterai VRLA,” kata Yana. 

Namun, banyak yang mempertanyakan tentang masalah lingkungan yang diakibatkan dari baterai li-ion. Kekhawatiran juga dirasakan oleh manajemen data center dan professional teknologi informasi akan dampaknya terhadap pencapaian tujuan keberlanjutan perusahaan mereka.

Baca juga: Awas Kebakaran Rumah Saat Ditinggal Liburan! Solusinya Pakai Teknologi Smart Home

Kekhawatiran terhadap bahan material yang digunakan, intensitas karbon berlebih, keamanan selama pengangkutan dan penggunaan, serta ketidakpastian mengenai pengolahan limbah baterai menjadi beberapa faktor yang banyak menjadi perhatian.

“Dalam white paper ini, kami mencoba menelusuri secara holistik dampak baterai li-ion mulai dari hulu ke hilir hingga di akhir masa pakainya,. Harapannya, data pada white paper ini bisa memberikan gambaran dari sudut pandang berbeda,” lanjut Yana.

Rantai Pasokan

Banyak pertanyaan anggapan kurang tepat yang muncul terkait rantai pasokan, termasuk ekstraksi bahan mentah, proses pembuatannya, dan kemudian distribusi atau pengangkutan baterai.

1. Ekstraksi bahan baku

Terdapat anggapan umum bahwa penambangan baterai li-ion untuk mendapatkan litium saat ini (vs. VRLA yang sebagian besar menggunakan timah daur ulang) memberikan dampak lebih buruk bagi lingkungan.

Namun, bila menelisik ekstraksi bahan mentah, maka ada tiga pertimbangan utama yang mendorong dampak lingkungan, yaitu: (1) toksisitas proses, (2) keamanan dan etika praktik penambangan, dan (3) jumlah material yang dibutuhkan.

Dalam white paper ini, akan dijelaskan bagaimana massa material yang lebih kecil dan penurunan toksisitas li-ion yang signifikan menghasilkan dampak lingkungan yang lebih rendah secara keseluruhan dalam tahapan eksplorasi sumber material.

2. Proses manufaktur

Anggapan umum yang kurang tepat adalah informasi kompleksitas sistem baterai li-ion terkait komponen yang dibutuhkan untuk menunjang keamanannya (seperti sistem manajemen baterai dan switchgear), menjadi tolak ukur bahwa baterai ini memiliki dampak lingkungan yang lebih besar selama pembuatan.

Baca juga: 5 Cara Mudah Perangi Perubahan Iklim

Namun, melihat instalasi dan masa pakai, baterai li-ion memiliki masa pakai yang lebih lama dibandingkan dengan baterai VRLA dengan perbandingan 1 : 1+2 baterai pengganti dalam kurun waktu 10 tahun.

Dengan pertimbangan itu, maka dampak lingkungan dari pembuatan baterai li-ion lebih rendah dibandingkan baterai VRLA.

3. Distribusi dan transportasi

Sering kali, ada kekhawatiran tentang keselamatan yang diangkat terkait topik ini. Memang benar bahwa peraturan dan proses seputar pengiriman li-ion lebih kompleks. Namun, faktor besar dalam dampak lingkungan dari emisi karbon yang dihasilkan dari distribusi atau transportasi berkaitan erat dengan bobot angkut baterai.

Jadi, meskipun kompleksitas  proses distribusi dan transportasi baterai li-ion lebih berat dibandingkan baterai VRLA, bobot li-ion yang lebih ringan memungkinkan pengangkutan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan VRLA dalam satu waktu.

Secara tidak langsung, hal itu berpengaruh terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan dari keduanya.

Pengoperasian

Saat berbicara tentang pengoperasian atau fase penggunaan baterai UPS, pertimbangan lingkungan yang utama adalah terkait aspek pemasangan, penanganan, konsumsi energi dan emisi karbon yang terkait, serta masa pakai baterai.

1. Pemasangan dan penanganan

Penggerak utama perbedaan dampak lingkungan dari kedua jenis baterai selama pemasangan dan penanganan adalah perbedaan berat.

Bobot li-ion yang lebih ringan dan masa pakai baterai li-ion yang lebih lama dengan kebutuhan penggantian baterai yang lebih sedikit atau tidak sama sekali akan dapat menghasilkan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan VRLA.

2. Konsumsi energi dan emisi karbon

Pertanyaan umum di sini berkaitan dengan emisi karbon dari energi yang dikonsumsi. UPS adalah produk berbasis penggunaan, dengan lebih dari 90 persen emisinya terjadi pada fase ini.

Baca juga: Apresiasi Pemerintah Indonesia untuk Schneider Electric dalam Rangka Penguatan Komponen Lokal

Meskipun baterai mewakili persentase kecil dari energi tersebut, baterai li-ion hanya membutuhkan kira-kira setengah dari energi yang dibutuhkan untuk menjaganya tetap terisi daya dibandingkan dengan VRLA sehingga penggunaan baterai li-ion pada UPS akan menghasilkan emisi karbon yang lebih sedikit dibandingkan VRLA.

3. Masa pakai 

Umur li-ion yang lebih lama (biasanya 10+ tahun vs. 3-5 tahun untuk VRLA) adalah faktor utama yang memungkinkan peningkatan efisiensi operasional dan dampak yang lebih rendah terhadap aspek sustainability secara keseluruhan.

Akhir masa pakai

Topik yang paling kontroversial terkait sustainability adalah pengolahan limbah baterai saat habis masa pakainya. VRLA memiliki praktik daur ulang yang matang. Sementara, baterai li-ion belum sematang VRLA karena teknologi dan proses daur ulang yang masih berkembang.

1. Penggunaan sekunder

Baterai li-ion UPS bekas yang memenuhi syarat untuk penggunaan sekunder dapat diaplikasikan untuk kebutuhan industri lain, seperti microgrid dan kendaraan listrik.

Sektor kendaraan listrik yang saat ini tengah bertumbuh berpotensi menyerap baterai li-ion UPS bekas untuk digunakan kembali sehingga memperpanjang masa pakai baterai li-ion.

2. Daur ulang 

Meskipun infrastruktur daur ulang belum matang saat ini, ada tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa sistem daur ulang yang terstruktur dan ekonomis akan segera tersedia, mengingat:

  • Nilai logam meningkat, mendorong ekonomi menuju daur ulang.
  • Pasar kendaraan listrik yang tengah bertumbuh akan mendorong investasi dan penelitian mendalam terkait daur ulang.
  • Peraturan yang semakin mendorong kematangan aturan daur ulang.

Perusahaan seperti li-cycle, misalnya, membuat kemajuan yang signifikan untuk industri ini. Proses hidrometalurgi mereka diklaim dapat mendukung semua kimia dan format baterai li-ion, memulihkan lebih dari 95 persen bahan material yang ditemukan dalam baterai li-ion, dan menghindari limbah penimbunan selama proses berlangsung.

Untuk mengetahui temuan white paper “Understanding the Total Sustainability Impact of Li-ion IPS Batteries” selengkapnya, silakan akses laman ini.

Minggu, 25 Desember 2022

Awas Kebakaran Rumah Saat Ditinggal Liburan! Solusinya Pakai Teknologi Smart Home

Kebakaran rumah akibat korsleting listrik

Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19.

Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang.

Jumlah tersebut melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal.

Baca juga: Studi Schnedier Electric Mengungkapkan Masih Banyak Kesenjangan Aksi Sustainability Industri

Salah satu insiden yang sering menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta.

Distribution Business Vice President of Schneider Electric Indonesia M Farhan Lucky menyampaikan bahwa masyarakat perlu melakukan upaya preventif untuk menghindari potensi bencana kebakaran.

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi smart home agar masyarakat dapat meningalkan rumah dengan lebih tenang saat berlibur.

Baca juga: 5 Cara Mudah Perangi Perubahan Iklim

“Perkembangan teknologi smart home yang berpadu dengan pemanfaatan internet of things (IoT) pada peralatan listrik, perangkat elektronik, dan sistem keamanan rumah memungkinkan pemilik rumah mengontrol seluruh aktivitas perangkat elektronik di rumah,” ujar Farhan.

Alhasil, upaya tersebut dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan tempat tinggal saat penghuni sedang berada di luar.

Baca juga: Apresiasi Pemerintah Indonesia untuk Schneider Electric dalam Rangka Penguatan Komponen Lokal

Tidak hanya itu, teknologi smart home juga memungkinkan pemilik rumah mengontrol konsumsi listrik di rumahnya sehingga dapat menghemat biaya listrik. Dari sisi desain, perangkat smart home  saat ini sudah semakin stylish dan modern sehingga juga dapat lebih mempercantik tampilan rumah.

Berikut adalah beberapa teknologi smart home yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat untuk melindungi keamanan dan meningkatkan kenyamanan rumah dengan sistem yang terintegrasi.

1. Wiser Home Control 

Aplikasi smart home dapat memudahkan masyarakat memantau dan mengontrol kondisi rumah saat ditinggalkan dalam waktu lama. Wiser Home Control dari Schneider Electric menjadi salah satu rekomendasi yang mengintegrasikan teknologi kelistrikan, multimedia, dan telekomunikasi pemilik rumah. 

Wiser Home Control memungkinkan Anda untuk memonitor, mengendalikan dan mengakses rumah dari mana saja dan kapan saja menggunakan ponsel pintar, komputer, serta sistem door entry dengan sistem antarmuka (interface) intuitif yang sama. 

2. Sakelar dan stop kontak

Peran sakelar lampu dan stop kontak sangat penting dalam menghubungkan serta memutuskan aliran listrik dengan peralatan listrik. Oleh sebab itu, pastikan sakelar lampu dan stop kontak yang terpasang di rumah memiliki kualitas yang baik dan memiliki fitur-fitur tambahan yang bersifat fungsional.

Sakelar lampu dan stop kontak dari Schneider Electric, misalnya, memiliki spektrum lengkap yang terdiri atas berbagai warna, pola, dan material yang mudah diganti hanya dalam “satu klik”.

Schneider Electric juga melengkapi sakelar dan stop kontak dengan teknologi tinggi seperti LED night indicator, cellphone support, dan USB charger.

3. RCBO terkoneksi

Schneider Electric memiliki solusi residual-current circuit breaker with overcurrent protection (RCBO) Slim Domae yang merupakan kombinasi dari miniature circuit breaker (MCB) dan earth-leakage circuit breaker (ELCB) yang berfungsi memproteksi terjadinya kebocoran arus listrik.

Alat tersebut juga memiliki fungsi lainnya, yaitu mengontrol beban lebih, anti-korsleting, dan anti-setrum. Dari sisi bentuk fisik, RCBO memiliki dimensi ukuran yang sama dengan MCB sehingga dengan mudah dapat diganti tanpa perlu membongkar instalasi listrik di rumah.

4. Sensor okupansi

Penerangan lampu sering kali menjadi indikator bagi para pelaku kejahatan untuk mencari tahu apakah rumah tersebut kosong atau tidak.

Tidak hanya itu, lampu yang terus menerus menyala juga menjadi salah satu pemborosan listrik ketika rumah ditinggalkan.

Dengan sensor okupansi, menyalakan atau meredupkan lampu dapat dilakukan secara otomatis dengan mendeteksi gerakan dalam ruangan.

Baca juga: EcoStruxure Building Schneider Electric Mendapatkan Akreditasi WiredScore

Dengan penggunaan sensor okupansi, Anda juga tidak perlu lagi meninggalkan rumah dengan kondisi lampu menyala sehingga menghemat biaya listrik selama berlibur.

Adapun rekomendasi sensor okupansi yang diproduksi Schneider Electric di antaranya adalah NEO, ZENcelo, dan Argus.

 “Solusi dan produk cerdas kini telah banyak tersedia untuk masyarakat manfaatkan. Dengan beragam pilihan yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, masyarakat tak perlu khawatir lagi meninggalkan rumah saat berlibur,” kata Farhan.

Selasa, 13 Desember 2022

5 Cara Mudah Perangi Perubahan Iklim

Solusi untuk mengurangi perubahan iklim dengan mudah.

Sebagai informasi, saat ini hampir 25 persen emisi gas rumah kaca dunia berasal dari sektor kehutanan, dan pertanian. Inilah pentingnya pengelolaan penggunaan lahan untuk memerangi perubahan iklim.

Pada dasarnya, konservasi, restorasi, dan peningkatan praktik pengelolaan lahan guna meningkatkan penyimpanan karbon atau mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan basah merupakan beberapa contoh solusi mengatasi perubahan iklim secara natural atau alami.

Baca juga: Apresiasi Pemerintah Indonesia untuk Schneider Electric dalam Rangka Penguatan Komponen Lokal

Solusi tersebut bisa digunakan untuk memerangi perubahan iklim. Bisa pula dikombinasikan dengan pengembangan energi bersih dan inisiatif lain untuk mendekarbonisasi ekonomi global.

Selain itu, emisi karbon juga dihasilkan dari sektor industri lainnya, seperti rumah tangga, transportasi, dan pengelolaan makanan. Berikut adalah beberapa solusi yang bisa kamu lakukan untuk memerangi perubahan iklim.

1. Mendaur ulang

TPA mengeluarkan karbon dioksida selain merusak bagian alam lingkungan. Memanfaatkan program daur ulang membantu mencegah pembuangan produk yang dapat digunakan kembali dan menurunkan permintaan bahan baku.

2. Pakai bahan yang sustainable

Perilaku pembelian konsumen berdampak pada keberlanjutan dan perubahan iklim. Pembelian dari bisnis yang memproduksi produk yang tidak berkelanjutan dalam jumlah besar, misalnya, dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Tak hanya itu, aksi tersebut juga bisa melemahkan keberlanjutan sosial dan meningkatkan limbah. Sebisa mungkin, kurangi dampak terhadap lingkungan dan iklim dengan melakukan pembelian dari bisnis yang sumber bahannya berkelanjutan atau menggunakan bahan daur ulang.

3. Kurangi sampah

Sampah adalah masalah utama bagi keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, mulailah mengurangi penggunaan plastik jika tidak begitu diperlukan. Dalam hal berbelanja, misalnya.

Sudah banyak pusat perbelanjaan yang tidak lagi memberikan plastik. Sebagai solusi, masyarakat bisa menggunakan kantung belanja berbahan dasar kain atau canvas yang lebih ramah lingkungan dan bisa digunakan beberapa kali.

4. Pakai transportasi umum

Kendaraan pribadi berpontensi lebih banyak mengeluarkan polusi udara. Sebab, masih banyak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Sebagai solusi untuk mengatasi hal ini, kamu bisa beralih ke transportasi publik untuk mengurangi volume kendaraan di jalan raya.

Selain itu, solusi lainnya adalah menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik atau mobil listrik. Saat ini sudah banyak jenis mobil listrik dengan model yang beragam dan harga yang kompetitif.

5. Pilihan makanan

Peternakan dan pertanian menjadi beberapa sektor penyumbang terbesar perubahan iklim. Dengan memilih produk nabati atau bebas susu, konsumen dapat mengurangi dampak sektor makanan terhadap lingkungan. Sebab, peternakan sapi menghasilkan gas metana paling banyak, itu memiliki dampak terbesar pada iklim.

Jumat, 09 Desember 2022

Apresiasi Pemerintah Indonesia untuk Schneider Electric dalam Rangka Penguatan Komponen Lokal

Penguatan SNI dan TKDN Indonesia

Atas komitmen dan konsistensinya dalam mendukung penguatan industri manufaktur dalam negeri melalui peningkatan komponen lokal dan standardisasi nasional, Schneider Electric mendapat sejumlah apresiasi.

Terdapat 5 penghargaan sekaligus yang diperoleh Schneider Electric, yakni Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Award dari PT PLN (Persero) untuk produk Panel Hubung Bagi Tegangan Menengah Air Insulated Switchgear (PHBTM AIS), serta 4 penghargaan SNI Award untuk penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) di keempat pabriknya yang berlokasi di Cikarang dan Batam.

Tidak hanya itu, Schneider Electric juga mendapatkan Sertifikasi TKDN dari Kementerian Perindustrian untuk produk panel Air-Insulated modular switchboard atau dikenal dengan SM6.

Baca juga: Schneider Electric Bantu Para Mitra untuk Membuat Bisnis yang Future-proof

Country President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, sebagai perusahaan global yang hampir menginjak usia 50 tahun di Indonesia, Schneider Electric terus mendukung pemerintah dalam pengembangan industri dalam negeri.

“Komitmen tersebut tercermin melalui penyediaan produk-produk terbaik, transfer keahlian dan teknologi, serta pemenuhan ketentuan yang ditetapkan pemerintah dan lembaga terkait. Dalam hal ini mencakup pemenuhan TKDN dan SNI,” kata Roberto.

Ke depannya, tambah Robertto, Schneider Electric akan terus meningkatkan pemenuhan TKDN di lini produk lain yang diproduksi di Indonesia.

Baca juga: EcoStruxure Building Schneider Electric Mendapatkan Akreditasi WiredScore

“Salah satunya adalah sertifikasi TKDN untuk produk terbaru kami, SM AirSet – inovasi switchgear berinsulasi udara modular tanpa menggunakan gas SF6,” jelasnya.

Hadirnya solusi tersebut di pasar Indonesia merupakan bagian dari inisiatif #GREENHEROESForLife dari Schneider Electric dalam rangka mendukung upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Penguatan TKDN

Penghargaan TKDN Award diberikan kepada Schneider Electric atas komitmen perusahaan dalam meningkatkan komposisi komponen dalam negeri dalam produk PHBTM AIS.

Adapun lebih dari 35 persen komponen produk panel listrik ini diproduksi secara langsung di Pabrik Schneider Electric Cikarang, melampaui batas minimum 25 persen yang disyaratkan pemerintah.

Baca juga: Studi Schnedier Electric Mengungkapkan Masih Banyak Kesenjangan Aksi Sustainability Industri

Sebagai informasi, produk panel listrik yang terdiri dari rangkaian medium voltage secondary switchgear dan medium voltage primary switchgear tersebut dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara-negara di Asia Timur dan Jepang.

Selain memperoleh penghargaan TKDN Award, Schneider Electric baru-baru ini juga memperoleh Sertifikasi TKDN dari Kementerian Perindustrian untuk produk modular switchboard SM6 tipe LBS, LBS Fuse, dan Circuit Breaker.

Pemenuhan dan pengembangan SNI

Dalam hal pengembangan standar nasional, Schneider Electric turut berperan aktif baik dalam pengembangan SNI dan berpartisipasi aktif sebagai delegasi Indonesia dalam perumusan standar di tingkat internasional.

Schneider Electric meraih 4 Penghargaan SNI Award, yaitu untuk unit Pabrik Cikarang, Pabrik Batam PEM, Pabrik Batam PEL, dan Pabrik Batam Sensor. Ini menjadi pembuktian atas upaya Schneider Electric dalam memastikan penerapan standar kualitas yang mengacu pada standar internasional dan SNI.

Sejak 2018, pabrik Schneider Electric di Batam juga ditetapkan sebagai National Lighthouse Indonesia dan Global Lighthouse Network dari World Economic Forum dalam penerapan industri 4.0 di mana penerapan digitalisasi dan automasi di pabrik Batam menjadi tolok ukur bagi pelaku industri di Indonesia dan global.

Baca juga: Kombinasi Elektrifikasi dan Digitalisasi untuk Mencapai Target Net Zero Emission

Sementara itu, Pabrik Schneider Electric Cikarang juga menjadi percontohan dalam praktik sustainability melalui penerapan sumber energi terbarukan berbasis tenaga surya dan green supply chain.

“Penghargaan ini akan semakin memberikan jaminan kepada para pemangku kepentingan di Indonesia bahwa produk-produk yang diproduksi oleh pabrikan Schneider Electric di Indonesia tidak hanya memiliki inovasi  yang tinggi dalam teknologi, juga memiliki kualitas, keamanan, dan keandalan yang tepercaya,” kata Roberto.

Kamis, 01 Desember 2022

EcoStruxure Building Schneider Electric Mendapatkan Akreditasi WiredScore

Pengelolaan smart building

Pengelola bangunan di era digital membutuhkan manajemen energi untuk mewujudkan operasional yang lebih efisien dan mendorong pengurangan penggunaan emisi karbon dalam skala besar.

Inilah pentingnya solusi bangunan pintar atau smart building. Dalam skala yang lebih luas, bangunan yang dikelola secara digital juga bisa mendapatkan analitik data secara real-time.

Data tersebut memungkinkan pembuat keputusan atau pengelola gedung membuat pilihan berdasarkan informasi yang akurat guna meningkatkan keberlanjutan, efisiensi, dan ketahanan bangunan, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih baik bagi penghuni.

Baca juga: Schneider Electric Ajak Industri Percepat Realisasi Aksi Sustainability

Namun, saat ini masih terdapat kesenjangan tentang bagaimana industri real estate dapat mengintegrasikan data dan solusi digital untuk mencapai target sustainability dan menciptakan smart building yang terhubung.

Pada dasarnya, saat ini telah banyak tersedia solusi pengelolaan smart building. Salah satunya adalah EcoStruxure Building yang dimiliki oleh Schneider Electric.

Pada EcoStruxure Building, Schneider Electric memiliki teknologi connected room solution yang terhubung dengan internet of things (IoT) dan big data.

Baca juga: Studi Schnedier Electric Mengungkapkan Masih Banyak Kesenjangan Aksi Sustainability Industri

Pengelolaan bangunan secara real-time tersebut membuat pengelolaan energi menjadi lebih efisien dan pada ujungnya bisa menghemat biaya operasional.

Kabar baiknya, EcoStruxure Building milik Schneider Electric juga mendapatkan akreditasi dari lembaga sertifikasi konektivitas digital global, WiredScore, dengan kategori “Solusi Terakreditasi”.

Akreditasi tersebut memungkinkan Schneider Electric dapat menyelaraskan teknologinya dengan panduan sertifikasi global SmartScore untuk mendukung perusahaan atau bisnis di berbagai sektor industri memenuhi standar bangunan pintar modern mereka.

VP of Digital Energy at Schneider Electric Kas Mohammed mengatakan, akreditasi WiredScore menjadi upaya berkelanjutan Schneider Electric dalam menghadirkan solusi digital cerdas yang memungkinkan bisnis menciptakan bangunan cerdas, hijau, dan sehat.

Baca juga: Kombinasi Elektrifikasi dan Digitalisasi untuk Mencapai Target Net Zero Emission

“Kami bersemangat memulai perjalanan dengan WiredScore dan menjadikan EcoStruxure. Inisiatif ini merupakan langkah maju dalam membantu klien kami memahami nilai manfaat yang dapat diberikan oleh investasi mereka dalam teknologi digital,” kata Kas dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/11/2022).

Kemitraan dan berbagi pengetahuan, lanjutnya, memiliki peran penting untuk mencapai tujuan sustainability.

Founder & CEO WiredScore Arie Barendrecht mengamini pernyataan tersebut. Pihaknya kini merasa bersemangat untuk membangun jembatan antara real estate dan teknologi.

Baca juga: Schneider Electric Bantu Para Mitra untuk Membuat Bisnis yang Future-proof

“Sejak meluncurkan SmartScore–sertifikasi gedung pintar kami–pada 2021, kami menyadari bahwa 'pintar' selalu menjadi subjek yang tidak jelas untuk industri real estate. Banyak yang terus mencari panduan tentang cara mengimplementasikan gedung pintar, penyedia solusi apa yang dapat digunakan, dan bahkan apa arti 'pintar' itu sendiri. Kami yakin bahwa penawaran Solusi Terakreditasi kami akan membantu pelaku industri menemuka cara sukses mewujudkan gedung pintar,” jelas Arie.

Jumat, 25 November 2022

Studi Schnedier Electric Mengungkapkan Masih Banyak Kesenjangan Aksi Sustainability Industri

Aksi sustainability industri di seluruh dunia

Pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasiSchneider Electric telah melakukan studi bekerja sama dengan tiga firma riset independen yang berfokus pada aspek sustainability dalam operasional teknologi informasi dan data center.

Hasil dari ketiga studi tersebut mengungkapkan terjadinya kesenjangan antara niat dan tindakan di mana sebagian besar industri masih dalam tahap awal perjalanan sustainability-nya.

Tiga studi diselenggarakan, secara terpisah, oleh analis industri terkemuka, yaitu: 451 Research (bagian dari S&P Market Intelligence), Forrester Consulting, dan Canalys.

Baca juga: Schneider Electric Bantu Para Mitra untuk Membuat Bisnis yang Future-proof

Mereka mengumpulkan data dari hampir 3.000 responden global, termasuk penyedia colocation dan cloud terbesar, penyedia solusi teknologi informasi, serta profesional teknologi informasi di berbagai segmen dan ukuran organisasi.

Studi 451 Research mengungkapkan dilema antara persepsi-versus-realitas di mana mayoritas responden merasa bahwa program sustainability mereka lebih maju daripada realitasnya. Hasil evaluasi menunjukkan 48 persen responden tidak sesuai dengan jawaban sebelumnya.

Sementara itu, Studi Forrester Consulting yang berfokus pada colocation menemukan bahwa 73 persen responden melaporkan sustainability sebagai prioritas bisnis kedua terpenting bagi mereka secara keseluruhan, tetapi hanya 33 persen yang mengatakan organisasi mereka telah membuat rencana strategi sustainability-nya.

Baca juga: Schneider Electric Ajak Industri Percepat Realisasi Aksi Sustainability

Di lain sisi, Penelitian Canalys mengungkapkan bahwa mitra IT Channel mulai berinvestasi dalam strategi sustainability, tetapi masih berjuang untuk menerjemahkan investasi ke dalam suatu tindakan dan tidak memiliki jawaban yang jelas tentang bagaimana mencapai tujuan tersebut.

Dari 61 persen responden mengatakan telah memiliki personel yang didedikasikan untuk sustainability, hanya sepertiga yang telah menetapkan target environmental, social and governance (ESG).

Senior Vice President, Secure Power Division, International Operations for Schneider Electric Natalya Makarochkina  mengatakan, studi menunjukkan bahwa ada kesenjangan aksi sustainability di sektor data center dan teknologi informasi, niat belum berbanding lurus dengan aksi.

Baca juga: Schneider Electric Raih Penghargaan dari Kementerian ESDM untuk Bidang Efisiensi Energi

“Tentu saja, para profesional teknologi informasi memahami dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi isu sustainability. Namun, langkah mereka belum diimbangi dengan rencana aksi sustainability yang komprehensif dan didukung oleh target terukur untuk menciptakan perubahan yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim. Ketiga studi independen tersebut mengungkapkan kesenjangan antara aksi sustainability dan ini merupakan tantangan kolektif yang harus diatasi,” kata Natalya.

Memahami perkembangan inisiatif sustainability di industri

Schneider Electric menyelenggarakan tiga studi independen, yang dirancang untuk membantu industri lebih memahami kematangan inisiatif sustainability-nya. Berikut adalah ringkasan dari setiap studi dengan sampel hasil dan tautan ke versi lengkap:

1. Hasil Studi 451 Research: Sustainability at the Edge – The Gap between Enterprise Plans and Sustainability Programs for Core and Distributed IT. 

Studi ini menyurvei lebih dari 1.150 perusahaan menengah dan besar di seluruh dunia yang mewakili lebih dari 20 vertikal dan upaya sustainability mereka dengan sumber daya teknologi informasi terdistribusi.

Analis menemukan banyak perusahaan merasa sudah lebih jauh dalam perjalanan sustainability-nya daripada realitasnya. Pendorong utama aksi sustainability mereka adalah nilai bisnis perusahaan dengan mulai mengukur penggunaan energi, lalu berkembang ke metrik dan pengukuran sustainability lainnya.

Tantangan terbesar dalam perjalanan sustainability mereka antara lain optimalisasi penggunaan energi, diikuti dengan memperoleh data dan metrik yang konsisten (untuk pemimpin/perusahaan tingkat lanjut), serta kekurangan staf terampil (untuk organisasi pemula).

2. Studi Forrester Consulting: Reimagine Colocation Strategy With Sustainability Front of Mind. 

Para peneliti menyurvei 1.033 pengambil keputusan sustainability global di penyedia colocation di seluruh dunia dengan tujuan mengeksplorasi aspek pendorong sustainability di industri penyedia colocation.

Studi ini juga mengeksplorasi tantangan utama bagi pemain colocation dan di mana mereka berinvestasi paling banyak dalam hal teknologi.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Industri, Schneider Electric Perkenalkan Teknologi Industri Generasi Baru

Studi tersebut menemukan bahwa mayoritas organisasi belum memiliki strategi komprehensif atas program sustainability-nya dan hanya 33 persen yang mengatakan bahwa organisasi mereka telah membuat rencana sustainability yang strategis.

Hal ini menunjukkan bahwa industri ini masih berada di awal perjalanan sustainability-nya. Studi ini juga mengungkapkan bahwa kunci dari keberhasilan sustainability adalah menemukan mitra yang tepat untuk membantu keberhasilan organisasi.

3. Canalys: How can partners develop sustainability strategies? 

Penelitian ini berusaha memahami kesiapan ekosistem mitra IT Channel global dalam perjalanan sustainability dengan menyurvei 500 Penyedia Solusi teknologi informasi. Studi ini mendefinisikan kesiapan dan peran mitra IT Channel dalam ekosistem yang lebih luas.

Canalys menemukan bahwa 60 persen dari responden telah mendedikasikan sumber daya ESG dan 40 persen mengharapkan pendapatan dari solusi sustainability.

Menurut eBook, meskipun mitra IT Channel telah berinvestasi dalam strategi sustainability, mereka masih berjuang untuk menerjemahkannya ke dalam aksi..

Dukungan Schneider Electric untuk upaya sustainability

Untuk membantu perusahaan di berbagai sektor industri di seluruh dunia mewujudkan aksi  sustainability mereka, Schneider Electric meluncurkan produk, software, dan solusi komprehensif. Berikut beberapa di antaranya.

1. Schneider Electric menyediakan lebih dari 2.000 konsultasi sustainability dari untuk mendukung kustomer  menetapkan target, membangun strategi sustainability, pengadaan energi terbarukan, mengevaluasi opsi energi, mendekarbonisasi rantai pasokan, dan meningkatkan efisiensi dalam operasional.

2. Sustainable Performace by Design  – Schneider Electric memanfaatkan EcoDesign, sebuah program yang menanamkan kinerja berkelanjutan pada siklus proses desain produk. Produk yang memiliki kinerja lingkungan yang tinggi akan memperoleh label Green Premium.

3. Portofolio Data Center Infrastructure Management (DCIM) for Sustainability - EcoStruxure IT, portofolio software dan layanan yang komprehensif untuk data center, hybrid teknologi informasi, dan infrastruktur edge computing, yang memungkinkan pemantauan dan pengelolaan jarak jauh yang aman, perencanaan, dan pemodelan, serta membantu perusahaan mengatasi tantangan sustainability.

4. Sustainability melalui kemitraan masa depan - ekosistem terpadu yang kolaboratif dari penyedia solusi teknologi informasi yang menyederhanakan penerapan dan pengelolaan solusi teknologi informasi di tepi bagi kustomer.

5. Memprioritaskan sustainability untuk mitra melalui mySchneider – dengan akses ke Portal Desain, mitra dapat merancang untuk kemudahan servis, merancang sistem teknologi informasi yang efisien dari jarak jauh dan menawarkan produk inovasi kepada pelanggan yang sesuai dengan ketentuan terkait lingkungan. 

Kamis, 24 November 2022

Kombinasi Elektrifikasi dan Digitalisasi untuk Mencapai Target Net Zero Emission

Smart grid atau listrik pintar sebagai solusi industri kelistrikan agar lebih berkelanjutan

Hi guys!

Sebagai negara kepulauan, tidak sedikit tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sistem jaringan kelistrikan yang merata dan dapat diandalkan. Terlebih saat ini, sektor kelistrikan di Indonesia dan seluruh dunia tengah mendapatkan sorotan dan tekanan luar biasa untuk dapat memastikan pemerataan akses serta pemenuhan kebutuhan masyarakat dan industri yang terus meningkat.

Di sisi lain, sektor kelistrikan juga dituntut untuk dapat mengatasi perubahan iklim dengan menghasilkan energi yang bersih dan sustainable. 

Belum lagi permasalahan operasional seperti kebocoran yang tak terdeteksi dalam produksi listrik dan perjalanan pendistribusiannya dari pembangkit hingga ke konsumen akhir. Hal ini tentu menyebabkan inefisiensi produktivitas yang berujung pada kerugian operasional.

Baca juga: Pesan CEO Schneider Electric di Innovation Summit World Tour 2022

Beban yang cukup besar, tetapi bukan tidak mungkin untuk dicari solusinya.

Sektor kelistrikan berpacu dengan waktu untuk dapat bergerak dengan memanfaatkan teknologi digital dan beralih dari sumber energi fosil ke sumber energi terbarukan.

Kombinasi elektrifikasi dan digitalisasi atau dikenal dengan istilah Electricity 4.0 merupakan cara tercepat untuk mencapai target emisi nol bersih.

Integrasi dan transformasi

Elektrifikasi merupakan vektor terbaik untuk dekarbonisasi, sementara teknologi digital memungkinkan visibilitas menyeluruh dari yang sebelumnya tidak terdeteksi menjadi terlihat. Hal ini memungkinkan operator mengantisipasi kerusakan perangkat sebelum terjadi kegagalan, mengurangi limbah, dan meningkatkan efisiensi.

Meski begitu, transformasi jaringan listrik pintar atau disebut smart grid juga memiliki tantangan tersendiri. Adopsi teknologi digital yang hampir merata di seluruh sektor mulai dari bangunan dan perumahan, industri, serta telekomunikasi dan transportasi mengubah mekanisme komunikasi dengan sistem jaringan listrik yang sebelumnya bersifat satu arah menjadi dua arah.

Sistem kelistrikan semakin kompleks dan perlu terintegrasi, serta dikelola secara cerdas di tingkat lokal dan di tingkat jaringan distribusi. Dengan begitu, operator sistem distribusi dapat memprediksi, memantau, dan mengambil aksi dalam memastikan kebutuhan terpenuhi dengan baik, sekaligus memastikan aspek sustainability-nya.

Baca juga: Schneider Electric Ajak Industri Percepat Realisasi Aksi Sustainability

Dibutuhkan perencanaan strategis dan holistik dengan berorientasi pada kebutuhan di masa depan agar pengembangan dan pengelolaan smart grid benar-benar dapat mendukung pengendalian perubahan iklim.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, Schneider Electric sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan energi, meyakini konsep kemitraan strategis yang memiliki visi dan misi yang sama untuk membangun dunia kelistrikan lebih berkelanjutan. Schneider Electric menyebutnya “Partnership of The Future”.

Sistem kelistrikan masa depan harus ditunjang dengan mitra teknologi yang berorientasi pada kesederhanaan (simplified), keterbukaan (open system), dan teknologi berbasis perangkat lunak (software-oriented technology).

Baca juga: Schneider Electric Raih Penghargaan dari Kementerian ESDM untuk Bidang Efisiensi Energi

Tujuannya untuk memaksimalkan potensi sektor kelistrikan dalam mendukung kebutuhan masa depan, baik dari sisi suplai maupun dampak lingkungan.

“Sebagai mitra strategis PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, Schneider Electric siap mendukung transformasi sistem distribusi listrik di Indonesia melalui keahlian, pengalaman, dan solusi yang kami miliki. Pengalaman global kami dalam mendukung transformasi digital dari berbagai perusahaan listrik memperlihatkan bagaimana kemitraan yang dibangun dapat menjadi pondasi dalam mencapai tujuan pembangunan sistem kelistrikan yang lebih andal, efisien, dan sustainable,” kata Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi.

Kemitraan terbaru Schneider Electric bersama PLN adalah digitalisasi panel listrik di lima wilayah yang dikelola oleh PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jakarta Jaya.

Dengan pemanfaatan Smart RMU dari Schneider Electric, memungkinkan tim teknis PLN untuk melakukan kontrol jarak jauh terhadap performa panel, efisiensi waktu pemeliharaan, meningkatkan akurasi pembacaan arus dan tegangan panel, serta meningkatkan keamanan staf teknis terhadap potensi kecelakaan kerja.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Industri, Schneider Electric Perkenalkan Teknologi Industri Generasi Baru

“Di global, kami mendukung digitalisasi perusahaan-perusahaan listrik seperti ENEL, Republik Ekuador, dan Tata Power. Perusahaan listrik terbesar di Eropa, Enel, misalnya, lebih dari 110.000 gardu induknya dilengkapi dengan solusi EcoStruxure Grid yang dapat melakukan isolasi kesalahan dengan cara yang sepenuhnya automatis dan terdesentralisasi, mengurangi kehilangan energi listrik sekitar 144 GWh per tahun, setara dengan listrik yang dikonsumsi oleh sekitar 50.000 rumah tangga di Italia setiap tahunnya,” ujar Roberto.

Digitalisasi jaringan kelistrikan dari hulu ke hilir membutuhkan kerja sama yang kolaboratif, Schneider Electric pun ingin mengajak seluruh pemangku kelistrikan di Indonesia, mulai dari sistem integrator, panel builder, electrical dan mechanical contractor, architect, engineering, hingga design consultant untuk bersama membangun ekosistem kemitraan yang terbuka untuk mendukung transformasi sektor kelistrikan di Indonesia lebih cepat.

Senin, 21 November 2022

Schneider Electric Bantu Para Mitra untuk Membuat Bisnis yang Future-proof

Cara mewujudkan tujuan emisi nol bersih dan sustainability industri

Hi guys!

Schneider Electric untuk pertama kalinya meluncurkan Schneider Electric Sustainability Impact Awards pada tahun ini dan merupakan bagian dari inisiatif program Partnering for Sustainability. Program ini merupakan pengakuan atas peran penting para mitra Schneider Electric dalam mewujudkan dunia kelistrikan yang lebih tangguh dan sustainable 

Baru-baru ini, Schneider Electric juga telah mengumumkan empat perusahaan yang meraih penghargaan Schneider Electric Sustainability Impact Award 2022 kategori Sustainability dan Efisiensi: Dampak bagi Pelanggan.

Keempat perusahaan tersebut adalah PT Sigmatech Tatakarsa, PT Asdi Swasatya, PT Asia Megatama Sejahtera, dan PT Teamworx Indonesia.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Industri, Schneider Electric Perkenalkan Teknologi Industri Generasi Baru

Pengumuman itu merupakan bagian dari agenda kegiatan Innovation Summit Jakarta 2022 yang mengangkat tema Innovation for Sustainable Indonesia.

Program Partnering for Sustainability juga merupakan kelanjutan dari inisiatif Schneider Electric untuk memberdayakan ekosistem mitra agar bergerak bersama menuju masa depan yang lebih sustainable.

Para mitra yang dimaksud antara lain HomebuildersIT PartnersPartner BuildersDesign FirmsKontraktorSystem IntegratorsEcoXpertsOriginal Equipment Manufacturer (OEM)Integrator Sistem Otomasi Industri (Industrial Automation System Integrators)Integrator Mesin (Machine Integrators)Distributor Otomasi Industri (Industrial Automation Distributors).

Baca juga: Schneider Electric Ajak Industri Percepat Realisasi Aksi Sustainability

Program tersebut mencakup beberapa aspek untuk membuat bisnis mereka future-proof, seperti pendidikan dan pelatihan yang komprehensif, portofolio produk yang disederhanakan, ekosistem pendukung yang terbuka dan kolaboratif, serta akses terhadap keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan dalam transformasi digital.

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, Schneider Electric Sustainability Award diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak lagi mitra-mitra di seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk bergabung dalam gerakan kolektif mempercepat perjalanan sustainability-nya.

Baca juga: Schneider Electric Raih Penghargaan dari Kementerian ESDM untuk Bidang Efisiensi Energi

“Salah satu tujuan utama kami adalah untuk mencapai tujuan emisi nol bersih dan menjadikan mereka duta #GREENHEROESForLife dalam berbagi praktik keberlanjutan perusahaan,” kata Roberto.

Selanjutnya, pemenang dari Indonesia akan mengikuti seleksi lebih lanjut untuk penghargaan di tingkat regional dan juga global. Pemenang tingkat global akan diumumkan pada Januari 2023.