Rabu, 27 September 2023

Apa Pentingnya Bursa Karbon, Kredit Karbon, dan Perdagangan Karbon?

Skema kredit karbon dan bursa karbon di Indonesia

Hi guys!

Manusia menjadi penyebab pemanasan global paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Laporan IPCC Climate Change pada 2021 menunjukkan, pemanasan dunia mungkin akan mencapai atau melampaui 1,5 derajat Celcius hanya dalam dua dekade mendatang.

Berdasarkan skenario emisi tinggi, IPCC menemukan bahwa suhu dunia mungkin akan meningkat sebesar 4,4 derajat Celcius pada 2100. Bila ini terjadi, mungkin akan menimbulkan bencana besar. Mengerikan.

Baca juga: Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric

Apakah kita dapat membatasi pemanasan tersebut dan mencegah dampak iklim lebih parah? Semua bergantung pada tindakan yang diambil pada dekade ini.

Caranya adalah dengan pengurangan emisi karbon sehingga dunia dapat mempertahankan kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius, batas yang menurut para ilmuwan diperlukan untuk mencegah dampak terburuk terhadap iklim.

Indonesia resmikan bursa karbon 

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional hingga 2030.

Salah satu upaya pemerintah adalah menerapkan mekanisme kredit karbon atau carbon credit. Apa itu kredit karbon? Bagaimana cara menghitungnya? Apa hubungan kredit karbon dengan carbon trading atau perdagangan karbon?

Baca juga: Schneider Electric Sediakan Panduan Desain Data Center untuk Memaksimalkan AI

Pemerintah Indonesia secara resmi meluncurkan bursa karbon pada 26 September 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong seluruh stakeholder untuk mendukung jalannya bursa karbon.

Secara sederhana, perdagangan karbon atau bursa karbon adalah jual beli kredit atas pengeluaran karbon dioksida dan gas rumah kaca. Perusahaan yang mampu menekan emisi dapat menjual kredit karbon ke perusahaan yang melampaui batas emisi.

Bagaimana menghitung kredit karbon?

Cara menghitung kredit karbon yang saat ini telah disepakati dunia adalah dengan menggunakan skema reducing emissions deforestation and forest degradation (REDD+).

REDD+ merupakan konsep untuk menekan emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan plus konservasi, pengelolaan kelestarian hutan, serta peningkatan cadangan karbon hutan di negara berkembang.

Perhitungan karbon kredit penting dilakukan sebelum mengambil tindakan terkait penyelamatan lingkungan. Adapun tahapan pada REDD+ yang disepakati seluruh dunia adalah pengukuran, verifikasi, kemudian tindakan (MRV).

Baca juga: Pentingnya Solusi Edge computing untuk Mendukung Digitalisasi Sekolah

MRV merupakan sistem untuk mendokumentasikan, melaporkan, dan membuktikan perubahan karbon secara konsisten, lengkap, transparan, dan akurat sehingga dapat diterima secara internasional.

MRV dapat membantu pemerintah dalam menetapkan emisi awal (baseline) karbon untuk dasar perhitungan dalam mekanisme carbon trading di bursa karbon.

Merujuk data IPCC-GL 2006, perhitungan data cadangan karbon dan perubahannya perlu memperhitungkan lima sumber karbon (carbon pools), yakni tanah, serasah, pohon yang mati, serta biomassa di bawah dan atas tanah.

Baca juga: Tips Menurunkan Tagihan Listrik dan Energi

Lewat skema REDD+, pengelola hutan yang sudah meraih sertifikasi pengelolaan hutan lestari dapat mengakses tambahan insentif jasa lingkungan berupa kredit karbon.

Pada perkembangan implementasi REDD+ di Indonesia, terdapat banyak tantangan dan lika-liku yang dilewati. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), REDD+ menjadi isu lintas sektoral yang memerlukan koordinasi dengan seluruh stakeholder untuk bersama-sama mengatasi penyebab deforestasi dan degradasi hutan dalam kerangka implementasi REDD+ secara penuh, baik di skala nasional maupun subnasional.

Dukungan stakeholder

Untuk mewujudkan impian penurunan emisi karbon, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan dukungan dari stakeholder terkait, terutama pihak swasta.

Hal tersebut disadari betul oleh Schneider Electric, perusahaan yang fokus dalam transformasi digital manajemen energi dan automasi.

Schneider Electric menginisiasi program Schneider Green pada 2022 dan telah berhasil memberikan dampak positif serta manfaat melalui penanaman lebih dari 300 pohon di berbagai kota, mulai dari Bekasi, Medan, Surabaya, Mojokerto, Malang, hingga Kediri dengan potensi penyimpanan karbon mencapai 6,89 ton.

Baca juga: Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi

Schneider Electric pun menargetkan dapat menanam 800 bibit tanaman keras hingga 2025 yang memiliki potensi penyimpanan karbon mencapai 18,4 ton.

Secara keseluruhan, Schneider Electric mencanangkan kupaya karbon netral pada operasinya, termasuk karbon dioksida offset pada 2025. Pada 2030, Schneider Electric akan mengurangi pengeluaran karbon sebesar 25 persen di seluruh rantai pasok dan “Net-Zero ready” dalam operasinya.

Kemudian, pada 2040, Schneider Electric mencanangkan kupaya karbon netral pada seluruh rantai pasok dan Net-Zero emisi karbon pada seluruh rantai pasok pada 2050.

Untuk memahami lebih lanjut tentang komitmen dan perjalanan keberlanjutan Schneider Electric sebagai Impact Company, baca laporan keberlanjutan terbarunya di sini.

Senin, 25 September 2023

Schneider Electric Sediakan Panduan Desain Data Center untuk Memaksimalkan AI

Data center di Indonesia

Hi guys!

Pemanfaatan artificial intelligence (AI) secara global diproyeksikan akan terus meningkat dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 26-36 persen pada 2028.

Menurut studi yang dirilis oleh firma konsultan Kearney, Indonesia bahkan memiliki potensi peningkatan ekonomi pada 2030 mencapai 366 miliar dollar AS atau Rp 5.371 triliun jika menerapkan AI pada semua lapangan usaha.

Secara horisontal, perkembangan AI ini akan berdampak pada peningkatan permintaan daya di data center. Permintaan kebutuhan energi pun diproyeksikan akan meningkat.

Baca juga: Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric

Disrupsi AI memang telah membawa perubahan dan tantangan yang signifikan dalam desain dan operasi data center.

Saat ini, pemanfaatan AI semakin luas dan berdampak pada ragam sektor industri, mulai dari manufaktur, keuangan, perawatan kesehatan, transportasi, hingga hiburan.

Kondisi tersebut pada akhirnya berdampak pada permintaan daya pemrosesan yang lebih tinggi. Guna menanganinya, data center harus beradaptasi secara efektif untuk memenuhi kebutuhan daya yang terus berkembang dari aplikasi berbasis AI.

Baca juga: Pentingnya Solusi Edge computing untuk Mendukung Digitalisasi Sekolah

Hal itulah yang mendasari perusahaan transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, meluncurkan panduan berjudul Disrupsi AI: Tantangan dan Panduan untuk Desain Data Center.

Panduan cetak biru tersebut memaparkan beberapa pertimbangan utama terkait empat kategori infrastruktur fisik, yaitu daya, pendinginan, rak, dan perangkat lunak.

Pada era AI seperti sekarang, panduan terbaru Schneider Electric membuka jalan bagi bisnis untuk merancang data center yang tidak hanya mampu mendukung AI, tetapi juga dioptimalkan sepenuhnya untuk AI.

Panduan ini memperkenalkan konsep-konsep inovatif dan praktik-praktik terbaik, yang sekaligus memposisikan Schneider Electric sebagai pelopor dalam evolusi infrastruktur data center.

Baca juga: Tips Menurunkan Tagihan Listrik dan Energi

Aplikasi AI sangat intensif dalam hal komputasi dan membutuhkan daya pemrosesan dalam jumlah besar yang disediakan oleh graphic processing unit (GPU) atau akselerator khusus AI. Hal ini memberikan beban yang signifikan pada daya dan infrastruktur pendingin data center. 

Seiring dengan meningkatnya biaya energi dan pemenuhan kepatuhan terhadap praktik sustainability, data center harus berfokus pada perangkat keras yang hemat energi, seperti sistem daya dan pendingin berefisiensi tinggi, serta pemanfaatan sumber daya terbarukan untuk membantu mengurangi biaya operasional dan jejak karbon.

Membuka potensi penuh AI

Panduan data center untuk AI dari Schneider Electric mengeksplorasi titik temu antara AI dan infrastruktur data center, yang membahas pertimbangan-pertimbangan utama seperti:

  • Panduan tentang empat atribut dan tren AI utama yang mendukung tantangan infrastruktur fisik dalam hal daya, pendinginan, rak, dan manajemen perangkat lunak.
  • Rekomendasi untuk menilai dan mendukung kepadatan daya rak yang ekstrem pada server pelatihan AI.
  • Panduan untuk mencapai transisi yang sukses dari pendingin udara ke pendingin cair untuk mendukung peningkatan daya desain termal beban kerja AI.
  • Rekomendasi spesifikasi rak untuk mengakomodasi server AI yang membutuhkan daya tinggi, manifold dan pipa pendingin, serta kabel jaringan dalam jumlah besar dengan lebih baik.
  • Panduan dalam menggunakan manajemen infrastruktur data center (DCIM), sistem manajemen daya listrik (EPMS), dan perangkat lunak sistem manajemen gedung (BMS) untuk menciptakan digital twin dari data center, operasional, dan manajemen aset. 
  • Outlook tentang teknologi baru dan pendekatan desain untuk membantu mengatasi evolusi AI.

Untuk informasi lebih lanjut tentang solusi dan keahlian pusat data AI Schneider Electric, silakan kunjungi website Schneider Electric.

Jumat, 22 September 2023

Pentingnya Solusi Edge computing untuk Mendukung Digitalisasi Sekolah

Edge computing menjadi solusi bagi dunia pendidikan untuk mempercepat digitalisasi di sekolah

Hi guys!

Seiring cepatnya perkembangan kecanggihan teknologi, sekolah di seluruh dunia mempunyai peluang mewujudkan digitalisasi dengan mengadopsi alat pembelajaran baru dan meningkatkan infrastruktur.

Seperti kita ketahui, transformasi digital dalam dunia pendidikan terus berkembang secara cepat di masa mendatang. Saat ini saja, sudah menjadi hal yang lumrah bagi siswa di ruang kelas membawa perangkat gadget, seperti laptop, tablet, atau smartphone.

Perangkat tersebut dan teknologi di ruang kelas, memungkinkan digitalisasi lebih lanjut karena para pendidik akan semakin mengandalkan solusi digital.

Baca juga: Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan

Sementara itu, permintaan terhadap kebutuhan data terus meningkat sehingga semakin membebani infrastruktur IT dan berpotensi menyebabkan masalah downtime, konektivitas, atau latensi. Oleh karena itu, sekolah perlu memperkuat infrastruktur IT dengan solusi edge computing.

Penting juga bagi sekolah memastikan bahwa tim IT dilengkapi dengan alat dan pelatihan yang diperlukan untuk mendukung proses digitalisasi secara efektif.

Teknologi AR dan VR dalam pendidikan

Dalam lima tahun ke depan, teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) kemungkinan akan menjadi hal yang umum di sekolah-sekolah di seluruh dunia.

Para guru sudah mulai memanfaatkan metaverse sebagai platform pembelajaran. Metaverse menggabungkan AR, VR, dan internet untuk menyediakan lingkungan kolaboratif yang mendalam.

Beberapa sekolah sudah menggunakan AR dan VR untuk melakukan karyawisata (study tour) yang dapat dilakukan secara virtual. 

Baca juga: Tips Menurunkan Tagihan Listrik dan Energi

Selain itu, kompetisi online juga mulai menjadi opsi yang semakin populer. Tidak lama lagi, e-sports juga akan menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang umum ada di sekolah.

Alat-alat digital yang baru muncul ini bisa diintegrasikan ke dalam lingkungan hibrida yang sudah ada dan seiring dengan proses transformasi digital, sekolah memerlukan infrastruktur tambahan, keamanan, dan perlindungan daya untuk mendukung teknologi baru.

Investasi teknologi digital terus meroket

Investasi pendidikan pada teknologi digital, seperti aplikasi bahasa, bimbingan virtual, dan perangkat lunak pembelajaran online semakin meningkat di seluruh dunia.

Berdasarkan data World Economic Forum, investasi ini mencapai 18,66 miliar dollar AS atau setara Rp 286 triliun pada 2019 dan industri pendidikan online secara keseluruhan diproyeksikan mencapai 350 miliar dollar AS atau setara Rp 5.380 triliun pada 2025.

Seiring dengan transformasi digital yang digencarkan di sekolah, ketersediaan bandwidth dan sistem harus menjadi prioritas sehingga menciptakan tantangan bagi para ahli IT.

Baca juga: Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric

Masalahnya, masih banyak daerah yang kekurangan staf IT berkualitas untuk memelihara dan memantau infrastruktur dan perangkat lunak tambahan guna mendukung teknologi digital baru.

Guna mengatasi tantangan ini, tim IT di pusat dapat melakukan pemantauan jarak jauh untuk mengelola data center, aplikasi edge computing, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan sekolah di daerah.

Solusi edge computing

Institusi pendidikan harus mempertimbangkan investasi pada peralatan jaringan canggih untuk menangani potensi ledakan kebutuhan akan teknologi baru. Selain itu, mereka harus meninjau kebutuhan infrastruktur, daya, dan perangkat pendingin untuk membantu menjaga waktu aktif jaringan.

Terakhir, untuk membantu memantau dan mengelola infrastruktur terdistribusi, tim IT dapat beralih ke pemantauan jarak jauh untuk memungkinkan guru, siswa, administrator, dan staf IT terhubung ke jaringan sekolah.

Visibilitas jarak jauh ke daya ruang server, pendingin, peralatan komputer, dan peralatan jaringan lemari kabel memungkinkan administrator sistem untuk memantau kinerja dan mengidentifikasi anomali peralatan.

Baca juga: Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi

Selain itu, sekolah bisa memanfaatkan uninterruptible power supplies (UPS) membantu menjaga ketersediaan sistem dengan menyediakan listrik transisi selama pemadaman listrik. UPS ini memungkinkan administrator untuk melakukan reboot sistem dari jarak jauh bila diperlukan.

Hal yang patut dipertimbangkan untuk sekolah adalah model UPS kecil dan ringan yang dirancang untuk lingkungan edge computing dan pusat data mikro. Misalnya, APC Smart-UPS Ultra dari Schneider Electric yang berukuran 30 persen lebih kecil, 50 persen lebih ringan, dan menghasilkan daya satu setengah kali lebih besar dibandingkan model sebelumnya.

Hal ini membuatnya lebih mudah untuk diterapkan di ruang yang lebih sempit dengan persyaratan komputasi yang lebih tinggi.

Minggu, 17 September 2023

Tips Menurunkan Tagihan Listrik dan Energi

Seorang pekerja perempuan sedang mencari tahu bagaimana cara terbaik menurunkan biaya listrik dan energi perusahaan

Hi guys!

Melonjaknya harga listrik tentu merugikan operasional industri di seluruh dunia. Inflasi energi berdampak pada kenaikan biaya, kendala kontrak kerja, penyusutan tenaga kerja, dan masalah pasokan bahan bakar.

Tingginya harga bahan bakar bahkan menyebabkan beberapa pabrik membatasi produksi atau tutup sama sekali.

Baca juga: Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan

Selama dua tahun ke depan, McKinsey & Company memperkirakan bahwa 57 persen produsen di Eropa tidak bisa senantiasa mengurangi konsumsi gas sambil tetap mempertahankan tingkat produksi saat ini.

Dalam industri proses, hibrida, atau diskrit, meningkatnya biaya energi dan ketidakpastian pasokan bahan bakar berdampak langsung pada laba dan aktivitas operasional yang dapat menyebabkan:

  • pangsa pasar menyusut
  • kehilangan pekerjaan
  • relokasi operasi ke negara-negara dengan biaya energi yang lebih rendah (jika memungkinkan)
  • kendala manufaktur yang mengganggu rantai pasokan hilir (termasuk produsen, distributor, pengecer, dan konsumen lain)

Sebagian besar pemimpin bisnis menyadari bahwa tantangan yang ditimbulkan oleh kenaikan harga energi akan tetap menjadi hambatan jangka panjang terhadap pertumbuhan bisnis.

Cara hemat biaya energi

Para pemimpin industri yang berpikiran maju secara aktif mengembangkan strategi transisi untuk secara signifikan meningkatkan peluang penghematan energi di seluruh operasional saat ini dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang bergejolak.

Tiga langkah berikut dapat membantu menurunkan konsumsi energi dan biaya terkait:

1. Memanfaatkan pendanaan teknologi

Di sisi pasokan energi, inisiatif pemerintah jangka pendek dan jangka panjang dapat membantu mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dengan menjadikannya lebih terjangkau bagi perusahaan untuk menggunakan energi terbarukan.

Di sisi permintaan, perusahaan dapat memfasilitasi digitalisasi operasi dan program efisiensi energi baru.

Baca juga: Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric

Kombinasi subsidi ini dan tindakan yang diambil oleh masing-masing organisasi dapat membantu industri mengendalikan biaya sekaligus memitigasi ketidakamanan energi saat ini, serta membantu perusahaan mencapai target energi ramah lingkungan untuk menjamin masa depan yang lebih berketahanan.

2. Melakukan audit energi

Audit adalah langkah pertama dalam program manajemen energi yang efektif dengan menetapkan status quo.

Audit energi dapat mengungkap kekurangan dalam sistem yang memakan energi seperti pompa, ventilasi, penerangan, udara bertekanan, uap, pendingin, HVAC, dan mesin proses, serta membantu mengidentifikasi dan memprioritaskan area yang berpotensi menghemat energi.

3. Mengukur dan memantau

Untuk mendorong perbaikan, perusahaan juga memerlukan pengukuran konsumsi energi yang terperinci untuk menentukan garis dasar.

Hubungkan dan automatisasi aset prusahaan. Kemudian, dengan menggunakan alat digital, perusahaan dapat memantau dan menganalisis efektivitas upaya peningkatan energi terhadap tolok ukur yang ada.

Jadi, tindakan manakah yang paling mendorong penghematan energi?

Baca juga: Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi

Keberhasilan sangat bergantung pada kombinasi dekarbonisasi – yang memfasilitasi transisi menuju perilaku yang meningkatkan efisiensi energi – dan strategi manajemen energi yang unik untuk operasional perusahaan.

Sebagai ahli dalam automasi industri, sistem tenaga, dan manajemen energi, Schneider Electric bekerja dengan perusahaan industri di seluruh dunia untuk membantu perusahaan mendigitalkan dan mendekarbonisasi operasionalnya.

Kamis, 07 September 2023

Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric

Sustainability School Schneider Electric

Hi guys!

Schneider Electric memperkenalkan Sustainability School Schneider Electric yang ditujukan untuk membantu perusahaan mengatasi tantangan dasar dalam bertransformasi.

Platform digital yang dapat diakses secara gratis ini menyediakan berbagai pelatihan interaktif yang bertujuan untuk membekali perusahaan dan para profesional dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna meningkatkan kinerja sustainability mereka.

Aksi sustainability atau keberlanjutan menjadi faktor penting yang harus dijalankan perusaahaan demi mewujudkan karbon netral.

Namun, ternyata, hanya terdapat 41 persen perusahaan terkemuka di Asia, termasuk Indonesia, yang telah menerapkan strategi sustainability dalam sebuah perencanaan yang jelas dan terukur.

Baca juga: 3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

Sebanyak 70 persen di antaranya mengatakan bahwa penyebab utama belum terlaksananya aksi sustainability di perusahaannya adalah masalah internal.

Data tersebut didapatkan dari penelitian yang dilakukan Schneider Electric terhadap C-level executive dan tenaga profesional pada 2022.

Penelitian tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa sebagian besar organisasi dan perusahaan terkemuka di Asia belum menyadari pentingnya manifestasi aspek sustainability dalam strategi bisnis perusahaan.

Kendala internal, seperti pola pikir, pengetahuan, budaya perusahaan yang belum mendukung transformasi, serta kurangnya data penunjang untuk membuat perencanaan strategis membuat aksi sustainability sukar dijalankan.

Baca juga: Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, Sustainability School Schneider Electric merupakan platform digital yang dapat diakses secara gratis.

Platform ini menyediakan berbagai pelatihan interaktif yang bertujuan untuk membekali perusahaan dan para profesional dengan pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja sustainability mereka.

Menyelaraskan pola pikir dan wawasan terkait upaya sustainability merupakan pondasi penting yang menentukan keberhasilan transformasi perusahaan. Hal inilah yang melatarbelakangi Schneider Electric memperkenalkan sustanability school

Saat pertama kali diluncurkan, sustanability school hanya diperuntukkan bagi para karyawan Schneider Electric untuk meningkatkan wawasan dan keahliannya dalam hal sustainability. Hal ini dilakukan untuk mendukung ekosistem mitra perusahaan lebih baik.

Baca juga: Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan

Saat ini, sustanability school  terbuka untuk para profesional dan perusahaan eksternal dari berbagai skala. Fungsinya adalah memfasilitasi kebutuhan mereka dalam mengambil langkah pertama menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Sustainability School Schneider Electric adalah langkah besar Schneider Electric selanjutnya untuk membuktikan bahwa perusahaan tidak hanya dapat menjalankan bisnis, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja mereka secara fundamental.

Platform pelatihan online ini memang dirancang untuk mengedukasi dan menginspirasi individu serta organisasi untuk mengadopsi praktik-praktik sustainability

Sustainability merupakan inti dari bisnis Schneider Electric dan perusahaan asal Prancis ini percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mendorong perubahan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Melalui Sustainability School, Schneider Electric juga ingin memberdayakan setiap individu untuk menjadi Green Heroes for Life di lingkungan terdekat dan terus meningkatkan kemampuannya.

Peluang dekarbonisasi ekonomi 

Perjanjian Paris 2015 memicu gerakan di seluruh sektor ekonomi untuk mengurangi atau menghilangkan emisi karbon. 

Survei Gartner yang dilakukan pada 2022 menunjukkan bahwa 87 persen pemimpin bisnis memperkirakan alokasi pengeluaran mereka untuk sustainability akan meningkat dalam dua tahun ke depan.

Namun, terlepas dari komitmen yang terus meningkat terhadap dekarbonisasi, kesenjangan pengetahuan dan keterampilan yang cukup besar masih menjadi penghalang bagi kemajuan sustainability.

Baca juga: Demi Sustainability, Schneider Electric Manfaatkan Surplus Generasi Muda

Selain itu, perusahaan semakin mengandalkan mitra yang memiliki keahlian di bidang sustainability untuk mendukung mereka dalam membantu mewujudkan dekarbonisasi pada operasional mereka.

Sebagai Impact Company, kami menempatkan sustainability sebagai inti dari bisnis untuk mencapai dampak positif dan berkelanjutan bagi planet dan masyarakat.

Dengan Electricity 4.0 sebagai inti dari program, sustainability school melengkapi dan memperkuat komitmen tersebut.

“Kami dapat mendukung para mitra dalam mempercepat aksi iklim di tiga pilar utama, yakni menyusun strategi (strategize), digitalisasi (digitize), dan dekarbonisasi (decarbonize),” kata Roberto.

Tidak hanya korporasi, Sustainability School Schneider Electric juga dapat menjadi platform yang tepat bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk belajar dan memperoleh pengetahuan.

3 bab pelajaran

Sebagai informasi, pembelajaran di Sustainability School Schneider Electric terdiri dari tiga bab. Bab pertama adalah memahami keberlanjutan dan risiko yang terlibat.

Pada bab pertama ini, peserta akan mempelajari dasar-dasar keberlanjutan, termasuk ilmu pengetahuan dan istilah di baliknya. Peserta akan menemukan alasan penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan secara serius terkait faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.

Kemudian, bab kedua adalah langkah menentukan rencana sustainability sebagai perusahaan.

Baca juga: Bagaimana Cara Mewujudkan Bangunan Zero Carbon yang Hemat Energi?

Bab kedua ini difokuskan pada cara perusahaan dan UKM membangun strategi dekarbonisasi, termasuk informasi tentang teknologi dan peralatan yang mudah diimplementasikan.

Selanjutnya, bab ketiga adalah memanfaatkan keahlian sustainability untuk meningkatkan peluang bisnis.

Bab ketiga akan merangkum pengetahuan dan perangkat yang dipelajari, mulai dari efisiensi energi hingga dekarbonisasi. Tujuannya adalah untuk mendukung peserta dalam menerapkan teori ke dalam praktik.

Senin, 28 Agustus 2023

Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi

Pemerintah Indonesia bisa menggencarkan upaya dekarbonisasi dengan cara mendukung upaya peralihan bangunan cerdas dan hijau

Hi guys!

Perubahan iklim memberikan beragam dampak buruk bagi lingkungan. Guna mengurangi dampak perubahan iklim dan tingkat emisi karbon, upaya keberlanjutan pada sektor bangunan dan konstruksi harus semakin digalakkan.

Pasalnya, walaupun saat ini banyak kemajuan yang dicapai melalui efisiensi energi yang diterapkan pada beragam bangunan, termasuk pemanfaatan renewable energy atau energi baru terbarukan (EBT), tetapi hal ini belum dapat mengimbangi meningkatnya emisi karbon dari sektor konstruksi.

Oleh sebab itu, mewujudkan bangunan cerdas dan hijau, baik komersial maupun residensial, dalam konteks revitalisasi fasilitas bangunan eksisting dan pembangunan fasilitas bangunan baru menjadi sebuah upaya yang harus segera dilakukan.

Baca juga: 3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

Tujuannya jelas, yaitu mengurangi emisi karbon, efisiensi biaya operasional, dan meningkatkan keberlanjutan dalam bisnis.

Upaya tersebut berlaku bagi seluruh kalangan pengelola dan pengembang fasilitas bangunan perkantoran, pusat data dan jaringan, manajemen fasilitas, perusahaan listrik, layanan kesehatan, pengolahan air bersih dan air limbah, energi dan bahan kimia, makanan dan minuman, hotel, serta real estate komersial.

Kenyataannya, kebutuhan bangunan cerdas dan hijau memang semakin meningkat.

Bangunan cerdas dan hijau didesain untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta memaksimalkan efisiensi energi dan keberlanjutan.

Baca juga: Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan

Bangunan cerdas dan hijau mendukung proses keberlanjutan karena memberikan peluang bagi penggunanya memperoleh kenyamanan serta keamanan dalam bekerja untuk hasil yang optimal dan efisien.

Dengan menjadi pelaku aktif dalam aksi keberlanjutan ini, sejatinya kita telah menjadi bagian gerakan Green Heroes for Life guna mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan sehat bagi generasi selanjutnya.

Adapun salah satu cara mewujudkan bangunan hijau dan cerdas adalah pemanfaatan internet of things (IoT). IoT bisa mendorong terciptanya bangunan yang lebih efisien, nyaman, mudah dikelola, dan semuanya saling terhubung.

Baca juga: Demi Sustainability, Schneider Electric Manfaatkan Surplus Generasi Muda

Inilah alasan kehadiran bangunan cerdas dan hijau yang dilengkapi IoT menjadi semakin penting dalam konteks efisiensi energi dan keberlanjutan.

Teknologi IoT yang bisa diterapkan merupakan jaringan sistem dan perangkat pendukung yang ada pada bangunan, seperti pencahayaan, sistem pemanas dan pendingin udara (HVAC), akses keamanan dan kontrol, serta perangkat kontrol berupa katup, aktuator, sensor, dan meter.

Perusahaan yang fokus pada bidang energi dan automasi, Schneider Electric, mecatat bahwa penerapan IoT pada manajemen sistem bangunan memberikan efisiensi atas biaya dan waktu rekayasa hingga 80 persen.

Baca juga: Bagaimana Cara Mewujudkan Bangunan Zero Carbon yang Hemat Energi?

Selain itu, berdasarkan penelitian Schneider Electric, pengelola bangunan dapat menghemat biaya pemeliharaan hingga 75 persen dan mengurangi jejak karbon mencapai 50 persen.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kita harus segera mengadopsi konsep bangunan cerdas dan hijau untuk mengurangi jejak emisi karbon, mencapai efisiensi, dan keberlanjutan? Jawabannya, tentu iya.

Pertama, bangunan konvensional menghasilkan lebih banyak emisi karbon dan boros energi. Sementara, bangunan cerdas dan hijau dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mengurangi biaya energi dan operasional dalam jangka panjang.

Kedua, fakta-fakta di lapangan telah membuktikan bahwa penerapan IoT pada bangunan cerdas lebih menguntungkan usaha. 

Rabu, 23 Agustus 2023

Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan

Cara mewujudkan net zero emissions Indonesia tahun 2060

Hi guys!

Indonesia punya komitmen mencapai net zero emissions (nol emisi karbon) pada 2060. Namun, ternyata masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkannya.

Baru-baru ini, New Energy Nexus Indonesia  merilis hasil riset yang melaporkan jumlah pertumbuhan start-up teknologi energi bersih atau cleantech di Indonesia makin meredup karena hambatan pendanaan dan iklim regulasi dalam negeri yang dinilai kurang mendukung.

Sementara itu, untuk dapat mencapai target emisi nol bersih yang telah dicanangkan, Indonesia perlu lebih banyak mengembangkan cleantech start-up.

Baca juga: Bikin Rumah Lebih Sustainable Ternyata Mudah, Begini Caranya!

International Energy Agency (IEA) dalam laporannya yang dirilis pada 2021 mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang perlu meningkatkan investasi energi bersih tahunan hingga lebih dari tujuh kali lipat pada 2030. Hal ini dilakukan jika ingin mencapai emisi nol bersih global pada 2050.

Laporan The Independent High-Level Expert Group on Climate Finance pada 2022 juga memproyeksikan bahwa investasi infrastruktur berkelanjutan perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat per tahunnya pada 2030 dengan 1,7 triliun dollar AS atau setara Rp 26.057 triliun.

Dengan kebutuhan dana besar, tantangan yang dihadapi cleantech start-up di Indonesia tersebut umum dialami di hampir seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang.

Baca juga: Demi Sustainability, Schneider Electric Manfaatkan Surplus Generasi Muda

Faktor minimnya pendanaan akibat kurangnya minat investor dan regulasi atau kebijakan yang belum memadai, ditambah dengan masih minimnya sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang energi baru terbarukan (EBT) menjadi faktor fundamental dan saling terkait.

Kebijakan atau regulasi suatu negara dalam mendukung terbentuknya ekosistem cleantech start-up menjadi variabel utama yang memengaruhi iklim investasi dan cepat lambatnya laju perkembangan industri.

Terlebih, industri EBT merupakan sektor anyar yang membutuhkan biaya besar. Biaya-biaya ini meliputi anggaran riset dan pengembangan serta  pengadaan material produksi dengan tingkat risiko yang tinggi.

Oleh karena itu, pegiat cleantech start-up membutuhkan kebijakan pembiayaan yang fleksibel dan didukung oleh lembaga negara.  Skema pendanaan dan subsidi dari pemerintah bagi pelaku cleantech start-up disinyalir dapat memberikan angin segar.

Baca juga: Bagaimana Cara Mewujudkan Bangunan Zero Carbon yang Hemat Energi?

Sebagai contoh, pendanaan pemerintah bisa diprioritaskan untuk early-stage start-up untuk riset pengembangan produk dan membangun pondasi usahanya.

Guna menarik minat investor swasta, pemberian insentif pajak dan kemudahan pinjaman kredit pemerintah juga bisa diberikan sebagai daya tarik.  

Dukungan kebijakan selanjutnya adalah akselerasi peraturan yang berfokus pada penyederhanaan persyaratan dan prosedur perizinan usaha, akses terhadap teknologi dan rantai pasok domestik, serta kebijakan struktur tarif.

Kebijakan pemerintah yang dapat membuka peluang pasar untuk mulai beralih pada solusi teknologi atau produk ramah lingkungan tersebut menjadi kunci dalam mengomersialkan dan menjadikan cleantech start-up menarik di mata investor.

Skema impact investor

Dalam hal investasi, para impact investor perlu memiliki pemahaman penuh untuk melihat keuntungan investasi dari sudut pandang triple bottom line. Maksudnya, kesuksesan tidak hanya diukur dari segi profitabilitas saja, tetapi juga seimbang dari segi dampak terhadap lingkungan dan manusia. 

Cleantech start-up  harus mampu meyakinkan investor akan peran yang mereka mainkan dalam menggerakkan jarum menuju titik emisi nol bersih.

Sebagai contoh, Schneider Electric Energy Access (SEEA) dan Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA) yang berdiri sejak 2009 dan 2019 merupakan model impact investing yang berpedoman pada sirkularitas dan ekonomi inklusif.

Baca juga: 3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

SEEA menyatukan berbagai pemangku kepentingan dengan mengajak karyawan dan para mitra bisnis Schneider Electric untuk berinvestasi serta berkomitmen pada pengembangan akses energi bersih yang inovatif dan membantu mengurangi kesenjangan energi di dunia.

Berdasarkan pengalaman menjalankan impact investment selama 14 tahun, Schneider Electric melihat bahwa diversifikasi skema pembiayaan perlu terus dijajaki, mulai dari subsidi pemerintah hingga skema modal campuran, termasuk skenario swasta dan komersial.

Dengan demikian, imbuh Roberto, risiko akan lebih tersebar di lebih banyak pemangku kepentingan.

Selain itu, inovasi mekanisme pendanaan baru, seperti pembiayaan mikro, sewa guna usaha mikro, dan crowdfunding juga perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan belanja modal.

Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Data Center Hibrida dan Edge

Terlepas dari teknis skema pembiayaan, hal fundamental yang perlu dimiliki oleh impact investor lainnya adalah tujuan, visi, dan misi yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai.

Penting juga untuk memastikan nilai-nilai tersebut tercermin dalam budaya perusahaan dan memahami betul risiko sert dampak dari impact investment-nya.

Schneider Electric memegang nilai-nilai sebagai impact company yang berfokus pada visi dan misi untuk memberikan akses energi bersih yang adil, inklusif, dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat dunia (access to energy). 

Sebagai informasi, melalui SEEA dan SEEAA, Schneider Electric telah menggelontorkan dana lebih dari 75 juta Euro atau setara Rp 1,25 triliun untuk 49 perusahaan rintisan di berbagai negar, salah satunya cleantech start-up Indonesia, Xurya Daya. 

Indonesia sebagai negara dengan berbagai alternatif dan potensi sumber daya hingga mencapai 3.686 gigawatt (GW) memiliki prospek pengembangan EBT yang sangat besar. 

Oleh sebab itu, cleantech start-up Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan membutuhkan dukungan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan agar ekosistem cleantech start-up dalam negeri dapat bangkit dan semakin kuat.

Jumat, 18 Agustus 2023

Demi Sustainability, Schneider Electric Manfaatkan Surplus Generasi Muda

Seorang perempuan dan dua rekannya sedang melakukan upskilling di bidang teknologi terbarukan untuk mencapai sustainability

Hai guys!

Teknologi menyediakan sarana untuk berinovasi demi kebaikan. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada lebih dari 1,8 miliar orang berusia antara 10 hingga 24 tahun di dunia. Mereka merupakan 1 dari 6 orang dan hampir 90 persennya tinggal di negara berkembang.

Apa artinya? Ini berarti penting untuk memberikan keterampilan yang relevan dan dapat ditingkatkan bagi generasi muda. Tujuannya adalah menyiapkan mereka menjadi generasi pemimpin berikutnya guna menghadapi tantangan masa depan. Tidak hanya membekali pengetahuan tentang sains, teknologi, teknik, atau matematika saja, mereka harus diajari soft skill, seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, serta peduli terhadap lingkungan dan keadilan sosial.

Mengapa semua ini penting?

Berdasarkan data Announced Pledge Scenario yang dihimpun International Energy Agency (IEA), emisi karbon akan turun 4-5 gigaton per tahun. Emisi karbon tersebut harus turun setidaknya 3 kali lipat per tahun jika kita ingin tetap berada dalam tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 celcius di era industri.

Baca juga: 3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

Selain itu, masih menurut IEA, tenaga kerja perempuan pada sektor energi memiliki 76 persen lebih sedikit dibandingkan laki-laki, dan sebagian kecil dari mereka bekerja di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Transisi energi memberikan kesempatan untuk memberikan pelatihan teknis dan kepemimpinan kepada perempuan –terutama perempuan muda yang sedang belajar– untuk siap menghadapi peluang kerja yang akan tercipta di masa depan.

Kita hampir kehabisan waktu. Kita harus bertindak sekarang dan bersiap untuk masa depan. Tidak hanya dengan berkomitmen pada diri kita sendiri, tetapi juga dengan memungkinkan generasi berikutnya untuk bertindak.

Ada banyak cara untuk bertindak – dan Schneider Electric berkomitmen untuk membantu

Sekitar 80 persen dari semua emisi karbon dioksida global saat ini berhubungan dengan sektor energi. Kita perlu meningkatkan keterampilan dan memungkinkan semua orang, khususnya generasi muda untuk mengambil tindakan.

Bagaimana caranya?

Jelas, sangat penting untuk meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan semua generasi untuk pekerjaan di masa depan.

Baca juga: Bagaimana Cara Mewujudkan Bangunan Zero Carbon yang Hemat Energi?

Salah satu perusahaan yang fokus pada bidang energi, Schneider Electric memiliki komitmen dalam menjembatani kemajuan dan keberlanjutan untuk semua. Schneinder Electric juga bertujuan untuk melatih 1 juta orang dalam manajemen energi dan automasi industri pada 2025.

Selain itu, perusahaan asal Prancis itu juga hendak menggandakan peluang rekrutmen bagi pekerja magang, peserta pelatihan, dan lulusan muda.

Untuk memastikan pendekatan yang inklusif dari segi gender, Schneider Electric berkomitmen mempekerjakan 50 persen pekerja perempuan, 40 persen di antaranya bertugas di front-line management, dan 30 persen menjadi pemimpin guna menyediakan akses listrik ramah lingkungan kepada 50 juta orang pada 2025 .

Selasa, 08 Agustus 2023

Bagaimana Cara Mewujudkan Bangunan Zero Carbon yang Hemat Energi?

Schneider Electric membagikan tips cra mewujudkan bangunan zero carbon yang hemat energi

Hi guys!

Para pemimpin global secara konsisten mendorong upaya pengurangan emisi karbon yang ditargetkan mencapai net-zero emission pada 2050.

Indonesia sendiri mencanangkan komitmen untuk dapat mencapai target net-zero emission pada 2060 dan menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton karbon dioksida pada 2030.

Komitmen tersebut perlu didukung dengan berbagai upaya, salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena sektor ini menyumbang 37 persen emisi karbon global.

Baca juga: 3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

Saat ini, proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon.

Namun, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama adalah bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon.

Mengingat, sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan hingga 2050. Tahun di mana sebagian besar perusahaan dan organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon.

Salah satu perusahaan yang fokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, pun merekomendasikan pengelola gedung untuk mewujudkan net carbon dengan berbagai cara.

Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Data Center Hibrida dan Edge

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, Schneider Electric secara global telah membantu ribuan perusahaan dalam perjalanan mereka melakukan dekarbonisasi operasional bangunan, mulai dari hotel, ritel, rumah sakit, hingga perkantoran.

“Selama puluhan tahun pengalaman di bidang pengelolaan energi, sustainability, dan teknologi, kami merangkum tiga tahapan penting yang menjadi pondasi dalam mewujudkan bangunan zero carbon, yaitu strategize, digitize, dan decarbonize,” kata Roberto.

Ketiga tahapan tersebut, lanjut Roberto, menjadi satu rangkaian tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak maksimal.

1. Strategize (buat strategi)

Strategi menjadi pondasi dasar dalam menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih. Terdapat beberapa langkah untuk memastikan kesuksesan pada tahap ini.

Pertama, perusahaan perlu melakukan pengukuran baseline data emisi karbon di seluruh portofolio bangunan untuk mendapatkan analisis akurat terkait awal perjalanan dekarbonisasi.

Kedua, perusahaan harus mempelajari semua opsi solusi dekarbonisasi dan skema pembiayaan yang ada, serta memodelkan dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis dan proyeksi pencapaian dekarbonisasi.

Baca juga: Bikin Rumah Lebih Sustainable Ternyata Mudah, Begini Caranya!

Ketiga, membuat target dan key performance indicator (KPI) terukur dengan detail jadwal implementasi yang diselaraskan dengan science based targets (SBTi).

Keempat, mengidentifikasi dan melibatkan pemangku kepentingan yang tepat dalam perencanaan strategis dan pengimplementasiannya.

Kelima, berkomunikasi dan melibatkan seluruh ekosistem rantai nilai untuk mengambil aksi yang sama, mengingat sering kali kontribusi emisi karbon perusahaan dihasilkan secara tidak langsung.

2. Digitize (digitalisasi)

Digitalisasi merupakan langkah penting berikutnya. Perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan, serta memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya.

Langkah ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasi.

Teknologi digital EcoStruxure Resource Advisor, misalnya, dapat membantu manajemen bangunan mengelola kompleksitas integrasi data dari berbagai sumber.

Teknologi ini juga memberikan analisis dan rekomendasi yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan, serta membuat sistem pelaporan terpusat untuk pengukuran data emisi secara otomatis dan real-time dari ribuan lokasi.

Sistem pengukur power logic dengan pemantauan jarak jauh melalui EcoStruxure Power Monitoring Expert juga memungkinkan manajemen bangunan mengetahui posisi yang harus diberikan tindakan, mengidentifikasi masalah kualitas daya, dan menganalisis konsumsi energi berdasarkan jenis beban untuk fasilitas yang kritis dan intensif terhadap energi.

3. Decarbonize (dekarbonisasi)

Dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Sedangkan, tahapan ketiga ini merupakan tindakan nyata yang diambil untuk mengurangi emisi, mendorong efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.

Terdapat empat langkah yang bisa dilakukan manajemen gedung. Pertama, mengadopsi teknologi sistem manajemen gedung.

Baca juga: Begini Panduan Dasar Dekarbonisasi dari Schneider Electric

Kedua, peningkatan efisiensi di tingkat ruangan dengan penggunaan sensor dan perangkat berbasis internet of things (IoT). Tujuannya adalah untuk memaksimalkan penghematan energi dan karbon, serta memastikan kenyamanan penghuni bangunan.

Ketiga, modernisasi infrastruktur bangunan, seperti peralatan distribusi listrik yang sudah usang dan mengoptimalkan desain kelistrikan berbasis software. Keempat, melakukan transisi ke sumber daya terbarukan.

Solusi manajemen gedung

Solusi sistem manajemen gedung yang terbuka dan cerdas, seperti EcoStruxure Building Operation bisa menjadi pilihan pengelola gedung untuk mewujudkan ketiga tahap di atas.

Sistem manajemen gedung tersebut menyediakan integrasi, visibilitas, dan data yang terintegrasi untuk pengelolaan heating, ventilation, and air-conditioning (HVAC), daya, pencahayaan, keamanan, keselamatan kebakaran, jaringan mikro, stasiun pengisian daya kendaraan listrik, dan sumber energi terbarukan. 

Selain itu, ada juga teknologi EcoStruxure Building Advisor yang dapat membantu mengoptimalkan kinerja peralatan melalui pemeliharaan prediktif untuk membantu mencegah penurunan kinerja.

Sistem itu juga mampu mengidentifikasi kesalahan dan secara proaktif memberikan wawasan penting tentang efisiensi sistem, serta mendeteksi masalah kritikal sebelum terjadi kegagalan.

Baca juga: Masa Depan Baterai Li-ion dan Dampak Keberlanjutan Lingkungannya

“Berpegang pada nilai-nilai impact company, kami terus berupaya untuk menjadi mitra digital yang dapat diandalkan dan berdampak positif,” ujar Roberto.

Perusahaan asal Prancis tersebut juga menyediakan layanan konsultasi bagi korporasi dan organisasi seputar program sustainability dalam pengelolaan energi, automasi, dan aksi iklim melalui Schneider Electric Sustainability Business.

Schneider Electric juga mengajak sebanyak-banyaknya pemangku kepentingan, baik swasta maupun publik untuk bergabung menjadi Green Heroes for Life (GHfL).

“Caranya adalah dengan membangun supporting ecosystem yang mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur,” ajak Roberto.

Kamis, 03 Agustus 2023

3 Pelajaran Transformasi Digital bagi Perusahaan

Seorang pemimpin perusahaan sedang melihat masa depan bahwa dunia ke depan akan penuh persaingan, jadi penting untuk melakukan digitalisasi dan transformasi digital bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan

Hi guys!

Saat ini, detik ini, di dunia yang semakin terhubung, data menjadi hal penting buat semua entitas perusahaan. Sebab, data menghasilkan konektivitas yang memungkinkan perusahaan meningkatkan kinerja dan mencapai hasil bisnis yang ditargetkan.

Namun, ternyata transformasi digital kerap kali membebani banyak perusahaan, terutama perusahaan skala menengah ke bawah.

Kekhawatiran seperti apa kebutuhan dasar untuk mengumpulkan data? Bagaimana perusahaan dapat memastikan data disusun dan dikumpulkan sedemikian rupa sehingga dapat berguna? Siapa yang dapat mengelola digitalisasi di antara tekanan eksternal dari pelanggan dan investor untuk tetap berpegang pada ruang kemudi?

Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Data Center Hibrida dan Edge

Banyak perusahaan merasa ketinggalan dalam digitalisasi, tetapi kenyataannya, ini adalah perjalanan yang akan terus berkembang selama bertahun-tahun yang akan datang.

Sering kali, perasaan yang meluap-luap ini menimbulkan pertanyaan yang mendesak. Apakah perusahaan perlu melakukan digitalisasi? Bagaimana kalau tidak?

Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang 3 pelajaran penting terkait digitalisasi dan menjadi dasar bagi perusahan untuk melakukan transformasi digital.

Pelajaran #1: Digitalisasi adalah kunci untuk menghindari skenario terburuk

Bayangkan, Anda sudah berkemas dan siap naik pesawat. Siap untuk berlibur dan liburan ini sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tiba-tiba, saat Anda sedang menunggu pesawat di bandara, listrik padam! Semua alat elektronik mati. Lebih dari 1.180 penerbangan dibatalkan, dan 30.000 penumpang terdampar selama lebih dari 10 jam tanpa listrik.

Inilah yang terjadi di Bandara Hartsfield-Jackson, Atlanta, Amerika Serikat pada akhir 2017 setelah kebakaran merusak dua gardu induk yang menyuplai aliran listrik di bandara, termasuk satu gardu induk yang seharusnya menyediakan listrik cadangan.

Baca juga: Bikin Rumah Lebih Sustainable Ternyata Mudah, Begini Caranya!

Bisakah kejadian tersebut dicegah? Sampai batas tertentu, ya dengan digitalisasi. Konektivitas yang lebih baik antar-sistem dapat membantu menghindari skenario terburuk tersebut.

Dalam contoh kasus di atas, pejabat setempat tidak yakin dengan penyebab awal kebakaran dan ahli kelistrikan pun tidak dapat menyelidiki sampai api padam.

Mungkin bencana tersebut dapat dicegah jika pihak berwenang memiliki wawasan atau peringatan tentang masalah tersebut lebih awal melalui konektivitas yang lebih baik. Ini adalah contoh utama dari \ pemantauan digital secara real-time dan memiliki data yang tepat pada waktu yang tepat.

Pelajaran #2: Hasil bisnis penting — mulai dari keamanan, ketahanan, hingga keberlanjutan

Seiring berkembangnya transformasi digital, banyak pemimpin di bidang teknologi informasi, direktur fasilitas, teknik, dan lainnya, hanya fokus pada hasil bisnis dibandingkan berfokus pada pemeliharaan dan siklus hidup peralatan yang digunakan.

Tanpa konektivitas, data, dan keamanan siber, hasil bisnis yang baik tidak mungkin terjadi bila pemeliharaan terhadap alat yang digunakan terabaikan.

Baca juga: Begini Panduan Dasar Dekarbonisasi dari Schneider Electric

Di perusahaan besar, mereka sangat membutuhkan arsitektur terpadu yang memungkinkan mereka menghubungkan berbagai lapisan peralatan. Mereka juga perlu bekerja dengan supplier untuk melakukan itu. Konektivitas plug-and-play menyediakan data jarak jauh untuk kontrol yang lebih baik atas hasil operasional.

Inilah pentingnya kehadiran digitalisasi untuk mendapatkan keamanan, ketahanan, dan keberlanjutan perusahaan.

Pelajaran #3: Layanan digital mengurangi beban operasional

Transformasi digital sangat penting bagi perusahaan untuk berkembang, menjadi lebih efisien, dan mencapai hasil bisnis sesuai target. Namun, bagi banyak perusahaan, hal ini masih sangat sulit dilakukan. Mengapa?

Pertama dan terpenting, digitalisasi mesin, bangunan, dan proses bukanlah kompetensi inti bagi sebagian besar perusahaan. Ini memerlukan biaya yang mahal dan banyak perusahaan memiliki tekanan eksternal untuk fokus pada bisnis inti dan aktivitas yang menghasilkan pendapatan, dibandingkan mengutak-atik digitalisasi.

Di sinilah peran mitra teknologi dapat membantu. Salah satu perusahaan yang fokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, dapat membantu perusahaan lebih fokus pada pekerjaan inti dan tanpa harus khawatir tentang keamanan data, bagaimana strukturnya, dan bagaimana mereka perlu mengeksekusi.

Baca juga: Masa Depan Baterai Li-ion dan Dampak Keberlanjutan Lingkungannya

Layanan digital menyediakan aspek-aspek ini untuk mendukung perusahaan, tetapi pada akhirnya mereka tetap membuat keputusan akhir — Schneider Electric hanya menyediakan data untuk mendukungnya.

Untuk perusahaan kecil, sangat sulit untuk mengimplementasikan semua yang Anda inginkan, jadi sangat penting untuk mengandalkan mitra. Di situlah mitra seperti Schneider Electric bisa menjadi solusi.

Schneider Electric hadir untuk membawa perjalanan transformasi digital perusahaan Anda ke level berikutnya. Begini cara pelayanan Schneider Electric Services dapat membantu perusahaan di hampir setiap industri.

1. EcoFit

Layanan ini memodernisasi peralatan listrik Anda dengan memanfaatkan teknologi konektivitas, pemantauan, dan keamanan terbaru. Platform EcoStruxure dari Schneider Electric semakin meningkatkan pemeliharaan Anda dengan mengintegrasikan perangkat digital di seluruh sistem kelistrikan dan menghubungkannya ke software analitik berbasis cloud.

Dengan visibilitas baru ini, Anda dapat memantau kinerja peralatan secara real-time, melihat riwayat pemeliharaan, dan membuat keputusan manajemen aset berbasis data.

2. EcoConsult Electrical Digital Twin

Layanan ini dapat mendigitalisasi dan menjaga second level domain (SLD) Anda tetap updated untuk mendapatkan visibilitas real-time untuk mengelola dan mengoperasikan arsitektur sistem kelistrikan. Dari audit, studi, layanan konsultasi, dan desain, Schneider Electric membantu menilai kebutuhan dan prioritas Anda serta menetapkan tugas, prosedur, dan pelacakan pemeliharaan.

3. EcoCare Services Membership

Layanan ini dapat membuka potensi penuh peralatan distribusi listrik Anda dengan pemantauan 24/7. Pakar sistem Schneider Electric dapat membantu Anda mengurangi downtime hingga 75 persen, mengurangi maintenance hingga 40 persen, dan memperpanjang masa pakai peralatan hingga 25 persen.

Dengan melihat 3 pelajaran terkait pentingnya digitalisasi dan bagaimana mitra seperti Schneider Electric dapat membantu tahap transformasi digital perusahaan, tak ada lagi alasan untuk tidak mengikuti perkembangan zaman.