Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Februari 2018

Berbahagia dan Bersedih di 2017 - Sebuah Kaleidoskop


Tahun 2017 telah berakhir beberapa hari yang lalu. Bahkan bukan beberapa hari yang lalu, tapi sebulan yang lalu lek!!! Hahaha oke oke maafkan karena saya baru sempet nulis kaleidoskop perjalanan di 2017 pada pertengahan Februari 2018 ini.

2017 buat saya adalah tahun di mana saya berbahagia dan bersedih secara bersamaan. Tahun terberat dalam menentukan hidup saya ke depannya. Karena pada tahun itu, saya dihadapkan kepada dua pilihan jalur hidup. Pertama apakah saya harus pindah ke Jerman untuk berkarir di sana atau tetap tinggal di Jakarta dan berkumpul bersama keluarga.

Terus di 2017 juga akhirnya saya bisa menjalankan bisnis travel agent dan bisa menjelajah beberapa negara dengan gratis tis tis. Selain itu mimpi saya untuk keliling Indochina juga sukses dilaksanakan. Hmm apa lagi ya? Okeh langsung aja deh, let’s check it out!

Januari: Keliling Lembang
Destinasi pertama yang saya kunjungi di 2017 adalah Lembang di Bandung. Jujur ini momen pertama kali saya menginjakkan kaki di Lembang hahaha norak bet. Maklumkan pemirsah, karena baru suka jalan-jalan itu pas 2011 dan posisi di Jogja untuk kuliah. Jadi selama 4 tahun ya kebanyakan jelajahnya ke arah timur. Nah setelah pindah lagi ke Jakarta baru deh sempetin eksplor wilayah Jawa Barat juga.

Dingin. Itu kesan pertama saya pas pertama kali ke Lembang. Untungnya gak mati kedinginan di sana karena waktu itu saya pergi bareng kawan-kawan yang secara gak langsung  menghangatkan suasana. Ciaelaaah 😁

Dingin-dingin-empuq
Februari: TrickyTrip lahir!
Owek owek owek~ Mungkin inilah kesan saya terhadap bulan Februari 2017. Ibarat bayi yang menangis bahagia karena telah dilahirkan di semesta. Begitu juga dengan TrickyTrip, sebuah travel organizer yang saya kelola bersama Arga, salah satu kawan traveling.

Dari dulu emang pengen banget sih punya bisnis dan jadi bos sendiri. Akhirnya saya pilih bisnis travel organizer yang satu jalur hobi dengan saya. Kalau kita melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hobi terasa ringan bukan? Jadilah lahir @trickytrip_id yang fokus menggarap open trip ke luar negeri dengan bajet murah meriah. Yoooooks! 🙌

Maret: Sibuq kerja
Fix bulan ini saya gak ada aktivitas traveling. Hanya kerja kerja kerja! Baik itu kerja sebagai karyawan dan juga kerja mengembangkan bisnis bersama TrickyTrip.

April:  Keliling Indochina 10 hari
Ooooyeaaaah! Ini adalah salah satu impian perjalanan saya, bisa keliling negara-negara di Asia Tenggara. Ya meskipun gak semua negara saya kunjungin karena keterbatasan waktu dan biaya, tapi so far saya bahagia dengan perjalanan ini.

Penjelajahan dimulai dari Jakarta ke Kuala Lumpur. Di sana saya gak bermalam karena cuma transit 7 jam sebelum bertolak ke Ho Chi Minh. Selama 7 jam itu, saya dan pacar (yang juga ikut) punya satu misi, yaitu nengokin Menara Kembar Petronas.

Baca juga:
Melipir ke Menara Petronas saat Transit 7 Jam di Kuala Lumpur

Setelah puas berkeliling ibu kota Malaysia itu, kami kembali ke bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Vietnam. Jujur, saya bersemangat banget buat datang ke negara ini. Bener ajaaaa, ternyata Vietnam itu keren. Bener-bener mindblowing buat saya. Karena sebelumnya saya pikir Vietnam itu negara yang kismin dan gak ada apa-apanya, ternyata menarique banget.

Baca juga: Naik Bus ke Cu Chi Tunnels? Siapa Takut!

Abis dari Ho Chi Minh di Vietnam, kami melanjutkan perjalanan darat ke Siem Reap dan Bangkok. Kisah lengkapnya silakan tonton vlog saya di bawah ini yaaa! 😆


Mei: Liputan ke Semarang
Yeay jalan-jalan sambil kerja. Kali ini saya berkesempatan buat menjelajah Semarang bareng EzyTravel. Keren banget akhirnya bisa menginjakkan kaki di Semarang lagi setelah hampir 2 tahun yang lalu juga main ke kota ini. Saya paling suka pas jalan-jalan ke Goa Kreo. Di sana banyak banget kera-kera nakal yang bisa diajak main hahaha.

Di momen ini juga saya berkenalan dengan salah satu travel blogger kece, Liana yang akhirnya saya boyong ke TrickyTrip buat kembangin bareng-bareng bisnis travel.

Baca juga: Bertemu Raja Kera dan Dikepung Prajuritnya di Goa Kreo Semarang

Juni: Lebaran bareng keluarga
Alhamdulillah. Rasa syukur bener-bener saya panjatkan di bulan penuh berkah ini. Gimana engga , bulan ini juga bertepatan sama bulan Ramadan dan lebaran. Artinya momen kumpul keluarga pun sangat berarti di bulan ini.

Beruntung saya masih dikasih kesempatan untuk bisa menjalankan ibadah puasa bareng keluarga yang masih lengkap. I love you bu, pak, de, tetep sehat semua yaaaa amiiiin 😇

Juli: Summer time in Japan baby!!!
Woyooo akhirnya saya bisa melakukan perjalanan pertama bareng TrickyTrip. Gak tanggung-tanggung, kami langsung menjelajah Jepang bareng 8 peserta lainnya. Kerennya lagi adalah kami mengunjungi 4 kota selama 9 hari pada musim panas.

Ooooh indahnya Arashiyama Bamboo Forest Kyoto~
Anjir saya kira musim panas di sana sama kayak di Indonesia. Ternyata lebih nyengat dan lebih panas cuuuuuuk. Parah sih panasnya bikin mau pingsan kalo gak sering-sering minum sama kipasan.

Perjalanan ke Jepang ini menjadi highlight saya di tahun 2017. Seneng banget bisa balik ke Negara Bokep ini. Semoga tahun 2018, saya bisa ke sini lagi bareng TrickyTrip. Amiiiin.

Baca juga: Keindahan Kawaguchiko pada Musim Panas

Agustus: Galau 😢
Bulan tergalau sepanjang masa. Gimana enggak, di bulan ini saya dihadapkan kepada dua pilihan silit. Eh sulit. Pergi ke Jerman untuk merantau atau tetep stay di Jakarta. Ke Jerman ngapain? Well saya ikut program volunteering yang dalam bahasa Jermannya dinamakan FSJ (Freiwillige Soziales Jahr). Di sana saya kerja selama satu tahun di bidang sosial. Keuntungannya ya dapat gaji, tempat tinggal, asuransi, transportasi, dan kursus bahasa Jerman.

Namun pasti saya gak hanya satu tahun di sana. Bisa lebih dari itu. Nah, orang tua saya rada keberatan kalau harus jauh sama anak gantengnya ini, dan lagi pacar saya juga gak mau kalau ditinggal jauh. Di posisi ini saya udah dapat visa Schengen dan tinggal beli tiket pesawat aja.

Singkat cerita, akhirnya saya memilih untuk tetep stay di Jakarta. Bingung sih, pengen banget ngerasain tinggal di Eropa dan berkarir di sana. Namun ya itu, saya gak mau durhaka aja hehe. Yaaa rejeki gak kemana lah yaaa, bisa aja nanti di lain kesempatan bisa keliling Eropa bareng keluarga.

September: Posisi baru
Yeay September ceria setelah bulan sebelumnya galau luar biasa. Di bulan ini saya dapat kerjaan baru (alias posisi baru di kerjaan). Bismillah semoga ke depannya lancar dan saya bener-bener betah kerja di tempat ini 💪

Oktober: 26 tahun
F*ck tambah tua! Udah itu aja 😂

November: Vlog adalah keharusan!
Yessssss di bulan ini saya mulai membuat vlog di YouTube. Udah lama banget pengen bisa nge-vlog tapi baru kesampaian kali ini. Sebelumnya sih saya juga suka videoin perjalanan saya, tapi bukan ala vlog, malah lebih ke video musik gitu.

Vlog pertama saya, saya cerita perjalanan ke Indochina (video ada di atas). Nah kedua saya pergi ke Pulau Pari di Kepulauan Seribu untuk camping bareng pacar dan nge-vlog di sana. Oh iya jangan lupa subscribe channel YouTube saya ya, siapa tau kita bisa lebih intim di sana hehe 😚


Desember: Thanks 2017
Menutup tahun dengan pergi ke Gunung Bunder bareng rekan kerja dan menjelajah dua air terjun di sana. Tidak lupa juga membuat vlog tentangnya hahaha. Bulan ini saya bahagia karena bisa menutup tahun dengan perasaan yang riang gembira.

Terima kasih Tuhan atas karunia-Mu di tahun 2017. Can’t wait for rocking in 2018!!! 👊

Sabtu, 23 Desember 2017

Sebuah Film yang Membawa Saya ke Thailand

Berawal dari sebuah film remaja dengan komedi yang khas, saya jadi tertarik akan suatu hal. Film itu gak cuma menawarkan komedi yang bisa mengocok perut penontonnya, tapi juga bisa menginspirasi banyak orang. Salah satunya ya saya ini.


Keindahan yang haqiqi dari Phi-Phi Island (Sumber: google)
SuckSeed, sebuah film asal Thailand yang booming pada 2011-an. Meskipun berbahasa tang-ting-tung dan tulisannya yang kayak cacing abis dikasih garam, film ini bisa dikatakan menjadi awal tenarnya film-film Thailand.

Bukan cuma di negaranya aja yang elu-elukan, tapi film-film negeri Gajah Putih tersebut gaungnya terdengar sampai negara tetangga, Indonesia salah satunya.

Kala itu saya masih duduk di bangku kuliah dan teman-teman saya selalu membicarakan film-film Thailand. Saya kira mereka lagi membicarakan film hot asal negeri itu, tapi saya salah. Pikiran saya terlalu jorok waktu itu, maklum darah muda.

Ternyata yang mereka perbincangkan adalah film SuckSeed. Saya pun penasaran dan meminta file filmnya dalam bentuk mp4, bukan 3gp.

Saya tonton filmnya, ternyataaaa keren banget! Mengena!

Suckkkkkkk! Seeeeeed!
Perjuangan seorang Ped untuk bisa berkarya di dunia musik bisa menginspirasi muda-mudi yang nonton film ini. 

Bukan cuma terinspirasi karena jalan ceritanya, lebih dari itu, saya waktu itu juga terinspirasi untuk mengunjungi negara beraksara cacing tersebut.

Tiga tahun berikutnya
Februari 2014, di mana impian saya tiga tahun lalu sehabis menonton film SuckSeed akhirnya terwujud. Pada kunjungan kali itu, saya pergi selama 21 hari, menjelajah Thailand dan Malaysia.

Kok lama banget 21 hari? Iya karena waktu itu banyak waktu luang, maklum lagi libur semester. Kalo sekarang sih boro-boro ya, waktu seakan-akan hampir habis untuk kerja *curhat. Yeah this is life.

Nah di kunjungan kala itu, saya mengunjungi 2 kota di Thailand, Phuket dan Bangkok.

Phuket menjadi kota pertama di Thailand yang saya jejaki. Unik memang, di saat kebanyakan orang pasti memilih Bangkok untuk pertama kali, saya malah pilih Phuket. Iya saya emang gitu orangnya, anti-mainstream.

Di Phuket, saya berkunjung ke banyak tempat, kayak Phuket Old Town, Patong Beach, Kara Beach, Promthep Cape, dll. Tapi sayang seribu sayang, saya gak berkunjung ke Phi-Phi Island, sebuah kepulauan yang super duper keren.

Ya mau gimana lagi, waktu itu saya masih menjadi seorang mahasiswa. Mau jalan-jalan ya harus nabung dulu dan untuk menuju Phi-Phi Island, mahal banget karena beli tiketnya langsung on the spot kala itu.

Selanjutnya, setelah 4 hari menjelajah Phuket, saya pergi ke Bangkok.

It’s like dream comes true. Bangkok adalah salah satu kota yang pengen saya kunjungi semasa itu. Ya, mungkin karena film SuckSeed yang berhasil ‘meracuni’ saya.

Seorang pemuda yang punya mimpi besar bersama seorang wanita yang tidak dikenal oleh si pemuda
Seperti turis pada umumnya, saya menyambangi banyak destinasi di Bangkok, kayak Wat Arun, Wat Pho, Grand Palace, Chatuchak Weekend Market, MBK Mall, dll. 

Senang, puas, bangga, mungkin itu yang ada di benak saya setelah berhasil mewujudkan impian berkunjung ke Thailand.

Tiga tahun berselang
Saat ini saya masih ingat bagaimana perasaan saya sewaktu mengeksplor dua kota itu 3 tahun silam. Bahkan di awal tahun 2017 ini saya sempat berkunjung ke Bangkok lagi, tapi sayangnya gak ke Phuket.

Kemudian gayung pun bersambut, saya menemukan ide untuk bisa ke Phuket lagi dan main ke Phi-Phi Island, yakni dengan melakukan open trip.

Hadirlah @trickytrip_id, sebuah trip organizer yang fokus di perjalanan open trip. Di @trickytrip_id, tersedia banyak paket wisata, Open Trip Bangkok-Pattaya, Bangkok-Huahin, Bangkok-Pattaya Halal, dan Phuket Trip.

Istimewanya, Phi-Phi Island termasuk ke destinasi yang dikunjungi di Phuket Trip. Harganya juga terjangkau untuk kantong dan waktunya pas (gak kelamaan, juga gak terlalu sebentar). Akhirnya ikut open trip Phuket Trip dan berkunjung ke Phi-Phi Island masuk ke salah satu resolusi saya di tahun mendatang. Yeay!!!

Efek dari sebuah film ternyata besar juga ya, bisa membuat banyak orang punya mimpi dan semangat untuk menggapainya. 

Anyway, sekarang saya lagi sering nonton film asal Kenya. Apakah setelah ini saya punya impian pergi ke Kenya? Who knows yakan ehehe.

So, teruslah bermimpi kawan-kawanku! Karena dari sana, kita bisa tahu arti hidup ini. Yosh!

Selasa, 03 Maret 2015

Serunya Perjalanan Kereta Bangkok-Butterworth

Kalau ada yang tanya transportasi apa yang paling gue sukai, pasti gue jawab: kereta api. Setiap tahunnya mulai gue dari umur 2 tahun pasti kalau pulang kampung ke Cilacap selalu naik kereta api. Sampai gue kuliah di Jogja juga gue menggunakan kereta api untuk pulang pergi ke Jakarta. Kereta api memberikan kesan tersendiri buat gue dibandingkan moda transportasi darat lainnya seperti bus.
Stasiun Bangkok (sekilas mirip Stasiun Jakarta Kota)

Hal ini menjadi alasan gue untuk menggunakan kereta api sebagai transportasi dari Bangkok menuju Penang. Pertama kalinya dalam hidup gue naik kereta lintas negara. Dari Bangkok gue naik kereta no. 35 jurusan Bangkok-Butterworth (stasiun di Penang). Kereta dari Bangkok ke Penang hanya satu jurusan saja.

Awalnya gue berencana untuk ke Penang pada tanggal 2 Februari 2014, ketika gue pergi ke Stasiun Bangkok untuk membeli tiket sehari sebelum tanggal 2 ternyata tiket sudah sold out sampai tanggal 5 Februari! Damn bisa gagal rencana untuk menjelajah Penang. Sebelum mengambil keputusan, gue berdiskusi dengan partner saat itu juga. Hasilnya adalah.....kami membeli tiket ke Penang untuk tanggal 6 Februari.

Saran buat teman-teman yang mau ke Penang via Bangkok, beli tiketnya jangan mendadak!!! Lebih baik membeli 5-7 hari sebelum keberangkatan, karena kereta ini laris manis walaupun kelasnya 'Special Express' dan harganya bikin jleb juga. Tapi worth it banget naik kereta ini!

Oh iya kalau kalian masih bingung tentang jurusan-jurusan keretanya. Tanya saja ke bagian informasi. Nanti langsung dijelaskan oleh mbak-mbaknya + dikasih semacam brosur jurusan-jurusan kereta gitu.

Note: Jangan heran kalau nanti mbaknya ngomong bahasa Thailand, karena muka-muka kayak kita ini mirip sama muka orang sana, jadi kita sering dianggap orang Thailand hahaha. Kita juga harus pasang bener tuh kuping, karena mbak-mbaknya ngomong bahasa Inggris dengan logat Thailand yang unik. Seru deh!

Kereta yang akan gue naiki ini bertipe Sleeper Berth Train. Apa itu? Kereta ini adalah kereta yang kalau siang hari, tempat duduknya seperti biasa. Tapi kalau malam hari berubah menjadi bed (kasur)!

Ada dua jenis tempat tidur, Lower Berth dan Upper Berth. Buat yang mau tidur sambil melihat pemandangan pilihlah Lower Berth (bawah), karena langsung bisa lihat pemandangan di jendela utama, tapiiii lebih mahal harganya, sekitar 1.220 Baht (Februari 2014). Sedangkan untuk yang Upper Berth (atas) harganya lebih murah 100 Baht, yaitu 1.120 Baht (sekitar Rp.500rb).

Gue pilih yang mana? Upper Berth! Karena lebih murah, lagipula gak bisa lihat pemandangan cuy di jendela, gelap hahaha. Ini pertama kalinya gue naik kereta tipe ini. So excited!

Minggu, 23 Februari 2014

Menjelajah Bangkok dalam 10 Hari

Bangkok at night
Sebagus dan sedetail apapun lo bikin ittinerary, pasti gak akan sama persis dengan kenyataan. Di postingan gue sebelumnya, gue menulis jadwal gue di 20 hari perjalanan ini. Perjalanan di Phuket alhamdulillah berjalan dengan lancar dengan mengikuti jadwal perjalanan yang telah gue buat. Tapi di Bangkok, beda lagi ceritanya. Gue berencana untuk tinggal di Bangkok hanya 3 hari dan Ayutthaya (2 jam dari Bangkok) hanya 2 hari. Tetapi pada kenyataannya gue tinggal di Bangkok selama 10 hari (tanpa ke Ayutthaya)!!!

Biar gue perjelas nih ceritanya. Jadi, pada hari kedua di Bangkok, gue menuju stasiun kereta api Hua Lamphong untuk membeli tiket kereta No.35 dari Bangkok ke Penang (Malaysia). Tetapi setelah gue mau beli, ternyata tiket pada tanggal 2 Februari sudah ludes terjual. Oke gue mundurin tanggalnya, di cek lah tanggal 3,4,5 dan ternyata sudah ludes terjual juga, men! Gila sadis ini kayak kereta ekonomi di Indonesia aja, harus beli 7 hari sebelum keberangkatan. Setelah di cek tanggal 6, akhirnya tiket ada dan hanya tersisa 6 kursi. Tanpa mikir terlalu lama, gue beli lah tiket menuju Penang pada tanggal 6 Februari. Dengan kata lain, gue di Malaysia hanya 4 hari, coy L. Setelah itu baru gue melihat keseluruhan ittinerary. Hanya 4 hari di Malaysia? Mana mungkin dalam 4 hari itu bisa mengunjungi 3 kota (Penang, Melaka, Kuala Lumpur) yang gue rencanakan. Harus ada yang dikorbankan. Dari segi keuangan dan keefektifan waktu, gue akhirnya menghilangkan Melaka dari daftar kota yang akan gue kunjungi. Hm agak kecewa juga sih. Berarti gue hanya mengunjungi Penang dan Kuala Lumpur. Karena di postingan sebelumnya juga gue bilang bahwa gue belum mendapatkan host di Penang, jadi gue memutuskan untuk tidak bermalam di Penang. Dengan semua ini, dapat disimpulkan bahwa gue akan menjelajah Bangkok selama 10 hari (27 Jan-6 Feb), mengunjungi Penang 1 hari (7 Feb) dan Kuala Lumpur 2 hari (8-9 Feb), untuk hari terakhir (10 Feb) gak gue hitung karena pada pagi harinya gue langsung ke bandara untuk kembali ke Indonesia.

Buat teman-teman yang ingin menempuh perjalanan dari Bangkok ke Penang dengan menggunakan kereta api, lebih baik memesan lebih awal sekitar seminggu sebelum keberangkatan di stasiun kereta api mana saja di Thailand (tidak harus di Bangkok) atau bisa juga membelinya secara online. Nah kalau pembelian secara online, gue belum tau bagaimana prosesnya, karena jujur, web kereta api Thailand agak susah dimengerti dengan bahasa Inggris yang terbatas di web-nya.

Di Bangkok ini, gue akan tinggal di sebuah kondominium apartemen seorang teman dari Indonesia. Dia adalah mba Sabrina, teman sesama couchsurfer dari Yogyakarta yang sekarang menetap di Bangkok untuk bekerja di sebuah travel agent internasional. Alhamdulillah mba Sabrina banyak membantu gue selama di Bangkok, dari menemani makan sepulang kerja, memberi saran, saling tukar pengalaman, dan juga pergi bersama-sama menjelajah Bangkok.

Selama gue di Phuket gue gak beli kartu lokal, karena di rumah host gue sudah ada wi-fi. Begitu juga di Bangkok, gue gak beli walaupun di rumah host di sini gak ada wi-fi. Tapi di semua mall dan cafe terdapat wi-fi. Tidak semua wi-fi gratis lho, maka dari itu carilah wi-fi yang gratis! haha.

Transportasi
Bangkok kalo pagi berkabut lho
Bangkok adalah salah satu kota metropolitan di Thailand. Infrastruktur dan tata kota di Bangkok sudah cukup baik. Bisa dilihat dari alat transportasi umum di sini. Semua terintegrasi dengan sangat baik. Terdapat bus umum yang modern dan bahkan yang sudah tua masih terawat dengan baik, BTS dan MRT yang sangat modern dan sangat membantu perjalanan gue di kota ini, express boat atau kapal yang menjelajah Sungai Chao Phraya yang membelah kota Bangkok, juga terdapat ojek yang sangat teratur. Ojek di Bangkok semuanya menggunakan rompi khusus, ada yang berwarna oranye, merah, pink, hijau, biru tergantung daerahnya masing-masing. Uniknya lagi, pada pagi dan sore hari (jam masuk dan pulang kerja), ojek ini banyak diburu oleh para pekerja. Karena saking banyaknya para pekerja yang masuk/pulang kerja, mereka mengantri memanjang menunggu ojek yang datang di pos-nya. Mengantri lho ya, ini ojek. Hal yang benar-benar gak pernah gue temui di Jakarta maupun Indonesia. Ini menjelaskan bahwa Bangkok lebih teratur dari Jakarta.
Banyak yang mengantri ojek, (maaf nge-blur)
Jalan-jalan di Bangkok pun tidak seruwet Jakarta. Maksud gue, trotoar di Bangkok sangat teratur dan banyak dipakai pejalan kaki. Beda dengan Jakarta yang sepertinya sudah jarang terlihat trotoar dengan fasilitas yang baik dan nyaman untuk digunakan pejalan kaki. Pedagang kaki lima di sini pun sadar dengan berjualan hanya di pinggirnya saja, tidak menghabiskan trotoar. Dan ini pun ada jam khususnya. Kebanyakan penjual kaki lima mulai berjualan pada pukul 4 sore.
Di Bangkok ada macet juga 
Dengan segala fasilitas ini, gak kaget kalau ternyata tiket BTS dan MRT di Bangkok cukup mahal untuk kantong gue. Rata-rata sekali perjalanan, harga tiket yang harus kita bayar adalah 30 Baht atau Rp.12rb. Ini pun kalau beli tiket terusan 15x perjalanan. Tiket terusan 15x perjalanan ini bisa dibeli sekitar 400 Baht (gue agak lupa soalnya) di loket-loket setiap stasiun BTS. Kalau tidak beli tiket terusan, bisa lebih dari harga tersebut, tergantung jarak yang kita tempuh.


Peta jalur MRT dan BTS Bangkok
BTS On Nut Station
Stasiun penuh kenangan buat gue


MRT Silom Station

Minggu, 16 Februari 2014

Phuket Bukan Cuma Phi Phi Island, lho!

Libur telah tiba, ini berarti saatnya untuk mengeksekusi liburan 20 hari gue di Thailand dan Malaysia. Tiket pulang pergi pesawat sudah di beli, ittinerary sudah dibuat dengan matang, host di setiap kota yang akan dikunjungi sudah dapat, barang-barang yang akan dibawa juga sudah siap di dalam tas 30L gue. Gue berangkat dari Jakarta. Pada saat itu, Jakarta sedang dilanda banjir besar selama kurang lebih 7 hari. Gue mengambil keputusan untuk berangkat ke bandara lebih awal dari biasanya, 4 jam sebelum terbang sudah berangkat dari rumah. Gue berencana untuk naik taksi saja sampai bandara. Gue pun ditemani bokap dengan sepeda motor mencari tempat untuk naik taksi, supaya tidak terjebak macet, gue naik di tempat yang dekat dengan pintu tol. Yosh gue naik dari Jelambar dengan biaya borongan Rp.75.000 + kita sendiri yang membayar masuk tol. Sesampainya di bandara, gue langsung menuju money changer untuk menukar uang ke baht. Pada saat itu, 1 Baht setara dengan Rp.400.

Lama penerbangan dari Jakarta menuju Phuket yaitu 3,5 jam. Untungnya sih, gue terbang pada pukul 17.00 WIB dan sampai di Phuket sekitar pukul 20.30 waktu Thailand (FYI, waktu Thailand dan WIB sama, yaitu +7 GMT). Jadi, sesampainya di Phuket bisa langsung bobo manis.

Yuk ngantri
Hell yeaaah sampai juga di Phuket International Airport. Bandaranya tidak terlalu besar seperti kebanyakan bandara di Indonesia. Setelah turun dari pesawat, gue menuju imigrasi untuk izin paspor. Ternyata banyak yang ngantri mennnn, ternyata semua penerbangan diarahkan ke satu tempat ini, pantes rame. Seperti biasa, di imigrasi tidak ditanya apa-apa, langsung di cap dan kita sudah bisa menikmati Thailand. Keluar bandara, gue langsung menuju halte airport bus yang letaknya dari pintu keluar bandara, belok kiri dan lurus saja, nanti akan terlihat bangku-bangku berjejeran, nah itu halte airport bus. Harga bus sekitar 85-100 Baht. Sayangnya, fasilitas itu hanya sampai pukul 20.00. Hiks, alhasil gue naik taksi mau gak mau. Untuk mengurangi biaya taksi, gue mencoba mencari teman yang searah dan akhirnya gue menemukannya. Seorang gadis dari Indonesia yang tujuannya ke arah Phuket Town. Nah tujuan gue adalah Rajabaht University (sebelum Phuket Town). Gue lupa berapa harga awal yang ditawarkan si supir taksi, gue pun langsung menawar jauh dari harga awal. Gue mematok harga 600 Baht (jadi bisa patungan 300 Baht per orang), awalnya dia menawarkan berkali-kali dari 1000, 800, 700 tapi gue tetep kekeh dengan harga 600 Baht. “Oke no problem, 600 Baht”, kata si supir. Jadi, kita harus tegas guys dalam menawar dengan suara meyakinkan.

Setelah di dalam mobil (yang ternyata bukan taksi, mobil sedan biasa cuy), gue merasa tenang karena bisa sampai di rumah tujuan dengan nyaman di gelapnya jalanan Phuket malam itu. Di tengah perjalanan, mobil berhenti di suatu tempat. Gue diminta turun dan supir bilang kalau dia gak tau alamatnya. Gila bohong banget, masa Universitas besar di Phuket gak tau sih dia. Ternyata ujung-ujungnya gue dibawa ke dalam tempat itu, ternyata tempat itu adalah Travel Agent, shit gue kena spam. Ditawari lah gue paket ini-itu. Sadar kalau gue sedang di tipu, gue langsung berdiri dan bilang ke si supir “Oke enough, I just wanna to take a rest, so bring me to the address”. Langsunglah gue diantarkan ke tempat tujuan yang ternyata si supir tau. Saran buat kalian yang ingin ke Phuket, janganlah naik taksi dari bandara kalau gak butuh-butuh banget. Naiklah airport bus atau mini van untuk umum, dijamin uang kalian akan lebih hemat dan gak kena spam.

Sesampainya di lokasi, ternyata gue sudah ditunggu oleh Salavat. Orang yang akan menjadi host gue selama di Phuket. Rumahnya cukup besar, ternyata Salavat tidak tinggal sendiri di rumah tersebut, banyak teman-temannya dari Russia yang juga tinggal di sana. Jadi, rumah tersebut semacam rumah kontrakan. Pertamanya agak canggung juga, banyakkkkk banget orang Russia lagi berkumpul malam itu. Ternyata setiap malam kamis, diadakan gathering di rumah itu. Dikenalkanlah gue ke semua teman-temannya. Malam itu gue gak gabung dulu karena kecapean dan masih agak canggung, jadi gue meminta izin ke Salavat untuk tidur lebih awal di kamarnya.

Selamat pagi! Hari ini tanggal 23 Januari 2014, hari pertama gue mengelilingi Phuket selama 3 hari sampai 26 Januari 2014. Misi gue dalam 3 hari ini adalah mencari tempat keren di Phuket yang tidak ramai dengan turis. Tau sendiri, Phuket hanyalah sebuah pulau tidak lebih besar dari Bali. Jadi pasti dimana-mana sudah banyak turis. Apalagi di Phi-Phi Island, tujuan utama turis ketika ke Phuket. Untuk trip ini gue gak mengunjungi Phi-Phi Island karena budget yang tidak memungkinkan.

Di hari pertama ini, tujuan gue adalah tempat peminjaman motor, terminal bus dan Promthep Cape (sunset view point di selatan Phuket). Motor adalah kendaraan terbaik untuk mengelilingi Phuket. Sewa motor di Phuket rata-rata berkisar 200 Baht atau Rp. 80rb per hari. Kalau kalian ingin menyewa selama seminggu, akan mendapatkan diskon harga menjadi 150 Baht per hari. Bensin ditanggung oleh kita sendiri. Syarat utama untuk bisa menyewa motor adalah paspor sebagai jaminan dan juga lisensi mengemudi (SIM dari Indonesia bisa digunakan di sini). Jangan lupa juga langsung membeli bensin, karena rata-rata bensin yang disisakan hanya seperempat tangki bensin motor. 1 liter bensin di sini seharga 38,5 Baht atau Rp.15rb. Mahal ya, di Indonesia jauhhhh lebih murah, bensin subsidi hanya seharga Rp.6,5rb.

Yosh! Motor sudah di tangan, mari kita nikmati Phuket dan mencari tempat tersembunyi yang masih sepi pengunjung! Tujuan selanjutnya adalah terminal bus. Aneh ya, tujuan kedua gue adalah terminal bus. Ya karena gue mau beli tiket ke Bangkok untuk tanggal 26 Januari, jadi gue beli jauh-jauh hari untuk menghindari habisnya tiket. Ternyata jarak dari tempat gue menginap ke terminal bus tidak jauh, sekitar hanya 1-2 km. Kalian bisa menemukan terminal bus ini di Thepkasattri Road. Gue membeli bus second class tujuan Bangkok dengan harga 543 Baht atau sekitar Rp.200rb.

Mirip warteg, bukan?
Tidak jauh dari terminal bus, sekitar 1km ke arah selatan (masih di Thepkasattri Road), terdapat tempat makan yang menurut gue asik. Terdapat sekitar 5-7 tempat makan di sana, jadi kita bisa memilih mau makan di mana. Gue pilih tempat makan yang mirip warteg. Hah warteg?! Iya serius, mirip banget, jadi sayuran dan lauk pauk tersedia di depan warung dan kita bebas memilih sebagai peneman nasi, juga penjualnya yang memakai kerudung! Lho di Thailand ada yang pake kerudung? Iya guys, jangan salah, di selatan Thailand itu banyak warga yang beragama Islam karena dari dulu banyak orang Melayu yang merantau ke sini. Harga makanan di sini 40 Baht atau Rp.16rb sekali makan.

Pas nyasar nih
Saatnya berpetualang mencari jalan menuju Promthep Cape. Pegangan gue hanyalah peta yang gue dapat di bandara Phuket. Gue percaya diri banget karena kelihatan gampang kalau dilihat dari peta. Sesampainya di Phuket Town, gue bingung, karena banyak simpangan dan gue nyasar berkali-kali haha. Entah sudah berapa kali gue muterin Phuket Town sampai-sampai tanya polisi pariwisata di sana, tapi belum menemukan jalan. Jreng! Serius mode: on. Gue berhenti dan lihat lingkungan sekitar, ah di sana ada hotel, gue lihat peta dan ternyata hotel itu ada di peta, gue keluarin kompas dan berusaha mencocokan arah mata angin, jalan mana yang harus gue ambil. Setelah menemukan jalan yang benar, gue memastikan dengan bertanya ke warga sekitar, hasilnya adalah jalan yang gue ambil benar!! Wuhuuu puas banget cuuuy sampe ketawa-ketawa di jalan. Eitss tapi jangan mangap terlalu besar kalo lagi ketawa di motor. Soalnya helm yang gue pake dan yang rata-rata dipakai di Phuket itu helm batok. Helm tanpa kaca yang cuma nutupin rambut. Bahkan telinga gak tertutup, gak enak banget telinga diserang terus sama angin sepanjang naik motor di sini. Saran buat yang ingin sewa motor, pilih helm yang half face atau full face kalau ada, jika tidak ada dan terpaksa pakai helm batok, tutupi kuping kalian dengan selayer atau apalah supaya tidak terlalu banyak kena angin, kalau telinga terlalu banyak kena angin, bisa jadi masuk angin lho.

5 Tahap Perjalanan ke Thailand dan Malaysia

Tahun 2014 gue sudah memasuki semester 6 dalam dunia perkuliahan. Yang artinya adalah sudah mulai untuk micro teaching dan KKN-PPL yang sangat menyita waktu. Oleh karena itu, gue sudah berpikir dari tahun lalu, bahwa gue harus jalan-jalan ke tempat yang jauh dan lama. Kenapa? Ya sudah terjawab, karena akan sangat sulit mencari waktu untuk jalan-jalan ke tempat yang jauh dan lama di tahun 2014 ini. So, ketika tahun lalu gue menemukan Air Asia sedang mengadakan promo, gue langsung memburunya. Singkat cerita, gue mendapatkan tiket dari Jakarta ke Phuket seharga Rp.529.000 untuk tanggal 22 Januari 2014 dan Kuala Lumpur ke Bandung seharga Rp.250.000 untuk tanggal 10 Februari 2014. Yup tanggal tersebut gue pilih karena di tanggal tersebut gue lagi liburan semester. Itu artinya gue akan jalan-jalan ke Thailand dan Malaysia selama 20 hari!! Hell yeah!

Hal kedua yang gue lakukan setelah mendapatkan tiket dan jadwal yang tetap adalah membuat ittinerary atau rencana perjalanan selama 20 hari. Setelah gue membaca dari berbagai blog di internet dan juga membaca 2 buku tentang negara tersebut gue membuat ittinerary umum sebagai berikut:

22 Jan -> Terbang dari Jakarta ke Phuket
22-27 Jan -> Phuket
28 Jan-29 Jan -> Bangkok
30-31 Jan -> Ayutthaya
1 Feb -> Bangkok
2-5 Feb -> Penang
6-7 Feb -> Melaka
8-10 Feb -> Kuala Lumpur
10 Feb -> Terbang dari Kuala Lumpur ke Bandung

Di tahap kedua ini gue sadar kalo gue sedikit salah dalam mem-booked tiket pesawat. Seharusnya dalam perjalanan ini gue memulai dari utara lalu berakhir di selatan. Tapi di sini, gue mengunjungi Phuket (selatan Thailand) terlebih dahulu lalu ke Bangkok dan Ayutthaya (pusat Thailand) lalu setelah itu ke Malaysia. Nah di sini berarti arah perjalanan gue dimulai dari selatan lalu ke utara lalu selatan lagi. Hal ini membuat gue harus menyiapkan biaya transportasi yang cukup besar lagi untuk perjalanan dari Bangkok (Thailand) ke Penang (Malaysia). Di tahap kedua ini juga gue mulai belajar bahasa Thailand sedikit demi sedikit seperti angka-angka dasar, salam, ungkapan-ungkapan penting, menanyakan toilet, tempat makan, menawar harga, dll. Alhamdulillah ini sangat berguna, apalagi pas gue nyasar.

Hal ketiga yang gue lakukan adalah mencari host selama gue di 6 kota tersebut. Host apa tuh? Gue pernah cerita juga tentang Couchsurfing di blog ini sebelumnya. Komunitas yang membuat kita bisa berinteraksi lebih dekat dengan warga lokal di suatu tempat. Jadi kalau kita mendapatkan host, kita bisa menghemat biaya penginapan selama perjalanan dan juga keuntungan lainnya adalah kita bisa lebih dekat dengan warga lokal, belajar kebudayaan mereka, mengikuti kegiatan-kegiatan sehari mereka, dan masih banyak lagi manfaatnya. Nah, mencari-cari lah gue sebulan sebelum berangkat. Ternyata lumayan sulit untuk mencari host pada saat itu, karena berdekatan dengan Tahun Baru Imlek, jadi banyak warga lokal yang mudik. Setelah sebulan bergumul dengan website Couchsurfing dan juga koneksi teman di 2 negara tersebut, akhirnya gue mendapatkan host di semua kota kecuali Penang.

Masuklah ke tahap keempat, yaitu checking terakhir semua persiapan menjelang hari keberangkatan. Contohnya adalah barang-barang yang akan kita bawa selama perjalanan seperti paspor, tiket pesawat, uang baht dan ringgit, pakaian-pakaian, alat mandi, obat pribadi, dan barang-barang lainnya yang dibutuhkan dalam perjalanan. Dalam hal ini, kita harus detail mempersiapkan semuanya demi kenyamanan perjalanan kita.

Barang bawaan selama 20 hari

Yoshhh. Sampai juga pada tahap kelima atau terakhir, yaitu eksekusi! Dalam tahap ini, berarti kita sudah siap untuk melakukan perjalanan. Dalam tahap ini juga kita dituntut untuk sehat jasmani dan rohani, siap fisik dan mental, dan yang terpenting berdoalah kepada Tuhan demi kelancaran perjalanan kita sampai kembali ke rumah. Ini semacam mau ngelamar jadi PNS yak haha, tapi emang bener itu kenyatannya.

Sebenarnya ada tahap sebelum tahap 1, ini gue sebut sebagai langkah awal suatu perjalanan, yaitu mempersiapkan budget atau biaya. Dalam perjalanan ini, gue hanya mempersiapkan biaya sebesar Rp.3.000.000. Biaya tersebut diluar biaya tiket pesawat dan penginapan (karena dalam 20 hari itu, gue gak menginap di hotel atau hostel).

Di postingan berikutnya gue akan cerita lebih detail tentang perjalanan gue ke Thailand dan Malaysia. Ada banyak hal-hal yang gak disangka-sangka yang mewarnai perjalanan gue ini. Entah warna cerah, gelap, atau abu-abu.

See you!