Jumat, 18 Desember 2015

China Town Jakarta Walking Tour; Mulai dari Bangunan Bersejarah Sampai Kulineran!

China Town Singapore    ()
China Town Bangkok      ()
China Town Semarang    ()
China Town Jakarta         (x)

Sebagai warga Jakarta, gue merasa gagal karena belum pernah menyambangi China Town di kota sendiri, sedangkan China Town kota lain bahkan negara lain, pernah gue sambangi. Lebih merasa bersalah lagi karena letak China Town Jakarta ini gak terlalu jauh dari tempat tinggal gue. China Town Jakarta sendiri merupakan sebuah kawasan Pecinan yang banyak ditinggali oleh etnis Tionghoa. Letak China Town Jakarta berada di Glodok, Jakarta Barat.

Adalah Jakarta Good Guide yang menjadi pencerah gue saat itu, karena mereka akan mengadakan free walking tour ke China Town Jakarta. Pada walking tour kali ini, Jakarta Good Guide digandeng oleh Wisata Sekolah. Wisata Sekolah yang juga sedang berulang tahun ke-3 menjadi sponsor utama acara gratis ini. Ah pokoknya mereka keren!

Total peserta dalam walking tour ini ada sekitar 30 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok. Gue yang termasuk paling awal datangnya masuk ke kelompok 1. Seven Eleven Hotel Novotel Gajah Mada menjadi meeting point kami pada hari itu.

Jalan-Jalan Dimulai
Dimulailah China Town walking tour ini dari sebuah bangunan cagar budaya yang terletak satu lokasi dengan Hotel Novotel. Nama gedung tersebut adalah Candra Naya. Candra Naya ini dahulunya merupakan kediaman dari Khow Kim An. Khow Kim An pada zaman kolonial Belanda merupakan mayor/pemimpin etnis Tionghoa. Namun, pada zaman kolonial Jepang, Khow Kim An ditahan dan akhirnya meninggal di sel tahanan pada Februari 1945.

Setelah sejak itu, bangunan ini digunakan oleh Asosiasi Xin Ming (perkumpulan sosial etnis Tionghoa) yang memanfaatkan bangunan ini sebagai pondok mereka. Kemudian pada masa pemerintahan Soeharto, semua etnis Tionghoa harus mengganti nama mereka menjadi nama lokal Indonesia. Sejak itulah Asosiasi Xin Ming merubah nama menjadi Candra Naya. Maka sekarang nama bangunan ini dikenal dengan Candra Naya.

Candra Naya journeyofalek.com
Candra Naya, sebuah bangunan bersejarah yang dikelilingi bangunan modern
Meskipun bangunan yang bergaya oriental ini kerap kali direnovasi, namun masih berdiri kokoh menyatu dengan bangunan-bangunan modern di sekelilingnya. Menurut penjelasan kakak pemandu, Candra Naya ini sudah tidak ditempati lagi.

Setelah puas menjelajah Kompleks Cagar Budaya Candra Naya, kami melanjutkan perjalanan ke Daerah Pecinan Jakarta a.k.a China Town Jakarta yang terletak di sepanjang Jalan Kemenangan III Glodok/Petak Sembilan. Untuk menyusuri tempat ini, memang lebih enak jika berjalan kaki. Karena selain jalan di Petak Sembilan cukup sempit, kita juga akan lebih leluasa dalam menikmati suasana khas daerah pecinan dan juga bisa berinteraksi langsung dengan pedagang sekitar.
Petak Sembilan journeyofalek.com
Suasana pecinan yang khas di Petak Sembilan

Wisata Tempat Ibadah
Letaknya hampir di ujung Petak Sembilan, kami berkunjung ke Vihara Darma Bhakti yang juga merupakan destinasi ke-3 walking tour ini. Vihara Darma Bhakti merupakan vihara yang cukup terkenal di Jakarta. Usianya sudah sekitar 400 tahun sejak didirikan. Vihara Dharma Bakti ini juga dikenal oleh masyarakat dengan nama Vihara Petak Sembilan. Sayangnya pada tanggal 2 Maret 2015, vihara ini terbakar dan menghanguskan satu bagian gedung dan banyak patung dewa. Untung saja hanya satu bagian yang terbakar, jadi vihara ini masih bisa digunakan untuk sembahyang.
 
Selanjutnya kami berkunjung ke Gereja Katholik Santa Maria de Fatima, letaknya tak jauh dari Vihara Darma Bhakti. Keunikan dari gereja ini adalah meskipun digunakan oleh umat khatolik, namun gereja ini dibangun dengan arsitektur khas Tionghoa. Berada di kawasan Pecinan yang mayoritas warganya merupakan penganut Budha dan Konghucu, gereja ini tetap berdiri kokoh sejak sekitar 1953. Ini merupakan bukti bahwa kerukuran beragama di wilayah ini sangat dijunjung tinggi.
Vihara Toasebio journeyofalek.com
Terlihat salah satu umat sedang berdoa, damai rasanya
Sekitar 200 meter dari Gereja Katholik Santa Maria de fatima, terlihat lagi sebuah vihara yang letaknya cukup tersembunyi. Namun setelah kami memasuki vihara tersebut, terlihatlah kemegahannya. Nama dari vihara ini adalah Vihara Toasebio. Konon, vihara ini merupakan yang tertua di Jakarta. Sambil mendengarkan kakak pemandu bercerita, kami yang sudah agak kelelahan ini menikmati suasana vihara yang tenang dan damai. Sesekali juga gue memperhatikan orang yang sedang sembahyang.

Saatnya Memanjakan Perut
“Nah, ini adalah vihara terakhir yang kita kunjungi. Untuk selanjutnya kita akan mengunjungi sebuah gang dengan banyaknya pedangan-pedagang makanan yang khas di Pecinan Jakarta ini, namanya adalah Gang Gloria!“, kata kakak pemandu. Mulailah terlihat wajah sumringah para peserta yang kayaknya sudah pada kelaparan, termasuk gue haha. Gang Gloria di kawasan pecinan ini memang sudah cukup terkenal bagi mereka yang suka kulineran.
Gang Gloria journeyofalek.com
Gang Gloria yang melegenda dengan kuliner khas pecinan
Banyak jenis kuliner yang patut dicoba jika berkunjung ke Gang Gloria Petak Sembilan ini. Nih ya, yang gue rekomendasikan adalah gado-gado direksi (gado-gado dengan bumbu yang gurih dipadu sayuran segar), mie kangkung si jangkung (mie dengan dipadu kangkung dan toge ditambah kuahnya yang kental dan gurih akan membuat siapa saja ketagihan menyantapnya), kari lam (kari ayam dan kari sapi dengan bumbu yang aduhai), rujak shanghai (bukan rujak biasa yang sering kita jumpai, rujak shanghai menggunakan cumi-cumi, kerang, dan ubur-ubur sebagai bahan dari rujak ini), dan yang terakhir adalah kopi es tak kie (kedai kopi yang sudah melegenda ini masih ramai dikunjungi dan pasti sold out karena banyaknya peminat, es kopi dan es kopi susu menjadi minuman andalan kedai kopi ini).
Kopi Es Tak Kie journeyofalek.com
Lo harus datang pagi-pagi jika tidak mau kehabisan kopinya!
Bagi umat muslim yang ingin menikmati makanan di sini, jangan lupa loh ya untuk bertanya kepada penjual apakah mengandung bahan-bahan yang boleh dikonsumsi atau tidak. Selain lima kuliner tadi, masih banyak kuliner lain yang bisa kalian temukan di Gang Gloria ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Sengatan sinar matahari pun sudah mulai terasa panas. Diujung Gang Gloria, kami berkumpul dan mengakhiri China Town Jakarta walking tour ini. Tak lupa untuk berselfie ria bersama-sama untuk mengabadikan momen ini. Sebelum bubar, pihak Jakarta Good Guide dan Wisata Sekolah mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta. Mereka juga mengumumkan bahwa akan ada lomba foto. Foto yang akan dinilai adalah foto-foto dari hasil China Town Jakarta walking tour ini. Hadiahnya cukup menggiurkan, lho! Yaitu berlibur ke Pulau Sangiang di Banten. Aaakkk ini yang gue suka. Jalan-jalan gratisan haha.

Sewaktu gue menulis tulisan ini, pemenang lomba foto sudah diumumkan dan pemenangnya adalah.......jeng jeng......gue!!! hahaha. Alhamdulillah yah. Untuk postingan berlibur ke Pulau Sangiang Banten akan gue ceritakan di postingan selanjutnya. Ciao!!
Kafe di Candra Naya journeyofalek.com
By the way, foto ini yang berhasil membawa gue ke Pulau Sangiang, yeay!
Lokasi foto ini ada di sebelah kanan Candra Naya


Lokasi: Glodok, Tamansari, West Jakarta City, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia

3 komentar:

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda yang mengenai "China Town Jakarta Walking Tour; Mulai dari Bangunan Bersejarah Sampai Kulineran!".
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pariwisata yang bisa anda kunjungi di Pariwisata Indonesia

    BalasHapus
  2. Saya tertarik dengan tulisan anda yang mengenai "China Town Jakarta Walking Tour; Mulai dari Bangunan Bersejarah Sampai Kulineran!".
    Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Pariwisata yang bisa anda kunjungi di Pariwisata Indonesia

    BalasHapus
  3. wahh kalau mau kopinya harus datang pagi-pagi ya biar gak kehabisan..

    BalasHapus