Kamis, 13 Oktober 2011

Essay!!

T-U-G-A-S
Yah mungkin itulah teman yg paling setia sama yg namanya Mahasiswa..

2 minggu yang lalu gue dpt tugas Bahasa Indonesia disuruh bikin 'Essay'.. Pada awalnya gue pusing harus ngerjain drmna karena gue belom berbakat yg namanya tulis-menulis, tapiii dengan niat dan usaha yg menggebu-gebu gue pun dpt pencerahan dan akhirnya gue bisa nyelesaiin tugas itu. Nah disini gue mau share hasilnya, ini tulisan gue, asli gue lho, GUE!!

Jeng-jenggggg!!!

FENOMENA BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang digunakan oleh Negara Republik Indonesia, tetapi akhir-akhir ini justru bahasa Indonesia tidak lagi populer bagi kalangan anak muda. Pada kesempatan ini saya akan membahas fenomena bahasa Indonesia akhir-akhir ini dan bagaimana mensosialisasikan bahasa Indonesia itu sendiri bagi kalangan anak muda.

Bahasa Indonesia resmi digunakan sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia).

Sudah jelas dari pernyataan di atas kalau warga Indonesia diharuskan untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia. Akan tetapi kenyataan pada saat ini berbanding terbalik. Fenomena  paling nyata adalah yang terjadi pada remaja. Ya pada saat ini sudah sangat jarang ditemukan remaja yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian mereka. Mereka cenderung menggunakan bahasa prokem atau yang banyak dikenal dengan sebutan  bahasa gaul sebagai alat komunikasi keseharian mereka. Bahasa gaul kebanyakan dihasilkan dari bahasa Betawi yang disalahgunakan oleh kebanyakan remaja. Bahasa ini mulai populer pada awal abad ke-21. Ini mungkin disebabkan dari tayangan-tayangan  televisi yang banyak menggunakan bahasa tersebut yang membuat remaja terhipnotis karenanya. Akan lebih baik apabila acara-acara televisi menayangkan program edukasi bagi masyarakat supaya masyarakat tidak terbodohi akan tayangan yang tidak seharusnya di tayangkan.

Fenomena ini tidak akan terjadi apabila pendidikan bahasa di Indonesia digalakkan. Padahal sejak pendidikan dasar, sudah ada pelajaran bahasa Indonesia yang mengharuskan siswa belajar dan memperdalam bahasa resmi kita. Tetapi sungguh ironis, pelajaran bahasa tidak cukup membantu untuk mengatasi masalah ini. Remaja cenderung menggunakan bahasa gaul supaya bisa dikatakan kalau mereka tidak ketinggalan zaman. Mereka tidak sadar kalau apa yang dilakukannya bisa merugikan bangsa Indonesia. Apalagi remaja-remaja sekolah menengah yang cenderung menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa asing yang dapat merusak tatanan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Alasan mengapa remaja melakukan itu mungkin supaya mereka bisa berkomunikasi dengan baik dengan temannya. Kalau bahasa Nasional saja sudah terabaikan, bagaimana dengan bahasa daerah kita? Indonesia merupakan Negara dengan beragam suku budaya, dan setiap suku pasti memiliki bahasa daerah mereka sendiri. Ada kurang lebih 750 bahasa daerah di Indonesia. Bahkan mungkin sudah ada yang punah. Sungguh ironis memang. Ditambah lagi minat remaja itu sendiri untuk belajar bahasa Indonesia. Mereka cenderung merasa acuh tak acuh dan menyepelekan masalah ini. Mereka lebih tertarik dengan bacaan-bacaan yang unsur didalamnya ada bahasa gaul tersebut.

Padahal bahasa Indonesia cukup diminati di universitas-universitas atau sekolah-sekolah di luar negeri. Mereka membuka kelas bahasa Indonesia bagi yang ingin mempelajari secara mendalam. Contoh yang saya ambil dalam hal ini adalah salah satu universitas di Jepang yaitu Universitas Nanzan di Nagoya, Jepang. Di sana terdapat Faculty of Foreign Studies (Fakutas Bahasa Asing) yang mengadakan pelajaran bahasa Indonesia di fakultas tersebut. Kita seharusnya bangga akan hal ini, orang luar saja berminat dan mau belajar bahasa Indonesia, mengapa kita tidak yang notabenenya sebagai bahasa nasional kita.

Untuk mengatasi masalah ini orang tua seharusnya  mempunyai tanggung jawab. Karena keluarga adalah lingkungan sosial yang paling utama dalam menentukan karakter seseorang. Dalam hal ini diharapkan orang tua bisa mendidik anaknya sedari kecil untuk mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengajarkan budaya-budaya Indonesia agar tetap terjaga. Sebagai kaum pengajar, guru ataupun dosen pun seharusnya bisa lebih mensosialisasiakan pengajaran bahasa Indonesia di wilayah sekolah maupun kampus. Supaya siswa bisa lebih memahami apa itu bahasa Indonesia sebenarnya dan bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Tetapi semua usaha itu mungkin akan sia-sia apabila remaja itu sendiri tidak mempunyai keinginan yang kuat serta kesadaran yang tinggi untuk melestarikan bahasa Indonesia dan tetap menggunakan bahasa yang salah. Tetapi kita tidak boleh pesimis akan sesuatu yang belum kita coba dan tetap mengusahakan yang terbaik untuk Negara Indonesia.

Apa kita semua tidak sadar ketika pada zaman dahulu, ketika pejuang-pejuang muda pada saat itu membacakan Sumpah Pemuda? Sumpah yang harus kita pegang teguh komitmennya. Yang salah satu kalimatnya berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Sudah jelas kalau bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus kita cintai dan kita jaga keberadaannya. Apa kita akan mengabaikan perjuangan para pahlawan kita? Jangan sampai hal itu terjadi. Ada pepatah mengatakan “Bangsa yg besar adalah bangsa yg menghormati pahlawannya”. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan melestarikan bahasa yang kita cintai ini.


Alek Kurniawan
11203241038
Pendidikan Bahasa Jerman


Gila gue keliatan bijak banget! (ini berlebihan)
By The Way nih yaaa, gue lo kan bahasa Betawi tuh, jadi boleh lah memakainya berhubung kita harus menjaga bahasa suku budaya juga supaya tidak punah hihihi Pissss..

0 komentar:

Posting Komentar