Rabu, 30 November 2016

Pulau Bali, Tempat Berpisah dan Memulai Petualangan Baru

Hampir dua tahun yang lalu, pada Januari 2015, terdapat momen yang menurut gue momen sakral dalam perjalanan hidup gue. Kenapa? Karena pada saat itu gue beserta seluruh teman satu angkatan di kampus melakukan study tour ke Pulau Bali, pulau penuh magis.

Memang study tour ini merupakan salah satu kegiatan yang harus diikuti karena masuk dalam salah satu mata kuliah di jurusan gue. Oia, yang belom tau gue kuliah di jurusan apa, gue kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman cuy.

Dalam empat tahun menempuh pendidikan dan juga melewati banyak momen spesial bersama teman-teman seangkatan, acara study tour ini buat gue pribadi merupakan acara yang bukan hanya sekedar menuntaskan kewajiban mata kuliah, namun juga sebuah acara untuk membuat momen kebersamaan yang nantinya akan kita rindukan. Saiiik.

Seperti sekarang ini, gue menulis postingan ini atas dasar gue rindu. Gue rindu momen keren ini.

Die Familie von Klasse I (Keluarga Kelas I)
SPARTAN never dies
Well, who is Spartan? Hahaha ini bukan Spartan yang prajurit pemberani itu kok. Spartan di sini adalah nama geng gue di zaman kuliah. Hah geng!?? Tenang-tenang, kami bukan geng anarkis kok, kami cuma sekumpulan remaja yang suka download dan nonton JAV hahaha.

Spartan terdiri dari Zen, Arkun, Frino, dan gue sendiri. Kami berempat memang ditakdirkan bersama-sama dalam satu kelas sejak semester pertama sampai semester terakhir.

Pada saat study tour di Bali, kami berempat selalu bersama. Entah pada saat perjalanan di bus, di tempat wisata, satu kamar, sampai pada aksi penyusupan ke kamar geng cewek lainnya di hotel hahaha.

Kelakuan paling konyol yang kita lakukan pada saat perjalanan di Bali menurut gue sih pada saat kita semua ingin mengabadikan sebuah foto, tetapi dengan cara yang unik. Yaitu dengan berlari sekencang-kencangnya dan kamera harus menangkap momen itu. Hasil jepretan yang didapatkan juga gak boleh dihapus, terlepas dari jelek atau bagusnya hasil foto itu haha. Tapi, so far sih hasilnya bagus, untungnya gak nyesel sih diliatin para bule sekitar karena kita disangka orang kelainan mental.

Salah satu foto yang Arkun berhasil abadikan
(Ki-ka: Zen, gue, Frino, Faldo)
Sampai sekarang, kami masih TETAP berhubungan via mobile-chating walaupun udah gak hidup di satu kota lagi. Gue sih yang paling jauh, di Jakarta. Sedangkan Zen dan Frino masih tinggal di Jogja, dan Arkun tinggal di Klaten (masih sering ke Jogja, karena masih bimbingan hahaha semangat vroh).

Baca juga:
Ada Surga di Utara Jakarta
Drama Kelas: Alemannische Fasnacht 
China Town Jakarta Walking Tour

Balik ke study tour. Sayang banget sih, destinasi wisata yang kita kunjungi sewaktu itu cenderung mainstream aja. Contohnya Pura Uluwatu, Tanah Lot, Danau Bedugul, Joger, Pantai Pandawa, Pura Tirta Empul, Ubud, dan lainnya. Jadinya kurang greget gimana gitu.

Pengen suatu hari nanti balik ke Bali untuk reuni dan menjelajah hal yang gak biasa di sana. Soalnya kita kalo di Jogja mah, sering banget menjelajah hal yang gak biasa kayak contohnya jelajah malam di Benteng Keraton, camp di Goa Jepang, sampai mengeksplorasi Gereja Ayam sewaktu sama sekali belum terkenal.

SPARTAN!!! (Ki-ka: Arkun, gue, Zen, Frino)
Memutuskan untuk extend dan melanjutkan perjalanan ke timur
Rencana ini memang sudah tersusun sebelum study tour sih. Yaitu extend di Bali dan melanjutkan perjalanan ke timur Indonesia, tepatnya Flores. Tujuan utama kami untuk mengunjungi Flores sih cuma satu, yaitu menengok kampung halaman dari salah satu kawan kami, Zen.

Yaudah deh, yang tadinya study tour 4 hari 3 malam, kami tambah sehari lagi di Bali dan melanjutkan perjalanan ke Lombok keesokan harinya. Sayang seribu sayang, Spartan belum diizinkan semesta untuk full team di rencana ini. Karena Frino gak bisa ikut perjalanan ke Flores karena suatu hal. Sebagai gantinya, cewek gue si Gita akan ikut perjalanan ini. Dia segera menyusul terbang dari Jakarta langsung ke Bali besoknya, ahay.

Setelah gue, Arkun, dan Zen izin ke pak dosen kalau kita gak ikut pulang ke Jogja, akhirnya kami diturunkan di Terminal Ubung Bali. Jadi deh, hanya sisa kita bertiga, teman-teman lainnya beserta bus segera meninggalkan kami.

And the adventure begins!

Kami udah gak menginap di hotel lagi di hari selanjutya, karena kami menginap di rumah bude gue yang ada di Denpasar Selatan. Jadilah dari Terminal Ubung kita menyarter angkot untuk menuju Denpasar Selatan. Kok nyarter angkot? Kenapa gak naik angkot yang sejurusan? Jawabannya, gak ada! Yaaa soalnya mau gimana lagi, transportasi umum di Bali emang masih buruk dan waktu itu ojek mobil online pun masih belum booming. Paling cuma Trans Sarbagita yang oke, itupun hanya melewati rute tertentu.

Di hari selanjutnya kami hanya mengeksplorasi Kuta dan Legian. Gak bisa jauh-jauh juga karena cuma punya waktu sehari. Tapi lumayan lah, di hari extend kita ini, banyak kejadian tak terduga lainnya yang membuat bumbu perjalanan semakin banyak rasa haha.
Jauh-jauh ke Bali, eh ketemunya temen kampus jugaaaa (ciwi-ciwi exchange Tiongkok)
(Ki-ka: Arkun, Zen, gue, Lina, Lia, Endang, Wina, Ela)
Nah kalo ini lebih kocak, si Arkun minta difotoin, eeeeh tiba-tiba di belakang doi
ada mas-mas arab nge-prank hahaha (Taken by Zen)
Terus gimana kisah perjalanan ke timur selanjutnya? Beeeeh penuh liku-liku sob. Kalo gue ceritain di satu postingan pasti panjang banget. Jadi gue ceritain di postingan berikutnya aja yaaak. Sneak peak aja nih, ada kejadian kami ditodong preman di pelabuhan, ada yang kekurangan uang buat bayar tiket bus, ada yang gagal jalan-jalan karena tanah longsor, dan masih banyak kisah seru lainnyaaaa.

To be continued…
Lokasi: Bali, Indonesia

2 komentar:

  1. Yaaa Allah masih musim yaa ala2 boyband gitu, tapi kalo abg2 labil mmg kayak gitu sech yaaaa #kabur

    BalasHapus