Minggu, 16 Februari 2014

Phuket Bukan Cuma Phi Phi Island, lho!

Libur telah tiba, ini berarti saatnya untuk mengeksekusi liburan 20 hari gue di Thailand dan Malaysia. Tiket pulang pergi pesawat sudah di beli, ittinerary sudah dibuat dengan matang, host di setiap kota yang akan dikunjungi sudah dapat, barang-barang yang akan dibawa juga sudah siap di dalam tas 30L gue. Gue berangkat dari Jakarta. Pada saat itu, Jakarta sedang dilanda banjir besar selama kurang lebih 7 hari. Gue mengambil keputusan untuk berangkat ke bandara lebih awal dari biasanya, 4 jam sebelum terbang sudah berangkat dari rumah. Gue berencana untuk naik taksi saja sampai bandara. Gue pun ditemani bokap dengan sepeda motor mencari tempat untuk naik taksi, supaya tidak terjebak macet, gue naik di tempat yang dekat dengan pintu tol. Yosh gue naik dari Jelambar dengan biaya borongan Rp.75.000 + kita sendiri yang membayar masuk tol. Sesampainya di bandara, gue langsung menuju money changer untuk menukar uang ke baht. Pada saat itu, 1 Baht setara dengan Rp.400.

Lama penerbangan dari Jakarta menuju Phuket yaitu 3,5 jam. Untungnya sih, gue terbang pada pukul 17.00 WIB dan sampai di Phuket sekitar pukul 20.30 waktu Thailand (FYI, waktu Thailand dan WIB sama, yaitu +7 GMT). Jadi, sesampainya di Phuket bisa langsung bobo manis.

Yuk ngantri
Hell yeaaah sampai juga di Phuket International Airport. Bandaranya tidak terlalu besar seperti kebanyakan bandara di Indonesia. Setelah turun dari pesawat, gue menuju imigrasi untuk izin paspor. Ternyata banyak yang ngantri mennnn, ternyata semua penerbangan diarahkan ke satu tempat ini, pantes rame. Seperti biasa, di imigrasi tidak ditanya apa-apa, langsung di cap dan kita sudah bisa menikmati Thailand. Keluar bandara, gue langsung menuju halte airport bus yang letaknya dari pintu keluar bandara, belok kiri dan lurus saja, nanti akan terlihat bangku-bangku berjejeran, nah itu halte airport bus. Harga bus sekitar 85-100 Baht. Sayangnya, fasilitas itu hanya sampai pukul 20.00. Hiks, alhasil gue naik taksi mau gak mau. Untuk mengurangi biaya taksi, gue mencoba mencari teman yang searah dan akhirnya gue menemukannya. Seorang gadis dari Indonesia yang tujuannya ke arah Phuket Town. Nah tujuan gue adalah Rajabaht University (sebelum Phuket Town). Gue lupa berapa harga awal yang ditawarkan si supir taksi, gue pun langsung menawar jauh dari harga awal. Gue mematok harga 600 Baht (jadi bisa patungan 300 Baht per orang), awalnya dia menawarkan berkali-kali dari 1000, 800, 700 tapi gue tetep kekeh dengan harga 600 Baht. “Oke no problem, 600 Baht”, kata si supir. Jadi, kita harus tegas guys dalam menawar dengan suara meyakinkan.

Setelah di dalam mobil (yang ternyata bukan taksi, mobil sedan biasa cuy), gue merasa tenang karena bisa sampai di rumah tujuan dengan nyaman di gelapnya jalanan Phuket malam itu. Di tengah perjalanan, mobil berhenti di suatu tempat. Gue diminta turun dan supir bilang kalau dia gak tau alamatnya. Gila bohong banget, masa Universitas besar di Phuket gak tau sih dia. Ternyata ujung-ujungnya gue dibawa ke dalam tempat itu, ternyata tempat itu adalah Travel Agent, shit gue kena spam. Ditawari lah gue paket ini-itu. Sadar kalau gue sedang di tipu, gue langsung berdiri dan bilang ke si supir “Oke enough, I just wanna to take a rest, so bring me to the address”. Langsunglah gue diantarkan ke tempat tujuan yang ternyata si supir tau. Saran buat kalian yang ingin ke Phuket, janganlah naik taksi dari bandara kalau gak butuh-butuh banget. Naiklah airport bus atau mini van untuk umum, dijamin uang kalian akan lebih hemat dan gak kena spam.

Sesampainya di lokasi, ternyata gue sudah ditunggu oleh Salavat. Orang yang akan menjadi host gue selama di Phuket. Rumahnya cukup besar, ternyata Salavat tidak tinggal sendiri di rumah tersebut, banyak teman-temannya dari Russia yang juga tinggal di sana. Jadi, rumah tersebut semacam rumah kontrakan. Pertamanya agak canggung juga, banyakkkkk banget orang Russia lagi berkumpul malam itu. Ternyata setiap malam kamis, diadakan gathering di rumah itu. Dikenalkanlah gue ke semua teman-temannya. Malam itu gue gak gabung dulu karena kecapean dan masih agak canggung, jadi gue meminta izin ke Salavat untuk tidur lebih awal di kamarnya.

Selamat pagi! Hari ini tanggal 23 Januari 2014, hari pertama gue mengelilingi Phuket selama 3 hari sampai 26 Januari 2014. Misi gue dalam 3 hari ini adalah mencari tempat keren di Phuket yang tidak ramai dengan turis. Tau sendiri, Phuket hanyalah sebuah pulau tidak lebih besar dari Bali. Jadi pasti dimana-mana sudah banyak turis. Apalagi di Phi-Phi Island, tujuan utama turis ketika ke Phuket. Untuk trip ini gue gak mengunjungi Phi-Phi Island karena budget yang tidak memungkinkan.

Di hari pertama ini, tujuan gue adalah tempat peminjaman motor, terminal bus dan Promthep Cape (sunset view point di selatan Phuket). Motor adalah kendaraan terbaik untuk mengelilingi Phuket. Sewa motor di Phuket rata-rata berkisar 200 Baht atau Rp. 80rb per hari. Kalau kalian ingin menyewa selama seminggu, akan mendapatkan diskon harga menjadi 150 Baht per hari. Bensin ditanggung oleh kita sendiri. Syarat utama untuk bisa menyewa motor adalah paspor sebagai jaminan dan juga lisensi mengemudi (SIM dari Indonesia bisa digunakan di sini). Jangan lupa juga langsung membeli bensin, karena rata-rata bensin yang disisakan hanya seperempat tangki bensin motor. 1 liter bensin di sini seharga 38,5 Baht atau Rp.15rb. Mahal ya, di Indonesia jauhhhh lebih murah, bensin subsidi hanya seharga Rp.6,5rb.

Yosh! Motor sudah di tangan, mari kita nikmati Phuket dan mencari tempat tersembunyi yang masih sepi pengunjung! Tujuan selanjutnya adalah terminal bus. Aneh ya, tujuan kedua gue adalah terminal bus. Ya karena gue mau beli tiket ke Bangkok untuk tanggal 26 Januari, jadi gue beli jauh-jauh hari untuk menghindari habisnya tiket. Ternyata jarak dari tempat gue menginap ke terminal bus tidak jauh, sekitar hanya 1-2 km. Kalian bisa menemukan terminal bus ini di Thepkasattri Road. Gue membeli bus second class tujuan Bangkok dengan harga 543 Baht atau sekitar Rp.200rb.

Mirip warteg, bukan?
Tidak jauh dari terminal bus, sekitar 1km ke arah selatan (masih di Thepkasattri Road), terdapat tempat makan yang menurut gue asik. Terdapat sekitar 5-7 tempat makan di sana, jadi kita bisa memilih mau makan di mana. Gue pilih tempat makan yang mirip warteg. Hah warteg?! Iya serius, mirip banget, jadi sayuran dan lauk pauk tersedia di depan warung dan kita bebas memilih sebagai peneman nasi, juga penjualnya yang memakai kerudung! Lho di Thailand ada yang pake kerudung? Iya guys, jangan salah, di selatan Thailand itu banyak warga yang beragama Islam karena dari dulu banyak orang Melayu yang merantau ke sini. Harga makanan di sini 40 Baht atau Rp.16rb sekali makan.

Pas nyasar nih
Saatnya berpetualang mencari jalan menuju Promthep Cape. Pegangan gue hanyalah peta yang gue dapat di bandara Phuket. Gue percaya diri banget karena kelihatan gampang kalau dilihat dari peta. Sesampainya di Phuket Town, gue bingung, karena banyak simpangan dan gue nyasar berkali-kali haha. Entah sudah berapa kali gue muterin Phuket Town sampai-sampai tanya polisi pariwisata di sana, tapi belum menemukan jalan. Jreng! Serius mode: on. Gue berhenti dan lihat lingkungan sekitar, ah di sana ada hotel, gue lihat peta dan ternyata hotel itu ada di peta, gue keluarin kompas dan berusaha mencocokan arah mata angin, jalan mana yang harus gue ambil. Setelah menemukan jalan yang benar, gue memastikan dengan bertanya ke warga sekitar, hasilnya adalah jalan yang gue ambil benar!! Wuhuuu puas banget cuuuy sampe ketawa-ketawa di jalan. Eitss tapi jangan mangap terlalu besar kalo lagi ketawa di motor. Soalnya helm yang gue pake dan yang rata-rata dipakai di Phuket itu helm batok. Helm tanpa kaca yang cuma nutupin rambut. Bahkan telinga gak tertutup, gak enak banget telinga diserang terus sama angin sepanjang naik motor di sini. Saran buat yang ingin sewa motor, pilih helm yang half face atau full face kalau ada, jika tidak ada dan terpaksa pakai helm batok, tutupi kuping kalian dengan selayer atau apalah supaya tidak terlalu banyak kena angin, kalau telinga terlalu banyak kena angin, bisa jadi masuk angin lho.

Pantai Karon
Sesampainya di selatan Phuket, jalannya berubah menjadi naik turun, wohoo asyik! Gue memutuskan untuk pergi ke Pantai Karon terlebih dahulu. Sesampainya di sana, ternyata ramai banget. Banyak bangku-bangku dan juga ikan asin bule berjemur. Yasudah istirahat saja gue dibawah pohon sambil liatin bule-bule telanjang. Setelah puas bersantai, gue melanjutkan perjalanan ke tujuan awal, Prompthep Cape. Jalan menuju Promthep Cape juga keren banget, naik turun dengan fasilitas jalan yang memadai. Papan penunjuk arah yang cukup jelas dan kondisi jalan yang mulus alias tidak ada lubang. Sampailah di Promthep Cape, tempatnya ada diatas bukit dengan pemandangan pantai selatan Phuket. Matahari terbenam juga tepat di depan mata. Fix tempat ini cocok untuk nunggu sunset sama pacar sambil ngemil-ngemil dan bercanda-canda dengan riang gembira. Hiks seandainya….
Papan penunjuk jalan seperti ini akan banyak kita temui
Di tempat ini juga terdapat mercusuar dan tempat berdoa bagi yang beragama Buddha. Semua fasilitas di tempat ini gratis kecuali toilet. Tidak semua orang Thailand mengerti istilah toilet, jadi jangan lupa untuk belajar sedikit bahasa Thai untuk menanyakan lokasi toilet, juga beberapa salam dan ungkapan yang sering digunakan, angka juga penting untuk membeli barang. Bedanya toilet di Thailand dan Indonesia adalah jika di Thailand, kita diharuskan membayar dulu baru memakai fasilitas toilet, jika di Indonesia hal ini malah sebaliknya hihi.
Pemandangan dari Promthep Cape sangatlah lezat
Tempat berdoa di Promthep Cape
Bayar dulu cuy sebelum kencing
Puluhan orang menunggu sunset
Sayangnya sunset pada sore itu tidak terlihat karena cuaca berawan. Tidak apa-apa kalau dibandingkan dengan pengalaman pertama gue menjelajah Phuket sendiri dengan motor hehe. Untungnya gue gak kesasar lagi di jalan pulang, fix gue keren haha. Sesampainya di rumah, jangan lupa untuk langsung mandi supaya kita tetap segar dan bersih. Di malam ini gue sharing cukup banyak dengan orang-orang di sana terutama dengan Alo, orang Estonia yang juga sedang surf (istilah tamu di Couschsurfing) di rumah itu. Sesama surfer harus saling berbagi pengalaman hehe.
Ayo terbangkan....
Malam itu juga sedang ada yang berulang tahun. Mereka merayakannya dengan menerbangkan satu lampion besar. Asyiknya gue diajak untuk menerbangkannya. Kami mencari tempat yang cukup lapang untuk menerbangkan lampion. FYI, cuaca di Phuket pada saat gue di sana adalah berangin, apalagi kalau malam, anginnya gede sob. Tempat sudah ketemu, sebelum diterbangkan beberapa kawan memberikan wishes kepada orang yang berulang tahun dan wesss, diterbangkan juga lampionnya. Emang dasar angin lagi besar, lampion tidak langsung terbang ke atas, tetapi malah terbang menyamping dan jrenggg lampion tersangkut di kabel listrik!!!! Gue kaget tapi orang-orang Russia itu selow-selow aja. Untung di situ ada salah satu warga yang baik meminjamkan bambu panjang untuk mengambil lampion yang tersangkut itu. Pffft untung aja kabelnya gak kebakar, coba kalo kebakar, bisa kena kasus, mana gue terlibat lagi --__--.

Hal unik lain yang gue temukan dari teman-teman Russia ini adalah mereka akan tidur jika semua sudah ngantuk. Brooo gue udah ngantuk dari pukul 22.00 tapi harus menunggu mereka tidur dulu (Kenapa nunggu? Karena malam ini dan seterusnya gue tidur ngemper di lantai bareng-bareng. Gak enak kalau gue harus tidur lebih awal. Ngempernya ada yang pakai kasur, tidur di sofa, matras dan sleeping bag. Kalo gue tidur di matras dan sleeping bag). Jangan syok ya, mereka-mereka ini kalau tidur hanya pake sempak semua sob (tentunya diselimuti oleh selimut kalau tidur). Tidak terkecuali cewek-ceweknya juga. Yasalaaam harus kuat ini hahaha.

Hari kedua, 24 Januari 2014
Sebelum berangkat
Gue diajak oleh Salavat untuk ikut beach camp bersama semua orang rumah. Kita akan bermalam di suatu pantai di utara Phuket yang masih minim pengunjung! Wah ini baru seru! Kami semua berangkat dari rumah sekitar pukul 15.00. Ada sekitar 17 orang yang ikut termasuk gue, tetapi hanya ada 3 motor. Jadilah 2 motor dinaiki 6 orang dan 1 motor lagi dinaiki 2 orang. Gue mengendarai motor dan memboncengi 2 orang. (FYI lagi nih, sepertinya 3 orang dalam 1 motor itu legal di Phuket. Soalnya banyak banget yang begini. Tapi untuk keamanan dan kenyamanan mending hanya 2 orang per motor). 8 orang naik motor, 7 orang lainnya naik apa? Hitch-hike dong bro. Hitch-hike itu apa? Jadi, hitch-hike adalah menumpang pada kendaraan yang lewat dengan cara menjulurkan tangan kita dengan tanda oke/jempol. Bisa juga kita menulis tujuan kita di kertas dan berdiri di pinggir jalan dengan kertas tersebut.
Gimana? Pengen gak bermalam dengan suasana begini?
Di sepanjang perjalanan, gue melewati sekitar 3 Masjid. Waaah ternyata emang pemeluk Islam di sini cukup banyak. Sampailah gue di pantai tersembunyi itu yang bernama Mai Khao Beach. Pasir putih dengan warna air laut biru turquois dan angin semilir yang tidak terlau besar membuat air laut di pantai ini nyaris tidak ada ombaknya. Mantapppppp sekali untuk berenang. Sayang, kami sampai di sana hari sudah mulai gelap dan angin mulai bertiup cukup kencang. Jadi gue memutuskan untuk tidak berenang. Tetapi teman-teman tetap berenang, welehhhh emang dasar kulitnya udah tebel kali yak. Ternyata Adzan masih bisa terdengar di pantai ini, subhanallah. Menikmati malam di pantai sepi ini dengan api unggun yang menghangatkan, mengingatkan gue kepada seorang gadis di tanah air tercinta. Seandainya….

Bulan tepat berada di atas kepala yang menandakan tengah malam. Tetapi teman-teman sedang asyik-asyiknya bermain tebak-tebakan dalam bahasa Russia dan gue cuma bisa merenung aja sambil sesekali Salavat dan teman lainnya menemani gue ngobrol dengan bahasa Inggris. Mereka bilang bahwa, tahun depan mereka akan tinggal di Indonesia tepatnya di kota Yogyakarta. Uwew itu kota gue tinggal sekarang cuy, gue bilang aja ke mereka untuk menghubungi gue kalau memang jadi tinggal di Yogyakarta. Hidup mereka selow banget ya, setiap tahun punya proyek-proyek sendiri dan tinggal nomadik seperti itu. Semoga ketika di Yogyakarta, mereka bergaul juga dengan orang lokal. Soalnya di Phuket ini, gue lihat-lihat mereka kurang bergaul dengan orang lokal.

Yap seperti biasa, gue bangun lebih awal dari teman-teman. Yang lain ada juga sih yang sudah bangun, tapi hanya beberapa, sebagian besar masih di alam mimpi bahkan sampai tengah hari baru bangun. Gue bergegas menuju Seven-Eleven (yang bisa ditemui bahkan di tempat terpencil di Thailand sekalipun) untuk membeli sarapan, ya sekitar 2 km jaraknya dari pantai. Sarapan bubur rasa udang sudah cukup bikin gue kenyang. Sehabis sarapan, byurrrr langsunglah gue berenang, segerrrrr banget airnya. Kalau saja matahari tidak terlalu terik hari itu, bisa seharian gue berenang. Ada hal yang paling bikin gue kagum sama pantai ini, pantai ini dekat dengan bandara Phuket. Jadi, kalau ada pesawat lepas landas atau mendarat, kita bisa melihatnya dengan sangat dekat. Bahkan di atas kepala!! Tapi tempat kami mendirikan tenda tidak sedekat itu. Wow ini baru pertama kali gue ke pantai dengan pemandangan pesawat sedekat itu. Leyeh-leyeh di bawah pohon sambil menggambar dan menulis di buku perjalanan dengan pemandangan ini semua, adalah anugerah yang sangat nikmat. 
Pesawatnya mau mendarat tuh
This is Mai Khao Beach, bitch!!
Teman-teman dari Russia dan Estonia,
Salavat yang memakai celana biru
Kalau tempat yang gue kunjungi berkesan,
gue menggambarnya di buku catatan perjalanan
Tapi di hari ini (25 Januari), gue gak bisa terlalu lama di pantai itu. Sekitar pukul 14.00, gue pamit untuk menuju Patong hari itu. Patong adalah kawasan paling ramai di Phuket. Gak begitu sulit jalannya juga, karena Patong sangat terkenal, jadi banyak papan jalan yang menunjukkan ke daerah tersebut.

Waaah ternyata daerah Patong lebih ramai dari Phuket Town. Suasananya seperti Kuta di Pulau Bali. Banyak bule berseliweran di jalan, pakai style pantai gitu, bikini-an gitu hahaha. Gue memarkir motor dan memutuskan untuk jalan kaki saja untuk mengeksplor Patong. Langsunglah gue menuju pantainya. Fix ini mirip banget sama Kuta. Bedanya agak lebih bersih di sini. Gue menggelar kain Bali yang gue bawa dan duduk di situ, menunggu hari gelap sambil mengamati aktifitas orang-orang di pantai ini. Ada yang foto-foto, sekedar santai, penjaga pantai yang membereskan tempat duduk dan jet ski, jalan-jalan sama anjingnya, pacaran, dll. Kenapa gue nunggu gelap dulu baru jalan-jalan? Ya karena kehidupan malam di sini lebih hidup. Hari berganti menjadi malam, toko-toko buka dan pengunjung semakin ramai. Tujuan utama gue di sini adalah Bang La Road. Semacam Jalan Legian di Kuta, Bali. Di Bang La Road, jalan ditutup untuk kendaraan bermotor, sehingga hanya terdapat ratusan orang yang berseliweran di jalan ini. Sayangnya, banyak bar yang tutup. Setelah gue selidiki ternyata karena hari itu adalah hari suci bagi yang beragama Buddha. Gue kurang tau jelasnya, yang jelas bar-bar tidak boleh buka hari itu. Huah sayang banget, padahal malam minggu tapi yang gue dapet kayak gini. Satu tips dari gue, janganlah belanja pakaian atau pernak-pernik di Bang La Road. Harganya mahal dan penjualnya keras kepala. Jalanlah agak menjauh dari Bang La Road, masih banyak tempat berbelanja di Patong, nyaris di setiap jalan ada yang berjualan. Yang unik di Patong juga adalah promosi pertandingan tinju. Seperti yang kita ketahui, Thailand terkenal akan beladiri Thai Boxing dan Muay Thai. Promosi pertandingan dilakukan dengan menaiki mobil bak yang diatasnya terdapat banner dan petinjunya. Maunya sih nonton, tapi pertandingannya besok malam yang notabene-nya gue udah di bus menuju Bangkok. Malam itu gue pulang dengan hanya membeli celana boxer khas Phuket. Gue sedikit bingung jalan pulang. Untung saja ada orang yang baik mau mengantarkan gue sampai Phuket Town yang memang dia ingin menuju ke sana. Gue kira dia akan minta bayaran ke gue, tapi ternyata engga, orangnya baik banget.
Aktifitas sore di Pantai Patong
Sawatde khap!
Bang La Road
"Tonight! International boxing match"
Jalanan Patong
Sesampainya di rumah, ternyata sudah banyak orang rumah yang geletakan di tempat tidurnya masing-masing. Haha mungkin mereka kecapean sehabis camping di pantai. Malam itu juga gue berpamitan dengan Salavat karena dia akan berangkat kerja pagi hari jadi kemungkinan gue belum bangun haha.

Hari terakhir di Phuket (26 Januari) gue pakai hanya untuk istirahat dan sekedar jalan-jalan kecil sambil mengembalikkan motor sewaan. Bus berangkat pukul 15.00 jadi gue bisa gunakan waktu ini untuk merapikan isi tas. Hal yang gue lakukan sebelum meninggalkan rumah host adalah membuat origami (seni melipat kertas dari Jepang). Gue membuat kelinci lucu dan menulis di sepucuk kertas untuk menumpahkan rasa terima kasih gue ke teman-teman yang sudah menizinkan gue tinggal di sini selama di Phuket. Gue juga meminta untuk kelinci ini bisa tinggal di rumah ini sebagai hiasan.
 
Bus tingkat, gue, dan seorang cewek yang gue gak tau dia siapa -_-
Semacam nonton film 3D
Interior busnya keren, apalagi yang pake kacamata :p
Pukul 14.00 gue sudah sampai di terminal bus. Sambil menunggu bus datang, gue membuka kertas ittinerary gue selama di Bangkok nanti. Tidak lama kemudian, bus datang dan ternyata welehhh ini toh bus second class. Bus bertingkat dua men, bagus busnya. Gimana bus first class dan bahkan VIP-nya yah. Gue kebagian tempat duduk di tingkat dua dan paling depan!! Jadi gue bisa melihat jalanan dengan puas. Waaah keren banget pengalaman ini. Terdapat fasilitas kursi yang sangat nyaman, selimut dan juga bisa menonton DVD lho. Sepanjang perjalanan sebelum matahari tenggelam, gue melihat pemandangan dari dalam bus. Sampai matahari tenggelam, saatnya istirahat untuk menjelajah Bangkok esok.


Sampai bertemu Bangkok! 

NB: 
Di Phuket ini gue mengeluarkan uang 2000 Baht. Sudah termasuk membeli tiket Phuket-Bangkok, sewa motor 4 hari, makan 2x sehari selama 4 hari, bensin, dan belanja.

25 komentar:

  1. makasih buat infonya gan..benar2 sangat menarik dan bermanfaat sekali gan..mantap.

    BalasHapus
  2. Nga ke krabi island ya...aku mo ksn ada yg tau nga pakai apa dr phuket

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sayangnya engga. Tapi kalo km mau ke Krabi bisa kok dari Phuket. Ada banyak travel agent yang menyediakan paket menuju Krabi.

      Hapus
  3. Bus yang ke bangkok itu paling malam jam berapa ya?

    BalasHapus
  4. Bus yang ke bangkok itu paling malam jam berapa ya?

    BalasHapus
  5. Masnya naik bus phuket-bangkok dr terminal apa? Beli tiketnya apa diterminal itu juga ato ada agen yg bisa direkomendasikan? Harganya kisaran berapa yah?
    Perjalanan bus ke phuket-bangkoknya berapa jam?
    Hehe sorry yah banyak nanya nya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mba Hamidah. Saya senang lho kalo banyak yg nanya hehe.
      Nama terminalnya Phuket Bus Terminal 2 di Thepkrasattri Road. Belinya langsung di terminal mba, kalo bisa sih 2-3 hari sebelumnya biar aman aja gak kehabisan. Sbg perbandingan untuk harga, saya naik Express Bus (2 tingkat) 550 Baht. Exclude makan. Lama perjalannya sekitar 10-12 jam mba.

      Hapus
    2. Waaahh makasih yaa pencerahannyaa :D

      Hapus
  6. Kok ga ke phiphi, kalo sewq motor itu dmn? Dan ada kontaknya? Salavat? Makasih y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Budget gak cukup mba haha. Sewa motor di persewaan motor banyak kok dijalanan Phuket tersebar. Sayangnya saya gak punya contactnya :(

      Hapus
  7. Halo alek... Btw gue lagi di patong nih, lagi bingung d cheapest way go to the airport jam 6 sore nanti.. Gimana ya? Thanks

    BalasHapus
  8. Halo mba maaf slow respon.. Bisa naik bus dr Patong ke Phuket Town. Kemudian dari Phuket Town naik bus airport ke Bandara. Semoga bisa membantu..

    BalasHapus
  9. Hallo alex mohon info kalau dari patong jam 5 pagi k bandara kira2 naik apa ya selain taxi ? kalau taxi kira kira apa ada sepagi itu/ trims ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik ojek motor bisa mba, tapi gatau harganya berapa.. Tapi kalo bawa barangnya banyak ya lebih baik naik taksi.. Tinggal catat aja nomor telfon si taksi, terus buat janji deh..

      Hapus
  10. "di selatan Thailand itu banyak warga yang beragama Islam karena dari dulu banyak orang Melayu yang merantau ke sini"... Apa maksud lu perantau? Perantau dari malaysia? Indonesia? Setahu gw mereka warga asli tapi dijajah Thailand.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi bro Hafiz thanks nih udah mampir hehe. Ane sih diceritain warga lokal disana juga, makanya ane bilang kek gitu.

      Kalo dijajah, berarti Thailand pernah menginvasi wilayah Melayu kah?

      Hapus
  11. pantainya indah sekali ya, gak kalah indah sama phuket atau phi phi island..

    BalasHapus
  12. malam, saya mau nanya gimana cara nemuin mini-bus atau van nya yang dari bandara phuket - patong karena saya masih bingung juga untuk menemukannya. mohon informasinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di bandaranya ada halte khususnya kok kak, jadi tunggu di pemberhentian itu yak..

      Hapus
  13. haloo.. rencana april kesana, abis nonton coldplay mau ke phuket. ada kenalan di bangkok yang bisa sewa mini bus, mobil pribadi atau kendaraan lain yang bisa antaer kesana? knp gak naik bus! krn selesai acara feeling gw jam 12 malem baru bisa ke phuket, jd gw mau langsung. minta info gan, makasih sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalo kenalan yang bisa sewain mobil gak ada gan. Coba search aja di google gan, gue pernah nemu tuh ada yg ngeshare nomor sewa van dan mobil di blognya. Tapi gue lupa hahaha

      Hapus
  14. Gimana cara ke Phi Phi Island dari Phuket kak?

    BalasHapus