Sabtu, 24 Oktober 2015

Ada Apa di Kawasan Menteng?

Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan

Hoooolaaaaa! Hari minggu, 18 Oktober 2015 gue ikut Jakarta Walking Tour lagi. Tur dimana kita menjelajah tempat-tempat bersejarah di kota Jakarta dengan berjalan kaki. Pada walking tour sebelumnya, gue sudah menjelajah kawasan Pasar Baru yang ternyata banyak sejarah yang belum diketahui kebanyakan orang. Nah, untuk kali ini gue diberi kesempatan untuk ikut lagi di acaranya Jakarta Good Guide untuk menjelajah kawasan Menteng! Woohooo!

Siapa sih yang gak tahu Menteng? Kawasan yang merupakan pemukiman pejabat-pejabat penting negara dan para duta besar negara. Selain itu, kawasan Menteng sangat asri, ini memang menjadi harapan si Belanda (pada waktu zaman kolonial) untuk menjadikan kawasan Menteng sebagai kota taman dan tempat pemukiman elite orang-orang eropa di Batavia. Tepatnya sekitar tahun 1890, Belanda mempunyai proyek kota taman. Proyek ini dinamakan Nieuw Gondangdia dan menempati lahan seluas 73 ha. Taman Suropati dan Taman Lawang merupakan salah satu hasil dari proyek ini. (NB: Kalau Taman Menteng baru dibangun tahun 2006, sebelumnya adalah Stadion Menteng). Nama Menteng itu sendiri diambil dari nama buah menteng yang dahulunya juga banyak tumbuh di kawasan ini.

Menteng walking tour kali ini dipandu oleh mas Indra. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Taman Suropati. Taman yang pada zaman sekarang ini menjadi tempat berkumpulnya warga Jakarta mulai dari anak kecil, remaja, sampai para keluarga yang ingin sekedar menghirup udara segar di Jakarta. Nama awal dari Taman Suropati adalah Burgemeester Bisschopplein. Dahulunya, ternyata kawasan ini berbukit-bukit, lho. Lalu pihak Belanda merevitalisasi tempat ini sampai semuanya landai. Kalau teman-teman perhatikan, di Taman Suropati banyak terdapat patung-patung yang menambah cantik taman ini. Patung-patung tersebut adalah karya pematung dari seluruh ASEAN sebagai simbol persahabatan.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 2
Para peserta berkumpul untuk memulai Menteng walking tour


Di sebelah selatan Taman Suropati terdapat Gedung Bappenas (bukan Baper ya). Gedung Bappenas ini sering kali dikaitkan sebagai Gedung Setan. Wiiiw. Gedung yang dibangun pada tahun 1925 ini memang digunakan untuk pertemuan perkumpulan gerakan spiritual internasional masoni (freemasonry), yang dalam bahasa Belanda disebut vrijmetselaarij. Karena itu, orang Belanda di Batavia waktu itu mengenal gedung tersebut sebagai Vrijmetselaarsloge alias gedung pertemuan masoni. Gue juga pernah denger cerita bahwa masih terdapat sebuah ruangan megah di bawah tanah gedung ini. Ruangan tersembunyi yang digunakan untuk pertemuan itu dan masih terjaga sampai sekarang. Hiiiiii.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 3
Taman kecil di antara Gedung Bappenas dan Taman Suropati

Di sebelah barat Gedung Bappenas, terdapat Gereja Paulus dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Kami tidak masuk ke dalam gereja dan langsung menuju ke mantan rumah Laksamana Maeda. Rumah yang pada tanggal 14 Agustus 1945 menjadi tempat berkumpulnya pemuda-pemuda Indonesia dengan tiga tokoh penting dalam perumusan naskah proklamasi; Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Subardjo. Selain merumuskan naskah proklamasi, naskah ini juga langsung diketik oleh Sayuti Melik dengan menggunakan mesin ketik pemerintahan Jepang. Fakta uniknya adalah perkumpulan pada hari itu dilaksanakan pada dini hari dan setelah naskah proklamasi disetujui semua orang yang hadir, semua lalu menyantap hidangan sahur bersama-sama (maklum pada saat itu lagi bulan puasa). Hidangan yang mereka santap adalah nasi goreng. Wiw nasi goreng sudah eksis dari zaman dulu ya.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 4
Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang bersampingan dengan Gereja Paulus
(NB: Lihat deh jendela paling kanan, hihihihi)
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 5
Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Subardjo sedang merumuskan naskah proklamasi

Pertanyaannya adalah: Kok bisa sih di rumah Laksamana Maeda? Siapa sih sebenarnya Laksamana Maeda itu? Kenapa dia mau membantu Indonesia merdeka? Lalu mas Indra sebagai pemandu menjelaskan, "Laksamana Maeda merupakan perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang sangat mencintai Indonesia. Saking cintanya dengan Indonesia, beliau mengizinkan rumahnya digunakan sebagai tempat berkumpul untuk merumuskan naskah proklamasi. Rumah beliau tidak akan dicurigai oleh tentara Jepang, karena beliau sendiri adalah seorang perwira tinggi, makanya dipilihlah rumah beliau sebagai tempat perkumpulan. Tapi pada akhir hayatnya, beliau dicap sebagai penghianat oleh Jepang". Huhu kasian juga ya, semoga Pak Maeda diberikan tempat yang layak di sisiNya. Arigatou, Sensei. Sekarang rumah ini dijadikan Museum Perumusuan Teks Proklamasi. Biaya masuknya murah, cuma Rp.2000.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 6
Salah satu pengunjung memotret foto Laksamana Maeda

Tempat berikutnya yang kami kunjungi adalah SDN Jakarta 1 Menteng. Sekolah dasar yang dahulunya, Presiden Amerika Barrack Obama bersekolah. Sewaktu beliau bersekolah di sini, beliau menggunakan nama Barry Sutoro. Sutoro diambil dari nama keluarga ayah tirinya yang memang berkebangsaan Indonesia.

Selanjutnya kami menuju ke Museum Jenderal A.H. Nasution. Di Indonesia, hanya ada tiga jenderal besar dengan 5 bintang yaitu Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar A.H. Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto. Pada masa pemberontakan G30SPKI, Jenderal Besar A.H. Nasution dijadikan sasaran oleh tentara PKI untuk dibunuh. Di rumahnya yang sekarang menjadi museum ini menjadi saksi bisu sejarah itu. Pak XX (lupa namanya hehe) sebagai pemandu di museum ini bercerita dengan lirih bagaimana kejadian malam penculikan oleh tentara PKI itu. Penculikan yang akhirnya Jenderal Besar A.H. Nasution lolos dan tentara PKI salah membawa orang, yang akhirnya mereka culik adalah ajudan dari Pak Nasution, yaitu Kapten Pierre Tendean. Pada kejadian hari itu Pak Tendean sebenarnya ingin pergi ke Medan untuk menikah dengan wanita pilihannya, tetapi siapa sangka beliau malah diculik oleh tentara PKI. Tragis. (NB: Sebenernya gue mau banyak cerita tentang sejarah ini, tapi terlalu banyak, jadi nanti gue ceritakan di postingan terpisah). Oh iya, biaya masuk ke museum ini hanya Rp.5000 sudah termasuk guide. Gue sangat merekomendasikan kalian untuk datang ke museum ini, worth it banget sama cerita sejarahnya.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 7
Bapak pemandu menceritakan kejadian penculikan Jenderal A.H. Nasution

Setelah selesai tur di Museum Jenderal Besar A.H. Nasution, kami melanjutkan perjalanan ke Jalan Cendana. Jalan yang pada masa pemerintahan Presiden Soeharto menjadi jalan yang sangat rahasia dan dijaga ketat. Sekarang siapa saja bisa melewati jalan ini. Oh indahnya kemerdekaan. Tempat selanjutnya adalah Galeri Seni Kunstkring yang dahulunya sempat menjadi kantor imigrasi Jakarta Pusat lalu menjadi bar yang sempat kontroversi,yaitu Budha Bar. Sekarang tempat ini menjadi sebuah kafe yang sering digunakan sebagai venue party kedubes negara asing di Jakarta. Sampai akhirnya perjalanan Menteng walking tour berakhir di Masjid Cut Meutia. Masjid yang memang tidak berarsitektur seperti masjid pada umumnya, karena masjid ini aslinya merupakan kantor pos.
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 8
Jalan Cendana
Dari perjalanan ini, gue mengambil banyak sekali pelajaran dan juga tahu banyak sekali sejarah yang sebelumnya belum pernah gue dengar. Bahwa di Jakarta itu sendiri banyak tempat yang memang worth it untuk dieksplor. Terlepas dari sudah menjamurnya mall-mall di semua penjuru Jakarta, marilah kita sebagai pemuda Jakarta dan Indonesia pada umumnya untuk juga mengeksplor tempat-tempat bersejarah ini dan ikut menjaganya. Gue mau aja gitu, Jakarta jadi tempat yang asyik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.Yeaaay mari eksplor Jakarta, ENJOY JAKARTA!!!
Menteng Walking Tour - Alek Kurniawan 9
Ayo jalan-jalan di Jakarta
Lokasi: Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia

5 komentar:

  1. ituuuuu di foto sebelah kanan ada apaaaaaa?? oh noooo..
    syerem banget...

    salam kenal Alek. :D

    BalasHapus
  2. ituuu fotonya sotosop dehh pastiii pastiiiii T_T *berusaha men-sugesti diri sendiri padahal syok*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumpah itu bukan photoshop haha, memang hidup ini penuh misteri, ya :)

      Hapus