Kamis, 14 Juli 2022

Begini Peluang dan Tantangan Industri Otomotif di Era e-Mobility

Peluang dan tantangan industri otomotif

Hi guys!

Data McKinsey & Company memperkirakan hampir 100 juta barisan kode perangkat lunak dibutuhkan untuk mengontrol dan mengoperasikan subsistem yang membentuk mobil modern.

Pada 2030, perangkat lunak itu akan mewakili hingga 30 persen dari komponen nilai kendaraan. Hal ini juga berarti mobil akan menjadi data center di atas roda. Seperti halnya data center, komunikasi dan konektivitas adalah kunci untuk memastikan pengoperasian mobil harus dapat diandalkan.

Baca juga: Indonesia Harus Bangga, di Batam Ada Pabrik Pintar Schneider Electric

Dalam transisi industri otomotif dari peran konvensional sebagai produsen mobil menjadi penyedia layanan mobilitas (e-Mobility), hal ini akan mendorong pendekatan lain terhadap model bisnis dan sistem TI yang mendukungnya. Faktanya, tren teknologi seperti konektivitas yang canggih dan big data menciptakan peluang dan risiko baru:

Peluang e-Mobility

1. Monetisasi data

Kemampuan dalam mengumpulkan dan menganalisis data akan menjadi keunggulan kompetitif yang sangat penting. Industri otomotif yang memiliki data terkait kebiasaan dan karakteristik pelanggan, serta bisa memprosesnya secara real time, akan dapat mengembangkan produk yang jauh lebih sesuai dengan kebutuhan konsumennya

Pada akhirnya, ini juga akan menciptakan pengalaman yang lebih berkualitas bagi konsumen.

2. Layanan berbasis software 

Pengalaman berkendara pada masa depan akan semakin didominasi layanan berbasis software yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam berkendara. Layanan berbagi perjalanan peer-to-peer, perencanaan rute yang mudah, dan layanan pembayaran yang disederhanakan akan menjadi potensi sumber pendapatan baru yang menguntungkan bagi industri otomotif.

Risiko e-Mobility

1. Keamanan siber

Sebagian besar kendaraan roda empat saat ini telah memiliki komputer kecil yang mengontrol mobil, untuk manajemen mesin dan multimedia. Namun, komputer ini belum mempunyai sistem terbuka. 

Untuk saat ini, masih sulit bagi peretas untuk terhubung ke sistem di dalam mobil. Namun, di masa depan, mobil akan semakin terhubung, baik dengan penyedia layanan maupun dengan mobil lain. Semakin banyaknya komunikasi dan interface yang terjadi ini akan berisiko terhadap ancaman keamanan siber.

2. Latensi

Teknologi kendaraan self-driving akan membutuhkan kemampuan untuk memulai dan berhenti dengan sangat cepat demi memastikan keselamatan penumpang.

Permintaan berbasis data seperti itu membutuhkan latensi sistem yang rendah dan proses manajemen data yang cepat. Infrastruktur TI berbasis edge data center merupakan solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab, daya komputasi akan bergerak lebih dekat ke mobil. 

Oleh karena itu, industri mobil harus bermitra dengan penyedia layanan TI untuk membangun jaringan umum yang dapat mendukung kendaraan listrik, hibrida, dan otonom yang terkoneksi.

Baca juga: Percepatan Adopsi Teknologi Digital dan Automasi bagi Industri

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Achmad Haikal mengatakan, edge computing dapat menjadi solusi bagi pelaku industri otomotif untuk menjawab tantangan latensi, bandwith, otonomi, dan keamanan.

“Semua itu bisa menjadi penghalang untuk mencapai potensi data sepenuhnya. Dengan memberdayakan industrial edge, pelaku industri otomotif dapat memanfaatkan data mereka secara real-time dan memberikan keunggulan kompetitif yang sangat dibutuhkan masa kini.” kata Yana.

Perubahan masif di sektor otomotif, seperti e-mobility dan self-driving juga menuntut kebutuhan akan solusi infrastruktur TI yang terintegrasi secara keseluruhan.

Baca juga: Sustainability Jadi Prioritas Industri Wujudkan Net Zero Operations

Infrastruktur itu mencakup aset yang dapat dengan mudah dikembangkan (scalable) dengan kemampuan komputasi dan solusi edge yang menyediakan pemrosesan data tanpa latensi, serta software analitik berbasis cloud untuk memaksimalkan profitabilitas. 

Teknologi digital dan automasi juga akan meningkatkan visibilitas untuk membangun jaringan serta memberikan layanan pemeliharaan prediktif dari jarak jauh yang mendorong performa dan meningkatkan keselamatan.

Schneider Electric memiliki solusi yang dapat mendukung pemangku kepentingan industri otomotif menyesuaikan diri dengan model bisnis e-Mobility. Infrastruktur TI yang terstandardisasi dan terukur dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan data dan keputusan bisnis berbasis data,” kata Yana.

Baca juga: Keberlanjutan adalah Kunci Kelangsungan Hidup Bisnis di Abad ke-21

Dibutuhkan perangkat berbasis cloud yang aman dalam menyediakan pemantauan jarak jauh untuk mengelola perangkat komputasi dan penyimpanan yang menampung dan memproses data yang diproduksi secara lokal di edge, di mana keahlian teknis di tempat tidak tersedia. 

Perangkat lunak, seperti EcoStruxure IT Expert memungkinkan pengelolaan perangkat TI dari jarak jauh dan EcoStruxure IT Advisor memungkinkan pengelolaan siklus hidup pusat data yang lebih mudah (termasuk perencanaan dan manajemen perubahan).

Kedua solusi tersebut menawarkan dukungan berbasis cloud yang diperlukan industri otomotif agar semakin kompetitif di era e-Mobility.

Baca juga: 3 Langkah Transformasi Digital untuk Pelaku UMKM

“Solusi EcoStruxure IT Expert dan EcoStruxure IT Advisor Arsitektur infrastruktur TI yang terukur dan modular memastikan fleksibilitas dan penghematan biaya dalam bersiap menghadapi pertumbuhan masa depan yang tidak dapat diprediksi,” ujar Yana.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana arsitektur e-Mobility mendukung modernisasi dan perluasan industri otomotif, kunjungi Solusi Otomotif dan e-Mobility Schneider Electric

Lihat juga bagaimana Schneider Electric membantu akselerasi industri untuk meraih manajemen energi dan automasi untuk mendukung keberlanjutan pada laman ini.

Lokasi: Jakarta, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar